1 November 2020
Penulis —  qsanta

Mamanya Eri

Esoknya aku ke minimarket, membeli dua buah susu uht yang dua liter. Aku tak bilang ke Bu Bambang kalau pulangnya aku berlari dengan cepat, begitu cepatnya bagaikan tiada lagi yang lebih cepat. Bu Bambang juga tak bertanya kenapa aku ngos - ngosan kecapaian saat tiba di rumah.

Aku kecewa melihat kaki Bu Bambang yang biasanya memakai rok pendek, kini memakai rok yang agak panjang. Bu Bambang menyadari tatapanku yang sedang melihat kakinya.

“Nanti malam Li, setelah Bapak pulang.”

Aku kecewa.

“Sabar. Masa gak bisa nunggu beberapa jam sih.”

Kekecewaanku tak langsung sirna. Aku telah belanja, sendiri. Aku ingin hadiahku.

“Kamu mau melihatnya sedikit?”

Aku mengangguk.

Bu Bambang mengangkat sedikit roknya. Mataku menatap.

“Ali suka kaki ibu”

“Iya.”

Roknya ditarik makin ke atas.

“Ali bener - bener suka?”

“Iya, bener - bener suka.”

Makin ke atas.

“Sesuka itu?”

Aku lupa mengiyakan karena ujung roknya makin naik hingga mulai terlihat cdnya. Kali ini warnanya kuning. Roknya makin ke atas hingga sampai ke perutnya.

“Ali suka celana dalam ibu gak?”

Aku hanya sanggup mengangguk.

“Ali ingin ibu pake ini malam nanti atau ingin yang pink?”

“Iya.”

Aku tak percaya Bu Bambang tahu kalau aku melihat cdnya waktu di mobil dulu.

“Meski Bapak duduk di belakang Ibu?”

“Iya.”

“Baik kalau kamu memang suka.”

Bu Bambang melepas roknya lantas melangkah mendekatiku. Bu Bambang menciumku.

“Sebaiknya kamu kembali ke kamar hingga nanti Bapak datang.”

Aku tak setuju, namun tetap melakukan apa katanya.

***

Malamnya Bu Bambang menepati janjinya. Kaki kanannya digerakan seolah mengelus paha kaki kirinya. Saat kedua pahanya dilebarkan, aku seolah bisa melihat cd kuningnya. Lantas Bu Bambang menatapku. Bola matanya digerakan ke kiri seolah bertanya apakah suaminya melihatnya.

Aku menggeleng pertanda tidak.

Tangannya meraih ujung rok dan menariknya hingga ke pinggang. Ternyata Bu Bambang tak memakai cd sama sekali.

Selanjutnya, saat Bu Bambang ke kamar, aku tak bisa menyembunyikan ereksiku dari dalam celana. Saat Bu Bambang melihatnya, aku merasa seolah makin mengeras.

“Apa ibu membuatmu senikmat itu?”

“Iya.”

“Bagus, karena esok Ibu ingin kamu melakukan sesuatu untuk Ibu.”

“Belanja lagi?”

“Iya.”

Bu Bambang membungkuk. Daster yang dipakainya kali ini memiliki rok yang lebih pendek. Dan susunya terlihat lebih dari belahan lehernya.

“Kali ini ibu ingin kamu beli sepatu lari untuk Ali. Biar ibu nanti kasih uangnya.”

“Sepatu lari, dari mana?”

“Dari mall.”

Ketakutan langsung menyelimutiku membuatku merinding. Bu Bambang makin mendekatkan diri kepadaku hingga payudaranya menyentuh dadaku.

“Ali, sadar.”

“Mall kan lumayan jauh. Ali gak …”

“Gak jauh - jauh amat kok. Ali pingin tahu gak hangatnya tubuh Ibu karena apa yang Ali lakukan?”

Aku tak bisa bicara, tapi tatapanku seolah menyiratkan suatu jawaban. Bu Bambang merebahkan tubuh diatas tubuhku seutuhnya. Aku bisa merasakan hangatnya tubuh Bu Bambang, meski kami memakai pakaian.

“Gimana, hangat gak?”

“Iya.”

Aku mendadak lupa tentang mall. Selangkangannya menekan selangkanganku. Bibirnya berada di telingaku.

“Ali mau kan ke mall?” bisik.

Kontolku berdenyut.

“Boleh gak Ali merasakan hangatnya tubuh Ibu tiap kita berciuman selamat tidur?”

Bu Bambang tertawa.

“Pinter Li. Kamu mesti bilang, meminta saat menginginkan sesuatu. Meski tak bisa kamu dapatkan.”

“Jadi ali gak boleh?”

“Ibu gak bilang gitu.”

“Biasanya manusia tak selalu mendapat apa yang dia inginkan. Jadi Ali mesti pintar memilih waktu.

“Seperti sekarang, saat Ali punya sesuatu untuk ditukar. Kamu mesti ke mall dulu.”

“Baiklah.”

kupegang bahu Bu Bambang agar Bu Bambang tak bisa bangkit. Namun ternyata Bu Bambang malah makin menekankan tubuhnya.

“Cium Ibu,” bisiknya.

Saat aku mencium beliau, tanganku beralih dari bahunya memasuki daster hingga bagian pinggir payudaranya. Tentu aku tak bisa meremas payudaranya karena tertekan ke dadaku. Aku pun tak mencobanya. Mungkin kali yang lain.

Sekilas, tapi melintas dengan goresan mendalam, aku penasaran kenapa mamanya Eri bertindak seperti ini? Sebelumnya beliau tak pernah seperti ini. Setidaknya, aku tak pernah ingat mamanya Eri bertindak seperti ini.

Lantas mulut Bu Bambang beralih dari sebelah kupingku ke mulutku. Rasa penasaranku pun hilang.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu