1 November 2020
Penulis —  qsanta

Mamanya Eri

“Jup.”

“Lu kira jam berapa ini?”

“Mana gw tahu. Tengah malam mungkin.”

Nafas Bilal terdengar berat, seperti terengah - engah.

“Tengah malam gini, lu mau apa lagi?”

“Lu gakkan percaya. Lu bener - bener gakkan percaya,” Bilal seperti berusaha agar suaranya pelan, namun tetap terdengar keras. Aku bahkan menjauhkan telepon dari kupingku.

“Lu mau ngomong apa?”

“Emak gw,” kali ini suara Bilal agak berbisik. “Saat bapak gw tidur, emak gw bilang mau ngobrol sama gw. Emak gw nyuruh gw pake piyama, keluar dari kamar gw. Piyama. Entah tahun berapa gw terakhir pake piyama. Tapi ya gw nurut aja. Terus gw keluar dari kamar gw.

“Saat gw di ruang tv, ternyata emak gw juga udah pake gaun tidurnya. Bukan daster biasa yang selalu emak gw pake. Tapi kayak yang di film - film bokep, yang bahannya transparan. Gw bahkan bisa liat susunya, putingnya.

“Emak gw emang kurus, tapi liat susunya, bener - bener berisi.”

Bilal berhenti bicara untuk bernafas.

“Terus? Lu jadi diceramahin?”

“Enggak. Ternyata bener. Gw elus - elus ternyata sukses.”

Terkejut, aku lantas duduk di kasurku.

“Terus?”

“Terus? Itu bukan urusan lu.”

“Iya deh. Ya udah, gw tidur dulu.”

Aku diam, menunggu tanpa menutup teleponku.

“Tunggu. Gw bercanda.”

Aku tahu Bilal takkan melewatkan kesempatan untuk menyombongkan dirinya.

“Halo. Lu masih ada?”

“Iya, gw dengerin.”

“Jadi emak gw matiin lampu ruang tv, dan nyalain lampu yang ada di meja. Tv juga dimatiin. Terus duduk di sofa. Gw disuruh duduk di sebelahnya. Jadi gw duduk.”

Bilal menghela nafas lagi.

“Gw duduk. Berusaha gak melihat susunya. Gw nunduk liat kakinya. Ternyata lumayan juga. Kakinya maksud gw. Kenapa mama pake pakaian kayak gini?”

Ini baru kejutan. Entah kapan terakhir kali Bilal menyebut emaknya dengan kata mama.

“Gw angkat pandangan gw hingga ke dadanya. Mama menyadari tatapan gw. Gw jadi gak enak. Gw putuskan untuk bangkit, namun tangan mama menahan. Mama lantas mulai bicara tentang kenakalan gw.

“Gw baru akan bilang kalau ya inilah gw dan mama gak usah ikut campur. Tapi mama bilang duluan kalau dia ingin memulai sesuatu yang baru.

“Ya, terserah, pikir gw. Tapi kini kedua tangan mama memegang tangan gw, seolah benar - benar tak mau gw melangkah.

“Kalau sekedar itu sih gw tak masalah. Tapi, kini mama menahan tangan gw dipangkuannya. Bahkan menyentuh selangkangannya.”

“Wow,” selaku.

“Gw terdiam. Mungkin mama tak menyadarinya. Jika gw lihat tangan gw, mungkin mama akan menyadarinya dan menyingkirkannya seolah itu salah gw.

“Akhirnya gw gak bisa menahan keinginan untuk melihatnya. Benar tangan gw kini memegang cdnya. Bahkan kakinya lebar, seolah dilebarkan. Mama menatap, bertanya kalau gw setuju tidak untuk memulai awal yang baru.

“Gw mengangguk sambil berkata setuju. Mata gw kembali terpaku pada susunya. Susunya itu seolah keluar karena, banyak bagian susunya yang tak tertutupi gaun itu. Hanya pas putingnya ke bawah saja yang tertutupi.

“‘Bagus nak,’ kata mama. Lantas mama menyenderkan kepalanya ke bahu gw, sedang tangannya menekan tangan gw hingga lebih menekan selangkangannya.

“Gw tak percaya, kontol gw tegang menyesaki piyama. Mama kembali bilang kalau kita bekerja sama, mama yakin kamu bisa jadi anak baik - baik.

“Gw jawab iya, Bilal bisa jadi anak baik - baik. Terus mama jawab kamu memang anak mama katanya sambil menekankan tangan gw lebih dalam lagi.”

“Ah, lu ngarang lu.”

“Kagak. Bahkan mama mulai menggeliatkan pahanya. Terus mama bilang kalau awal yang baru ini mesti disahkan dengan ciuman. Jadi gw gerakan kepala dengan maksud mencium pipi mama.

“Ternyata mama menggerakan bibirnya hingga menyentuh bibir gw. Gw terdiam. Mama menarik kembali bibirnya.

“Mama lantas bilang kalau mama sering menciumku saat gw kecil dulu karena gw lucu. Abis itu mama cium gw lagi. Abis mama cium gw, mama bilang lagi kalau kita mesti sering ciuman lagi, untuk merayakan perjanjian kita.

“Gw bilang iya. Mama bilang tapi kalau kamu tetep jadi anak baik - baik. Terus mama tanya, apa kamu gak akan nakal lagi? Gw jawab iya, Bilal gakkan nakal lagi.

“Abis itu gw dicium lagi. Gila, kali ini lidah mama masuk ke mulut gw.”

Bilal kembali menghela nafas.

“Kira - kira sepeminuman teg gw ciuman sama mama. Abis itu, tau - tau kita udah berbaring di sofa. Gw lupa diri, gw liat tuh susu yang ada di depan gw. Mama malah senyum. Mama bahkan gak berusaha nutupin atau menerin pakaiannya. Terus mama liat ke celana piyama gw, yang tentu saja sesak karena kontol gw ngaceng.

“Mama terus bilang kalau gak seluruh tubuh kamu mengira kalau mama adalah pelacur tua.

“Gw bilang kalau gw gak berpikir seperti itu. Mama tertawa, lantas bilang kalau yang dulu biarlah masa lalu. Yang penting sekarang kita udah janji memulai yang baru lagi.

“Gw ngangguk. Terus mama mulai lagi.”

“Mulai apaan?”

“Mama menyentuhnya.”

“Nyentuh apaan?”

“Mama mengelus kontol gw. Dari mulai testisnya hingga ke ujung. Terus kontol gw dipegangnya. Gw hampir saja keluar di dalam celana gw. Terus mama bilang kalau seminggu ini kamu gak nakal, kita akan ngobrol lagi setelah ayah tidur.”

“Gila. Bercanda lu ah.”

“Gw ga bercanda. Pokoknya gw gakkan cari masalah.”

“Iya, gw tahu,” suaraku terdengar cemburu.

Bilal menyadari nada suaraku.

“Emaklu, masih baik gak sama lu?”

“Gak kayak emaklu sih.”

“Mungkin lu kurang baik - baikin bonekanya.”

“Bisa jadi sih.”

“Ya udah. Gw cabut dulu.”

Kututup telepon.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu