2 November 2020
Penulis —  Kusumawardhani

Bunda dan Wanita-Wanitaku- true story

Setelah mematikan handphone, aku merasa geram sekali. Bukan geram karena Ratih tidak mau berkencan dengan Edmond. Tapi Bunda itu… bisa-bisa “dikeroyok” nanti oleh Gustav dan Edmond. Soalnya aku tahu adat orang bule tidak sama dengan bangsaku. Meski pun sudah menjadi istri, bisa saja istrinya itu disharing dengan temannya.

Lalu terbayang di mataku, Bunda dithreesome oleh kedua lelaki bule itu selama tiga hari tiga malam pula. Pasti Bunda akan “kenyang” berada di dalam dekapan Gustav dengan Edmond.

Kegeraman itu menjadi keresahan di dalam jiwaku. Lalu kuredakan dengan caraku sendiri. Akan kulampiaskan nafsuku kepada Oma Rosa sebagain “kompensasi”nya. Supaya “impas” dengan sesuatu yang mungkin terjadi di antara Bunda dan kedua lelaki bule itu.

Kebetulan Oma keluar dari kamar mandi dalam keadaan “siap”. Hanya tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhnya, sementara gaun malamnya mungkin ditinggalkan di kamar mandi.

Entah kenapa aku suka banget pada sepasang toket Oma itu. Karena bentuknya ngepas dengan seleraku. Maka secepatnya aku mengimbangi Oma, dengan melepaskan segala yang melekat di tubuhku, kecuali celana dalam saja yang masih kubiarkan melekat di tubuhku.

Dan dengan gairah berkobar-kobar, kuterkam Oma ke dalam himpitanku. Mulutku langsung memagut pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku meremas-remas toket kanannya.

“Hihihiiii… kamu udah kangen berat sama oma? Kok jadi garang begini?” ucap Oma yang tampak heran karena mungkin aku lebih garang daripada yang sudah-sudah.

“Iya Oma… aku sudah kangen sekali sama Oma,” sahutku berbohong. Padahal aku tengah membayangkan Bunda sedang dithreesome oleh kedua lelaki bule itu. Bayangan itu membuatku harus menahan kegeraman. Lalu kulampiaskan kepada Oma sebagai kompensasinya.

Namun di balik kegeraman terhadap Gustav, Edmond dan Bunda, sebenarnya aku punya perasaan lain. Bahwa Oma Rosa memang layak mendapoatkan segenap gairah dan perasaan kagumku.

Bahkan secara objektif aku menilai Oma Rosa sebagai wanita yang paling menggiurkan di antara wanita-wanita yang pernah kugauli. Maka wajar jika aku menyalurkan nafsu birahiku padanya dengan sepenuh gairahku.

“Iya… aku kangen sekali kepada Oma…” sahutku sambil meremas toket indahnya dengan tangan kiri, sementara tangan kananku sudah kuselundupkan ke balik celana dalamnya. Sudah menggerayangi memeknya yang mulai membasah dan hangat dan licin ini.

Oma Rosa pun memagut bibirku ke dalam lumatan hangatnya. Dan membalasku dengan menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku, lalu meremas-remas kontolku dengan lembut.

Bahkan pada suatu saat, celana dalamku dipelorotkan oleh Oma Rosa. Lalu dengan binalnya ia mengulum dan menyelomoti kontolku, sehingga senjata pusakaku jadi semakin ngaceng dibuatnya.

Begitu trampilnya Oma Rosa mengoral kontolku. Mungkin pada saat Kakek masih hidup, Oma Rosa harus selalu mengoralnya, karena usianya sudah lebih dari setengah abad. Tentu harus dirangsang sedemikian rupa agar bangkit dan “siap tempur”.

Dan akhirnya Oma Rosa melepaskan celana dalamku, lalu memintaku untuk celentang, karena Oma ingin melampiaskan kekangenannya dalam posisi WOT.

Lalu ia berlutut sambil meletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek basahnya. Sambil memegang kontolku, Oma menurunkan memeknya… dan mulai “menelan” kontolku yang sudah sangat ngaceng ini.

Gairah wanita setengah baya yang rupawan dan seksi itu mulai beraksi menaik-turunkan pinggulnya, sehingga kontolku tertelan dan termuntahkan kembali di dalam cengkraman memeknya.

Oma Roisa memang sangat enerjik. Maklum usianya baru 36 tahun, sehingga aku merasa seperti mendapatkan buah yang sudah sangat matang, yang manis sekali rasanya.

Aku pun tidak tinggal diam. Sambil memegangi sepasang paha Oma yang putih mulus dan sangat padat ini, kugerek-gerakkan juga kontolku. Ketika memek Oma bergerak turun, kudorong kontolku… lalu ketika memek Oma naik, kutarik juga kontolku. Sehingga terjadi suatu interaksi yang luar biasa nikmatnya.

Namun hanya belasan menit semuanya ini terjadi. Karena Oma Rosa sudah ambruk ke atas dadaku, sambil menahan nafasnya. Lalu terasa liang memeknya mengejut-ngejut, sebagai tanda sedang menikmati orgasmenya.

Oma Rosa menatapku dengan senyum manis di bibirnya. Lalu menciumi pipi dan bibirku. Dan menggulingkan badannya ke bawah, sambil memelukku erat-erat. Badanku pun berguling dan jadi berada di atas tubuh Oma Rosa.

Giliranku untuk beraksi di atas tubuh Oma Rosa.

Sepasang paha Oma direnggangkan ketika aku mulai mengentotnya.

Aku memang sangat bergairah untuk menyetubuhi nenek tiriku ini. Namun entah kenapa, wajah ratih berkelebatan terus di pelupuk terawanganku. Sehingga aku seperti ingin buru-buru menyelesaikan persetubuhan ini.

Gedak-geduk kontolku bermaju-mundur di dalam jepitan liang memek Oma.

Memang cukup lama aku mengentot nenek tiriku yang usianya lebih muda daripada Bunda itu. Sehingga keringatku mulai bercucuran. Namun aku mengentotnya terus dengan keinginan agar cepat ngecrot dan secepatnya pulang. Untuk mendengarkan penuturan Ratih.

SKIP

Setelah mengentot Oma lebih dari setengah jam, akhirnya akju menggelepar di atas perut Oma Rosa, dengan kontol mengejut-ngejut sambil memuntahkan air mani.

Kita harus secepatnya pulang, Oma,” kataku setelah mencabut kontolku dari liang memek Oma Rosa.

“Lho kenapa?” tanya Oma dengan sorot heran.

“Kasihan Ratih… dia sendirian di rumah. Karena Bunda sedang di luar kota selama tiga hari.”

“Ohya?! Ya udah kalau begitu kita pulang aja. Masih banyak waktu untuk ketemuan lagi kan.”

“Iya Oma…”

Beberapa saat kemudian aku dan Oma sudah berada di lift yang sedang diturunkan ke lantai dasar. Dan tiba-tiba saja pandanganku tertumbuk ke seorang wanita yang sedang duduk diapit oleh dua orang lelaki bule di lobby.

Ya Tuhan! Itu Bunda bersama Gustav dan Edmond…!

Kalau aku tidak sedang bersama Oma, mungkin aku akan melewati mereka dan pura-pura tidak melihat Bunda yang sedang duduk diapity kedua lelaki bule itu.

Tapi karena aku sedang bersama Oma, cepat kutarik tangan Oma, untuk melangkah menuju basement lewat lorong di sebelah kanan kami. Untungnya Oma tidak melihat Bunda dan kedua lelaki bule itu. Dan Oma ikut tergesa-gesa melangkah di sampingku menuju basement, tempat mobilku diparkir.

Pada waktu mengeluarkan mobil yang mau tidak mau aku harus melewati jalan di depan lobby itu. Dan sekali lagi aku melihat ke dalam lobby itu. Jelas sekali aku melihat Edmond sedang mencium pipi Bunda…!

Oooh… kenapa aku harus melihat semuanya itu?

Jahanam… jahanam!

Setelah mengantarkan Oma Rosa ke rumahnya, kupacu mobilku untuk pulang ke rumah. Dengan kegeraman yang semakin merajalela di dalam jiwaku. Karena aku berani memastikan bahwa Bunda sudah disharing pada Edmond. Kalau “belum ada apa-apanya” mana mungkin Edmond berani mencium pipi Bunda segala di lobby hotel yang sedang sepi itu tadi.

Tapi biarlah… aku tak mau terlalu memikirkan Bunda lagi. Biarlah… kalau sudah seperti itu keinginan Bunda, aku bisa apa?

Kalau meninggalkan rumah, aku selalu membawa kunci pintu samping dan kunci garasi. Karena itu aku bisa memasukkan mobil ke garasi, lalu membuka pintu yang menghubungkan garasi dengan rumah.

Lalu aku bergegas menaiki tangga menuju lantai atas. Dan langsung mengetuk pintu kamar Ratih yang terkunci.

Ratih membuka pintu kamarnya dan langsung menghambur ke dalam pelukanku sambil menangis terisak-isak.

“Kenapa harus menangis? Memangnya sudah diapain oleh Edmond?” tanyaku sambil membelai rambut Ratih.

Di tengah isak tangisnya Ratih menjawab, “Belum diapa-apain… hiks… menyentuh tangan juga kutepiskan… tanya aja sama bundamu nanti… hiks…”

Aku mau menjawab bahwa tadi aku melihat Bunda bersama Gustav dan Edmond. Tapi kubatalkan niat itu, takut ada pertanyaan kenapa aku berada di hotel itu dan sebagainya. Bukankah tadi aku bersama mamanya Ratih di hotel itu?

Lalu Ratih menceritakan segala kejadian yang dialaminya tadi.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu