2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

Bunda dan Wanita-Wanitaku- true story

Apakah aku ini pada dasarnya lemah, sehingga aku mulai melupakan misi utamaku berada di villa yang teramat megah dan dikawal ketat ini? Bukankan tujuan utamaku berada di dalam villa ini untuk meraup dollar sebanyak mungkin dari Miss Magdalena? Kenapa sekarang aku melupakan tujuan utama itu? Apakah lelaki lain pun akan berbuat yhang sama sepertiku manakala mendapatkan kesempatan sebaik ini?

Entahlah.

Yang jelas aku seolah ingin menikmati setiap lekuk-lekuk di tubuh Magda jelita ini.

Aku sering memperhatikan wanita bule jika sedang berada di dekat mereka. Pada umumnya tampak jelas kulit mereka itu kasar, tidak halus seperti wanita bangsaku sendiri. Selain daripada itu, banyak di antara wanita bule yang cantik, tapi banyak bercak-bercak menghitam kalau dilihat dari dekat, terutama pada bagian bahu dan sekitarnya.

Tapi Magda ini… aduhai… kulitnya halus lembut… juga tidak nampak bercak-bercak menghitam setitik pun.

Alangkah bodohnya diriku kalau tidak merasa beruntung mendapatkan cewek yang sudah jatuh cinta pada pandangan pertama di gallery milik Oom Kusno dan Tante Kayla itu.

Magda terlihat bahagia ketika aku sudah menciumi bibirnya dengan mesra dan mencelucupi pentil sepasang toketnya yang mancung-mancung, seakan indikator tak pernah dijamah tangan lelaki ini. Dan yang jelas, di setiap lekuk indahnya, tersiar harum parfum mahal ke penciumanku. Betapa aku tak semakin bergairah untuk mendapatkan semuanya dari tubuh yang mulus dan amat terawat ini?

Tanganku sudah menyentuh semua sudut di wilayah dadanya. Dan ketika mulutku melorot turun ke perutnya, lalu menjilati pusarnya, Magda seperti mengerti apa yang akan kulakukan selanjutnya. Spontan sepasang paha mulusnya direntangkan lebar-lebar.

Mulutku pun langsung menerkam kemaluannya yang bersih dari jembut ini.

Magda agak tersentak awalnya. Tapi lalu terdiam pasrah ketika aku mulai menjilati kemaluannya yang sudah kungangakan dengan kedua tanganku, sehingga bagian yang berwarna pink ini sudah digasak oleh lidahku dengan lahap sekali.

Selama berada di Villa yang sudah hampir dua bulan ini, aku tak pernah menyetubuhi siapa pun. Maka bisa dibayangkan betapa aku seolah singa lapar mendapatkan mangsa yang jinak dan menggiurkan ini.

Lagi-lagi aku mendapatkan partner seks yang “silent”… tidak “riuh-rendah”, tidak meraung-raung seperti wanita kesurupan. Ketika aku sudah menjilati clitorisnya, hanya terdengar bunyi nafasnya yang tertahan-tahan… hanya hehhh… hehhh… hehhh… hehhh…!

Dan ketika aku semakin massive menjilati clitorisnya, terasa rambutku diusap-usapnya dengan lembut.

Sebenarnya tadi, ketika aku mengangakan bibir luar kemaluannya, diam-diam aku menyelidik ke dalam… memperhatikan apakah benar vaginanyua masih virgin… ternyata vaginanya memang masih “lengkap”… keberadaan hymen-nya pun nampak samar-samar di kegelapan celah kewanitaannya.

Dan ketika aku sudah meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memeknya, Magda malah semakin merenggangkan jarak di antara kedua belah pahanya.

Aku pun mulai mendesakkan kontolku sekuat tenaga.

Sampai tiga kali aku berusaha membenamkannya, tapi melesetg terus. Akhirnya Magda memegangi leher kontolku. Dan meletakkan moncongnya pada arah yang tepat. Sehingga aku mendorong kontolku yang keempat kalinya… akhirnya terbenam juga ke liang vagina yang sempit sekali ini.

Aku sering memperhatikan memek bule di film-film bokep. Kebanyakan liangnya gede-gede. Jauh beda dengan liang memek bule yang tengah kurasakan ini.

Mungkin memek pornstar udah keseringan dibuat macem-macem. Ada yang dimasuki kepalan tangan, ada pula yang dimasuki 2 kontol sekaligus. Makanya liang memek mereka gede-gede, bibir luar memeknya pun “melambai-lambai”… seperti jengger ayam jago…!

Magda tidak seperti itu. Memeknya tidak berbeda dengan memek Maya waktu pertama kalinya kuentot tempo hari. Bahkan kelebihan memek Magda ini adalah, sekujur memeknya putih bersih. Tidak ada bagian menghitam di daerah labia mayoranya (bibir luar).

Ketika aku mulai menggerak-gerakkan kontolku, masih sempat aku membisiki telinga Magda, “Kemaluan Magda masih sempit sekali.”

“Iyalah. Ini untuk pertama kalinya vaginaku dimasuki penis…” sahutnya sambil melingkarkan lengannya di leherku. Disusul dengan ciuman mesranya di bibirku.

Aku mulai mengentotnya dengan gerakan perlahan dulu.

Dalam saat seperti itu pun Magda masih sempat melontarkan bisikan, “Akhirnya kamu jadi milikku juga…”

“Iya,” sahutku.

“Dan aku sudah jadi milikmu,” bisik Magda lagi.

Lalu aku pun mulai menikmati tamasya birahiku di atas perut Magda.

Kontolku mulai bermain. Bermaju mundur di dalam jepitan liang kemaluan Magda yang terasa sangat sempit namun licin dan hangat ini..

Magda tidak merintih-rintih histeris. Yang terdengar cuma nafasnya yang tersendat-sendat. Matanya pun kadang terpejam, kadang terbuka. Lalu menatapku dengan sorot cerah-ceria.

Bibibrnya pun berkali-kali menciumi bibirku, sementara leherku berada di dalam pelukan hangatnya.

Ketika pelukan di leherku terlepas, aku pun mulai mkenciumi lehernya… lalu menjilatinya disertai gigitan-gigitan kecil. Magda pun mulai berdesah-desah. Sementara kedua lengannya mendekap pinggangku erat-erat. Sesaat kemudian, ketika kedua lengan Magda berada di atas kepalanya, ketiaknya pun jadi sasaran jilatanku.

Pada suatu saat Magda menyempatkan diri bertanya di tengah entotanku yang semakin mengganas ini. “Aku benar-benar mencintaimu, Honey. Lalu… gimana… perasaanmu padaku sekarang?”

Kusahut sambil mengusap-usap dahi Magda yang mulai keringatan, “Cinta seorang lelaki tak perlu diucapkan berulang-ulang… nanti rasakan saja seperti apa sikapku padamu, my Sweetheart…”

Untuk kesekian kalinya Magda mencium bibirku dengan mesranya. Lalu ia berkata, “Di dalam bahasa Jerman, my Sweetheart itu disebut mein Schatz

.

“Maaf… kamu sudah orgasme?” tanyaku.

“Mungkin sudah… tadi, waktu kamu jilatin leherku…”

“Kalau begitu tringgal giliranku yang belum. Lepasin di mana nanti?”

“Di dalam aja.”

“Nanti kalau kamu hamil bagaimana?”

“Biarin aja. Aku ingin anak pertamaku cowok. Biar seganteng ayahnya,” ucap Magda sambil mencubit pipiku.

“Aku malah pengen punya anak cewek, biar secantik ibunya.”

“Hihihihi… ayo fuck lagi… jangan didiemkan gini…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu