1 November 2020
Penulis —  qsanta

Mengajari Tanggungjawab

Rina duduk di pematang sawah yang kering akibat kemarau berkepanjangan. Di depannya terlihat ibunya yang sedang kencing tanpa malu dan atau mencoba menutupi kegiatannya. Mau tak mau, Rina melihat urin yang keluar dari selangkangan mamanya. Teriknya matahari membakar wajah dan atau kulit Rina. Juga membuat tenggorokan Rina kering.

Selain ibunya, Rina juga sering melihat tante dan bahkan kakaknya kencing di hadapannya.

Detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

Kini Rina telah memiliki anak bernama Erna. Seorang siswi menengah pertama yang sudah mulai mens sedari dasar.

Detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

Rina memilah isi keranjang pakaian kotor putrinya lantas mengeluarkan cd kotor putrinya. Rina hirup aromanya. Terlihat secuil bercak kekuningan yang lantas Rina jilat dan hisap meski tidak mengeluarkan tetesan.

Setelah dirasa puas, Rina mengambil cd putrinya lantas ke kamarnya dan mengunci pintu. Setelah terkunci Rina langsung merebahkan diri di lantai tanpa pusing – pusing ke kasurnya. Rina kembali menikmati cd putrinya itu.

“Kenapa bersih amat sih membersihkan memeknya?” batin Rina sambil menghirup aromanya.

Saat tangan kiri memegang cd putrinya, tangan kanan Rina langsung menyusup ke dalam cdnya sendiri lantas mengelus – elus klentitnya sendiri. Elusan tangan di kelentitnya membuat Rina cepat keluar. Aneh, padahal saat bercinta dengan suaminya, Rina tak pernah keluar secepat ini.

Meski telah keluar, namun Rina merasa belum puas seutuhnya. Dengan enggan, Rina kembalikan cd putrinya ke keranjang sebelumnya. Saat di kamar putrinya, Rina melihat wadah tissue yang kosong. Rina lantas ke warung dengan maksud membeli tissue.

Baru saja melangkah dengan pasti keluar pintu rumah, Rina dikejutkan oleh seorang kakek yang memegang tongkat di tangan kiri sedang tangan kanan dalam posisi meminta.

Rina tidak merasa iba, namun tangannya tetap memberi recehan.

“Terimakasih bu, semoga rezekinya semakin banyak dan segala maksud dan tujuan tercapai.”

“Iya, sama – sama kek.”

Di perjalanan, tiba – tiba Rina merasa mendapat wangsit yang mengatakan agar Rina membeli Tisu yang banyak.

“Wah, jangan – jangan ini efek sedekah kali?” batin Rina.

DI rumah, tisu yang banyak itu Rina ambil satu bungkus lantas ditaruh di kamar putrinya. Sisanya Rina ambil dan diremas hingga membentuk bola. Bola – bola tisu itu lantas disumpal ke jalur pembuangan di kamar mandi.

+-+

Setelah selesai menyumpal, Rina sabar menanti kepulangan putrinya.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Ayo makan dulu, udah mama siapin perkedel buat kamu.”

“Asik. Wah, ini ada kelapa muda siapa nih mah?”

“Siapa yah? Siapa lagi kalau bukan buat kamu.”

Erna makan dengan lahap, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Dulu Rina suka menyuruhnya untuk langsung ganti pakaian, namun Erna jarang menurut. Akhirnya Rina biarkan saja.

“Gimana sekolahnya sayang?”

“Gak gimana – gimana mah. Ini beli di mana sih mah, air kelapanya banyak bener. Dagingnya malah sedikit.”

“Tadi ada yang lewat. Tumben kamu sudah pulang jam segini.”

“Yah mama, pulang jam segini dibilang tumben. Giliran telat setengah jam aja dimarahi.”

“Namanya juga orangtua. Wajar kalau cemas. Apalagi zaman sekarang.”

“Emang kenapa kalau zaman sekarang mah?”

“Mama takut kamu dibawa temen terus diapa – apain.”

“Diapa – apain bagaimana?”

“Mama takut kamu diculik sayang.”

“Mama mah gitu aja ngomongnya. Bukannya ngomong yang baik – baik. Ya udah, biar gak ada yang nyulik, ntar – ntar pulangnya minta dianterin temen deh.”

“Temen siapa? Pacar? Kamu belum boleh pacaran, masih kecil.”

“Emang kenapa mah? Temen aja udah banyak yang pacaran.”

“Pokoknya gak boleh.”

“Ya udah, Erna mau kerjakan pr dulu di rumah temen.”

“Temen siapa?”

“Sukma mah.”

“Ganti dulu pakaiannya.”

“Iya dong mah.”

@@@

“Mah, kayaknya kamar mandinya mampet tuh.”

“OH gitu? Ya udah ntar nunggu papa dibetulin deh.”

“Oh, yang udah Erna pamit dulu ya. Assalamualaikum.”

“Waalaikum salam.”

Begitu putrinya keluar, Rina langsung melepas busana hingga tiada sehelai benang pun menempel di tubuhnya. Rina lantas beranjak ke kamar mandi. Di kamar mandi terdapat genangan air agak kekuningan campuran urin anaknya dengan air.

“Untuk gak kencing di kloset,” batin Rina.

Rina lantas berlutut dan kedua tangannya menyentuh lantai. Mulutnya mulai minum mencicipi. “Ohhhh…” lenguh Rina. Lantas kembali minum. Tangan kanan Rina mulai mengelus klentitnya. Elusan dan tegukan membuat Rina keluar dan kembali melenguh. “Ohhh…”

Tubuh Rina mengejang hingga membuatnya tak tahan berlutut. Rina berbaring di lantai dan langsung terpaku saat melihat wajah putrinya yang terlihat jijik.

Saat mata Rina mulai berkedip, putrinya melangkah pergi. Dapat Rina dengar suara pintu depan yang ditutup dengan keras.

* * *

“Erna mana mah?”

“Lagi kerja kelompok pah di rumah sukma.”

“Sampai jam segini?”

“Iya. Katanya juga mau sekalian nginep.”

“Tumben mama izinin.”

“Iya pah, mama juga mesti belajar memberinya tanggung jawab. Lagian dia juga udah mulai gede.”

“Wah, ada apa nih tumben – tumbenan.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu