1 November 2020
Penulis —  qsanta

Mamanya Eri

“Jupri.”

“Iya Bu.”

“Ibu pingin ketemu kamu.”

“Kapan bu?”

“Sekarang.”

“Iya bu.”

Aku lantas keluar dari kamar menuju rumah bu Ani. Pintu terbuka sebelum aku sempat mengetuk. Tanganku lantas ditariknya hingga aku mengikuti emaknya Bilal ke dapur. Kali ini dia memakai kaos biasa dengan rok pendek biasa. Tangannya melingkari leherku. Bibirnya mengenai bibirku. Kami berciuman.

“Mana Bilal?”

“Ssshhhh. Pergi.”

“Terus, yang di sini siapa?”

“Ngomong apa kamu?”

Matanya seolah heran. Sial, aku hampir keceplosan.

“Jupri kira ibu gak sendirian.”

“Bapak lagi di ruang kerjanya. Makanya ibu ssshhhh kamu.”

“Bapak…”

Aku mencoba berontak tapi tanganku diraih dan diletakannya di antara selangkangannya.

“Kamu mau sentuh ini?”

“Tapi bapak.”

“Kamu mau atau tidak?”

Lidahku kelu. Aku tak bisa menjawab.

“Tentu kamu mau. Ayo sentuh!”

Aku memalingkan kepala mencoba meyakinkan diri. Tatapanku kini beralih ke selangkangannya. Kugerakan tangan masuk ke dalam roknya hingga jemariku menyentuh cdnya.

Tangan emaknya Bilal lantas mencengkram tanganku hingga tak bisa bergerak.

“Janji dulu sama ibu.”

“Apa?”

“Janji dulu sama ibu.”

“Iya, janji.”

“Janji kamu bakal balikin boneka Bilal ke Bilal.”

Gila, dia tahu soal boneka?

“Entahlah.”

“Sudahlah. Ibu tahu soal boneka. Ibu minta dia bujuk Eri agar ngasih tahu Bilal soal boneka.”

Tentu saja. Bilal selalu main sama Eri saat kecil. Sebelum Eri jadi aneh. Tapi setelah penyakit Eri makin kacau, Bilal malah tak sabaran sama Eri.

“Mamanya Eri pake boneka untuk membuat Eri sembuh. Sekarang Eri udah normal. Jika boneka itu bisa dipakai untuk Eri, tentu bisa juga untuk Bilal. Dan kamu jangan kasih tahu apa - apa. Mengerti?”

Cengkraman tangan emaknya Bilal makin melunak. Bahkan kini tangannya menggerakan tanganku hingga tanganku naik turun.

“Iya, jupri janji gakkan bicara.”

“Bagus. Kamu suka memegang cd ibu?”

Aku mengangguk.

“Kamu mau menyentuh aslinya gak?”

Aku mengangguk. Emaknya menurukan sedikit tubuhnya, membuat selangkangannya menekan tanganku. Mulutnya mendekati kupingku, lantas kudengar dia berbisik.

“Berikan bonekanya ke Bilal. Bilang kamu udah nanya ke Eri dan Eri jawab kalau boneka itu beneran berguna.”

Aku mengangguk lagi. Entah bagaimana caranya, emaknya Eri memakai boneka ini untuk menyembuhkan Eri. Aku tak ingin melepas keberuntunganku dengan mengatakan ke emaknya Bilal kalau Bilal lebih suka menusuk bonekanya daripada memakainya untuk tujuan lain.

“Lakukan yang ibu minta lantas akan ibu biarkan kamu melepas cd ini.”

Emaknya Bilal kembali menciumku. Lidahnya mencari - cari lidahku. Tanganku tetap bermain di selangkangannya. Terngata jempolku nyelip masuk diantara cdinya dan mengelus memeknya langsung.

“Bagus Jup, kayak gitu. Yakinkan Bilal kalau dia mesti baik - baikin tuh boneka.”

Emaknya Bilal tak melarangku, jadi kuteruskan aksi jempolku. Kucoba menerobos mencari lubang memeknya.

“Ntar, kalau kamu sukse, kamu boleh coba yang asli.”

Tangan emaknya Bilal lantas menyingkirkan tanganku.

“Mah, tahu gak.

“Lho, ada Jupri toh.”

Bapaknya Bilal seperti terkejut melihat kehadiranku. Untung tanganku keburu ditarik. Tentu emaknya Bilal sering ngobrol tentang tingkah lakuku pada suaminya. Maka dari itu suaminya terkejut melihat kehadiranku.

“Jupri cari Bilal. Kayaknya dia bentar lagi pulang.”

“Oh. Ya udah kamu tunggu aja. Jangan kayak tamu, kamu kan temannya Bilal.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu