1 November 2020
Penulis —  qsanta

Mamanya Eri

Pagi hari setelah ayah pergi, kudapati mama lagi duduk di kursi sambil menikmati secangkir kopi. Saat kudekati, bisa kulihat bh hitam mama dari blus putih mama. Sedang bawahnya memakai rok warna biru. Aku berlutut di sebelah kakinya. Mama melihatku, lantas kembali melihat tv.

“Kamu gak boleh nakal kalau ingin hadiah.”

“Iya mah. Jupri tahu. Jupri hanya ingin memeriksa lecet di kaki mama saja.”

“Iya lah,” kata mama lantas tertawa.

“Serius ini mah.”

Aku meraih kaki mama dan agak menariknya hingga bisa melihat - lihat. Kuusapkan tangan ke belakang lututnya.

“Udah gak ada lecet lagi.”

“Jupri gak yakin mah.”

Kupegang kaki kanan mama lantas kuangkat.

“Tuh, ada mah sedikit lagi.”

“Udah, jangan main - main lagi.”

“Kayaknya udah gak perlu salep lagi.”

Kulebarkan paha kanan mama dan kusentuhkan ujung jariku, dari lutut naik hingga ke cdnya.

“Ya gak perlu salep lagi kan udah gak lecet lagi.”

Tangan kiriku memegang kaki kanan mama. Kini tangan kananku mengangkat lantas memegang kaki kiri mama.

“Kamu ngalangin tvnya tuh.”

“Jupri cium aja, biar sembuh lecetnya.”

Kumajukan kepala hingga mulutku mengenai paha mama.

“Hentikan. Geli tahu.”

Kugerakan bibirku hingga seolah membentuk lingkaran.

“Jangan bikin geli mama.”

Mama mengangkat kaki kiri dan berusaha mendorong kepalaku dengan lututnya. Maka kulingkarkan tangan di paha kiri mama dan kembali menciumi paha kiri mama.

“Jangan. Mama gak suka digelitiki.”

Aku tak peduli. Kini tangan mama berusaha menarik kepalaku tapi aku tetap bergeming. Ciumankun makin dekat ke cd mama.

“Jupri.”

Mulutku kini seolah mencaplok gundukan yang tertutup cd.

“Oh… oh…”

Tangan mama kembali berusaha menarik kepalaku. Namun tanganku mencengkram erat. Kugerakan mulut seolah sedang menghisap es cone.

“Oh… oh…”

Hidungku ikut menekan. Kujulurkan lidah berusaha mendorong, meski terhalang cd. Kugerakan kepalaku, dari bawah ke atas hingga jilatanku bermain di cd mama. Erangan mama makin jelas dan tak menentu. Tanganku kini memegang sisi cdnya. Dengan agak menarik kepalaku, kutarik cd mama.

“Jangan nak,” kata mama saat cdnya melewati pantatnya.

“Kita gak boleh,” kata mama saat cdnya tak lagi menutupi pantatnya.

“Jangan,” kata mama saat mulutku akhirnya mengenai memeknya.

“Ohhh…” erang mama saat lidahku mulai menjilati memeknya.

Mama diam, namun nafasnya terengah - engah saat cdnya sampai ke lututnya. Mulutku terus bermain di memeknya. Tanganku terus berusaha melepas cdnya hingga akhirnya lepas dari kaki mama.

Kuangkat dan kumasukan tangan ke dalam blusnya hingga mencapai bh mama. Kuangkat bh mama hingga susunya lepas. Kuraih pentil mama dan kumainkan.

“Awww…”

Kali ini mama berteriak. Kumasukan lidah semakin dalam ke memeknya, lantas kutarik dan kujilati memeknya sambil tanganku memainkan pentil susu mama.

Aku tak mau menganggurkan tangan kananku. Sambil tangan kiriku memainkan pentil susu mama, tangan kananku mencari memek mama lantas memasukan jari ke memeknya. Jilatanku kini beralih ke itil mama.

“Ooohh… ooooohhhhh…”

Mama meracau makin tak jelas saat tempo kupercepat. Akhirnya mama menekan kepalaku dengan kedua pahanya. Tangan mama menekan kepalaku ke memeknya. Tubuhnya mengejang.

Saat kaki mama akhirnya lemas, aku melepaskan diri dan duduk di lantai.

Meski menatapku, namun aku yakin mama masih tak sadar diri. Aku langsung berdiri, kupelorotkan lantas kulepas celana pendekku. Saat kontolku terbebas, mama mulai menyadari diri.

“Jangan nak, kita gak boleh terlalu jauh.”

Kedua tangan mama lantas menutupi memeknya, kedua pahanya dirapatkan. Aku lantas naik ke sofa, kakiku berada di sebelah pinggulnya. Kontolku kini sejajar dengan kepala mama. Tanganku langsung memegang kepala mama dan kumasukan kontol ke mulut mama.

Karena mama masih dalam keaadan belum sepenuhnya sadar, kontolku bisa masuk sepenuhnya.

“Jeblplbgle.”

Mama berusaha menarik kepalanya namun cengkraman tanganku lebih kuat lagi. Kutarik kontolku hingga hanya ada sedikit yang tersisa di mulut mama, lantas sebelum seluruhnya lepas, kudorong lagi. Begitu terus hingga beberapa saat.

“Jeblplbgle.”

“Ohhh… enak mah, giliran Jupri sekarang.”

Kupompa kontolku di mulut mama.

“Jilat mah. Isep… oh…”

Beberapa tusukan kemudian membuatku makin gak tahan. Mama tentu menyadarinya. Akhirnya pejuku muncrat di mulut mama.

“Ohhhh…”

Kontolku ternyata lepas membuat pejuku ikut nyembur ke wajah mama, bahkan ke dagunya. Kudorong lagi kontolku hingga kembali masuk ke mulut mama. Mama ternyata menghisap, menjilati kontolku hingga bersih.

Akhirnya aku duduk di sofa.

“Kamu gak boleh nakal lagi. Bener - bener gak boleh.”

“Iya mah.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu