2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

Bunda dan Wanita-Wanitaku- true story

Aku tahu bahwa semuanya itu baru awalnya saja. Bahwa dengan mesra Gustav mencium dan melumat bibir Bunda, sementara tangannya lenyap dari pandangan, karena berada di balik housecoat Bunda. Sudah pasti tangan bule itu sedang menggerayangi memek Bunda. Dan… wow… Gustav berlutut di lantai, di antara kedua paha Bunda yang terbuka lebar…

Apakah aku marah kepada Bunda setelah menyaksikan semuanya itu?

Tidak. Seandainya aku tidak menyuruh Bunda menerima Gustav di kamar depan itu, tak mungkin Gustav berani melakukannya di ruang tamu.

Tapi aku semakin gemetaran menyaksikan semuanya itu. Karena hasrat birahiku tak terkendalikan lagi. Dalam gejolak birahi yang tak terkendalikan lagi ini, aku langsung melakukan hal seperti Gustav dengan Bunda itu. Aku pun berlutut di lantai, di antara kedua paha Ratih yang putih mulus dan terasa jauh lebih padat daripada paha Bunda ini.

Kali ini Ratih tidak menolak lagi. Pasti karena dia pun sudah horny berat setelah menyaksikan kakaknya sedang diperlakukan seperti itu oleh Gustav.

Sementara aku mulai menjilati memeknya yang bersih dari jembut dan terasa masih segar karena baru habis mandi. Pandangan Ratih tetap tertuju ke arah layar monitor LED itu. Tapi kedua tangannya mengusap-usap rambutku yang berada di bawah perutnya.

Aku pun semakin lahap menjilati memek bibiku yang masih sangat muda ini.

Aku tidak tahu apa yang sedang Gustav lakukan selanjutnya, karena posisiku membelakangi layar monitor. Sementara pandangan Ratih bisa tertuju ke arah monitor. Mungkin Ratih sedang membayangkan dijilati oleh lelaki bule itu, mungkin sedang merasakan enaknya ketika aku mulai massive menjilati itilnya.

Namun pada suatu saat kudengar suara Ratih perlahan, “Odi… lihat… lelaki bule itu sudah mulai mengentot bundamu… !”

Aku pun menoleh ke belakang. Ke arah layar monitor itu. Benar saja. Gustav mulai mengentot Bunda yang masih duduk mengangkang di sofa, sementara Gustav tengah mengentot memek Bunda sambil berlutut di atas lantai kamar depan…!

Maka aku pun ingin melakukan hal yang sama. Kupelorotkan celana training dan celana dalamku, lalu berlutut di atas lantai, sambil mengarahkan kontolku yang sudah ngaceng ini ke mulut memek Ratih yang sudah basah itu.

Ratih pun memegangi kontolku agar moncongnya berada di posisi yang tepat. Lalu dengan sekali dorong saja kontolku mulai terbenam ke dalam liang memek tanteku. Aku menoleh lagi ke belakang, untuk menyaksikan gagahnya Gustav yang sedang mengentot Bunda itu. Lalu konsen ke Ratih lagi. Kuentot memek Ratih dengan garang pula.

Kami tidak telanjang. Ratih masih mengenakan kimono yang cuma direntangkan setelah dilepaskan ikatan talinya. Aku pun masih mengenakan baju kaus yang biasa kupakai tidur, namun celana training dan celana dalamku sudah tergeletak di lantai.

Tapi aku tetap merasakan nikmatnya mengentot memek adik bungsu Bunda ini. Sementara ketika aku menoleh ke arah layar monitor LED itu… ternyata Bunda dan Gustav sudah sama-sama telanjang. Sudah pindah pula ke atas tempat tidur dan melanjutkan persetubuhannya di sana…!

Jujur, aku iri juga melihat mereka bisa enak-enakan bersetubuh di atas kasur empuk. Sementara aku dan Ratih bersetubuh di dalam gudang yang pengap gini.

Maka akhirnya aku berbisik ke telinga tanteku yang muda-jelita itu, “Kita pindah ke kamarmu aja yok… biar lebih nyaman…”

“Iya. Tapi cctvnya jangan dimatiin. Besok kita replay secara lengkap. Ingin lihat kejadian selanjutnya,” sahut Ratih.

“Iya. Tapi lemarinya akan ditutup lagi. Biar jangan ketahuan Bunda,” kataku dengan kontol yang sudah kucabut dari liang memek Ratih.

Lalu kututupkan pintu lemari tua itu. Sementara Ratih sudah mengikatkan tali kimononya lagi.

Sesaat kemudian kami sudah berada di lantai atas lagi. Di dalam kamar yang sudah dijadikan kamar Ratih ini.

Di dalam kamar yang pintunya sudah ditutup dan dikunci ini, kami tak ragu lagi untuk menelanjangi tubuh kami masing-masing.

Lalu kuterkam Ratih telanjang ke dalam gumulanku.

Kali ini Ratih tidak pasif lagi. Ia memegang kontolku sambil berkata, “Sebenarnya kontolmu ini gede dan panjang juga Od. Kontol mantan suamiku dulu, jauh lebih kecil daripada punyamu ini.”

Lalu dengan binalnya Ratih menjilati moncong kontolku, menimbulkan geli-geli enak bagiku. Dan… tanpa ragu lagi Ratih memasukkan kontolku ke dalam mulutnya… hap…!

Dengan binalnya juga Ratih menyelomoti kontolku, sementara tangannya pun aktif mengurut-urut kontolku yang sudah dilicinkan oleh air liurnya.

Bunda juga sering mengoral kontolku. Tapi aku tidak begitu suka dioral, karena takut keburu ngecrot sebelum dientotin di dalam memek. Kalau menjilati memek, memang aku suka. Asalkan memeknya selalu bersih, seperti memek Bunda.

Memek Ratih pun bersih, tidak menimbulkan aroma yang kurang sedap. Karena itu aku berniat untuk menjilati memeknya lagi. Tapi Ratih mencegahku. “Memekku masih basah nih. Kalau dijilatin lagi bisa becek nanti, “katanya sambil menelentang dengan sepasang paha direntangkan selebar mungkin.

Ketika aku mau meletakkan puncak kontolku di mulut memek Ratih, adik Bunda itu bertanya, “Sering bundamu disetubuhi oleh bule itu?”

“Sekarang baru yang pertama,” sahutku sambil membiarkan kontolku dipegang oleh ratih, untuk diletakkan pada arah yang tepat.

“Dari mana kamu bisa tau? Memangnya kalau mau ngewe harus laporan dulu padamu? Hihihiii…”

“Panjang ceritanya. Yang jelas bule itu sudah jatuh cinta pada Bunda dan berniat untuk mengawininya. Bule itu bernama Gustav. Aku duluan kenal dengannya. Karena dia itu yang membeli lukisan-luikisanku, untuk dijual di negaranya.”

“Ogitu ya. Kok bisa ketemu sama bundamu gimana ceritanya?”

“Gustav ingin ketemu sama model lukisanku. Mungkin dia takut kalau aku hanya melukis secara imajinatif. Ya kupertemukan lah dia dengan Bunda. Nggak taunya dia jatuh cinta pada Bunda. Gustav ngomong secara terus terang padaku, bahwa dia jatuh cinta kepada Bunda dan ingin menikahinya.”

Obrolan itu terhenti sejenak, karena kontolku sudah menerobos liang memek adik bungsu Bunda.

“Ooooh… udah masuk Od… “gumam Ratih sambil memeluk leherku, “Kamu kuat ngentot berapa kali dalam semalam?”

“Tiga kali sih kuat. Mantan suami Ratih dulu kuat berapa kali?” aku balik bertanya.

“Waktu malam pertama sih sampai tujuh kali. Tapi makin lama makin jarang. Sampai akhirnya bercerai…”

“Bercerainya karena apa?”

“Masalah ekonomi lah. Mana tahan punya suami pengangguran begitu. Lalu kami bercerai secara baik-baik. Masih untung aku belum hamil olehnya. Mungkin karena kontolnya terlalu pendek, jadi spermanya gak nyampai ke mulut rahimku. Hihihihiii… ayo entotin kontolmu Od…”

Aku pun mulai mengentotnya. Tapi Ratih berkata, “Sama aku sih ngentotnya perlahan-lahan aja ya. Biar aku bisa menghayati enaknya dientot cowok.”

“Oke deh,” sahutku sambil memperlambat ayunan kontolku, “Mmm… memek Ratih enak banget sih?”

Ratih merangkul leherku ke dalam pelukannya. Lalu terdengar suaranya setengah berbisik, “Kontolmu juga enak banget Odi… kalau enak gini sih aku bisa jatuh cinta padamu nanti…”

Aku mau menyahut, tapi tiba-tiba mulutku disumpal oleh bibir dan lidahnya. Lalu kami saling lumat, sementara kontolku bergerak-gerak terus… maju-mundur perlahan-lahan seperti yang diinginkan olehnya.

Setelah ciuman dan lumatan Ratih terlepas, aku mengalihkan “kegiatan” mulutku ke lehernya yang berjenjang indah itu. Kujilati leher jenjang itu disertai gigitan-gigitan kecil yang takkan menyakitkan.

“Duduuuh… Odi… gak nyangka… cara-caramu ini… enak sekali Od… iyaaa… entotnya perlahan-lahan gini aja… emut juga pentil toketku Oood…”

Permintaan Ratih itu kukabulkan. Kuemut pentil toket kirinya, sementara tangan kkriku meremas toket kanannya yang sudah mulai keringatan.

Memang indah bersetubuh dengan gerakan perlahan ini. Sehingga liku-liku keindahan pelampiasan birahi ini jadi semakin terasa. Bahkan liang memek Ratih yang terasa bergerinjal-gerinjal, juga bisa kunikmati dengan jelas dan nikmat.

Tampaknya emutanku di pentil toketnya membuat Ratih lebih cepat berada di puncak kenikmatannya. Karena pada suatu saat itu berdesah, “Duh… Odiiii… aku… aku mau lepas…”

Aku sudah terbiasa dengan pengalamanku bersama Bunda. Bahwa setiap kali aku menyetubuhinya, Bunda selalu saja minta dibarengin lepasnya.

Maka setelah mendengar Ratih mau “lepas”, aku pun berusaha agar bisa memuntahkan air maniku berbarengan dengan pencapaian orgasme adik bungsu Bunda itu.

Lalu terasa tubuh Ratih mengejang tegang, tepat pada saat kontolku sedang dibenamkan sedalam mungkin. Dan ketika liang memek Ratih terasa mengejut-ngejut, pada saat itu pula aku sedang ejakulasi. Crottttttt… crott… crooottt… crot… crooot… crooooootttttt…!

Kalau aku mau bertahan, bisa saja. Tapi aku sengaja mempercepat ejakulasiku, karena yang terpenting aku sudah mendapatkan Ratih. Nanti saja kalau mau gila-gilaan sih, setelah hatiku tenang.

Tapi Ratih merasakan sesuatu yang luar biasa. Ketika aku rebah celentang di sampingnya, Ratih mengusap-usap dadaku sambil berkata, “Barusan dibarengin ya? Enak dan mengesankan. Tapi… bisa-bisa aku hamil nanti.”

“Kan sudah dikasih pil kontrasepsi,” sahutku.

“Iya sih. Tapi seandainya aku hamil juga gak apa-apa. Karena yang menghamiliku cowok yang kucintai.”

“Ohya?! Memangnya Ratih mencintaiku?”

“Kalau bukan pelacur sih mana mau menyerahkan memeknya kepada orang yang tidak dicintai?”

Aku tersenyum. Lalu mecnium pipi Ratih. Lalu bergegas menuruni tangga menuju lantai dasar lagi. Karena penasaran, apakah Bunda masih bersetubuh atau sudah selesai?

Lalu aku masuk ke gudang lagi. Dan membuka lemari yang berisi monitor LED itu.

Wow! Ternyata Gustav masih asyik mengentot Bunda dalam posisi doggy!

Dan… kontol Gustav itu memang putih kemerahan dan… gede sekali!

Sangat jelas kontol putih kemerahan itu maju mundur. Kadamng lenyap ditelan memek Bunda, kadang muncul lagi di antara kedua pangkal paha Bunda.

Erangan dan rintihan Bunda pun terdengar lewat speaker wireless.

“Belum selesai?” terasa Ratih menepuk bahuku dari belakang, “Wow… malah tambah seru ya?”

“Iya… walau pun Bunda sudah punya anak dua, tapi buat kontol sepanjang dan segede gitu sih sama aja seperti dapetin memek gadis,” sahutku.

“Kamu pasti nafsu lagi setelah melihat mereka begitu ya?” bisik Ratih sambil memelukku dari belakang.

Aku hanya menjawab dengan dengusan di hidung…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu