1 November 2020
Penulis —  qsanta

Mengajari Tanggungjawab

Perih akibat lecet yang terasa di lutut lama – lama hilang. Memang, bekas lukanya tidak hilang, namun kini Rina dan suaminya tak lagi merasa perih. Mungkin karena kulit lututnya menyesuai diri dengan keadaan di mana mereka kini sudah mulai sering merangkak.

Setiap subuh, jika dan hanya jika tidak sedang datang bulan, Erna selalu terbangun karena jilatan ibunya. Jika terlentang, maka jilatan itu menjilati selangkangannya. Namun, jika kebetulan sedang tengkurap, maka jilatan itu menjilati anusnya.

Susu Rina kini makin berat, dengan asi yang selalu ada dan diperas tiap hari. Rina dan suaminya kini dilarang untuk bersetubuh di kamar mereka. Maka saat setelah sarapan biasanya sering dipakai oleh suaminya untuk mengawininya, dengan gaya anjing, tentunya.

Gaya hidup yang unik ini, malah semakin mendekatkan keakraban di keluarga kecil Rina. Keharmonisan rumah tangga membuat Rina selalu menjadi narasumber bagi tetangga dan atau saudarinya, yang bertanya tentang rahasia keluarga harmonis.

Rina tentu menjawab dengan santai, bahwa seks adalah rahasianya. Ada yang puas dengan jawaban tersebut. Tapi ada juga yang masih kurang puas. Rasa – rasanya telah melayani dengan baik, kata mereka yang kurang puas, namun tetap saja pasangannya masih melirik wanita lain. Rina lantas menyarankan untuk mencoba sesuatu yang baru.

***

Di rumah, kini dekat pintu utama tersedia meja. Di atas meja itu selalu terdapat daster dan kerudung instan yang mudah dipakai. Ya, ide tersebut tercetus saat Erna merenung, sambil selangkangannya dijilat oleh ibunya. Kini, Rina selalu telanjang di rumah. Adapun daster dan kerudung instant tersebut digunakan jika ada yang mengetuk pintu.

***

“Wah, sandal baru nih.”

“Iya, nih, biar gak dingin. Mah, Yah, biar makin seru, Mama dan Ayah kalau mau ngomong, saat makan saja. Kalau sedang tidak makan, menggonggong saja.”

Kenyang setelah makan, Erna lantas beranjak dari kursi makan ke sofa di ruang TV. Namun, sengaja sandalnya tidak dipakai, sehingga ada di bawah meja makan.

“Mah, bawain sandal Erna dong ke sini! Gigitin maksudnya!”

“Guk.”

Rina mencoba menggigit sepasang sandal.

“Satu – satu saja kalau susah mah.”

Rina lantas menggigit sandal kiri dan membawanya ke hadapan putrinya. Sementara suaminya melihatnya. Setelah itu Rina kembali lagi untuk membawa sandal kanan.

“Rapikan ya, biar siap pakai! Tapi jangan lupa, jangan pakai tangan.”

Rina lantas memposisikan sandal dengan cara menggeser dengan mulutnya. Adegan ini rupanya membuat suaminya bereaksi, hingga merangkak mendekatinya dan lantas tangan suaminya memenggang punggungnya.

Ayah Rina menghentikan aksinya saat ada sandal melayang mengenai kepalanya.

“Yang sopan dong Yah, jilati dulu hingga basah. Jangan main colok saja. Sini ambilin sandal Rina.”

Ayah Rina lantas menggigit sandal dan memposisikannya kembali di hadapannya.

“Nah, gitu dong,” kata Rina sambil mengelus kepala Ayahnya. Elusan tangan Rina kini pindah ke kontol Ayahnya. “Pingin kawin ya?”

“Guk!”

“Pintar, ayo, kawini saja betinanya!”

“Guk!”

Suami Rina lantas merangkak ke belakangnya, hidungnya mengendus anus Rina. Puas mengendus, kini memek Rina lantas dijilati. Tak perlu waktu lama hingga basah, suaminya kini mengawininya, dengan gaya anjing.

Erna lantas ke kamar mengambil ikat pinggang. Melihat keseruan anjing yang sedang kawin, membuat Rina asik menonton. Ikat pinggang itu lantas Erna pasang ke leher Ayah hingga pas. Rina lantas menarik – narik, dengan tidak keras, ikat tali sabuk itu.

“Parah nih anjing, tiap hari kawin mulu,” celoteh Erna.

Crot… celotehan Erna membuat kedua anjing yang sedang kawin melolong orgasme.

“Sini – sini, biar gak kawin mulu,” Erna lantas menarik sabuk, membuat Ayahnya merangkak mengikuti tarikan. Lantas ujung sabuk itu diikat ke kaki meja makan. Sebuah ikatan sederhana, yang mudah dilepas, dimana ikatan ini lebih ke simbol.

Setelah itu, mangkuk air minum anjingnya Rina geser dengan kaki, hingga ke dekat anjing jantannya. Melihat peju yang seperti akan menetes di memek mamanya, Rina lantas mendekati mamanya dan menarik rambutnya.

“Sini – sini.”

Tarikan tersebut berhenti di dekat ayahnya.

“Nih, jilatin memek betinanya biar bersih, jangan ada bekas peju ya.”

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu