1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

Bagian 04

**

Tante Della membiarkanku mendekap pinggangnya dari belakang. Dan berkata, “Nyaris tidak percaya pada pendengaranku sendiri, bahwa Sam bisa mengagumiku yang begini adanya.”

Sahutku, “Tante… kita boleh merendahkan diri, tapi jangan terlalu merendahkan diri sendiri, karena hal itu sama dengan melecehkan Sang Pencipta, yang menciptakan kita semua. Kalau aku menilai secara objektif, di antara adik - adik almarhumah Ibu, Tante Della lah yang tercantik dan paling anggun. Pendidikan Tante pun paling tinggi di antara semua adik - adik almarhumah Ibu.

“Aku juga harus jujur ya Sam,” ucap Tante Della, “Begitu melihat Sam dalam reuni itu, aku juga sangat mengagumi Sam. Karena selain ganteng dan macho, Sam juga sudah menjadi sosok yang sukses di usia sebegitu mudanya. Walau pun begitu, aku harus membatasi diri, kekagumanku hanya sebagai seorang tante kepada keponakannya saja.

Kemudian Tante Della memutar tubuhnya jadi berhadapan denganku. Sepasang mata buindar beningnya menatapku disertai senyum manis yang menghiasi bibir sensualnya.

“Iya Tante. Hanya sayangnya kita takkan bisa menikah, karena selain dilarang oleh agama kita, istriku juga sudah empat orang. Sudah maksimal.”

“Nggak apa - apa Sam. Yang penting Sam bisa menjadi pelindungku, bisa menjadi temanku di setiap saat aku membutuhkan teman untuk bertukar pikiran.”

“Kalau itu sih sudah pasti Tante. Aku akan melindungi Tante. Akan mencintai dan menyayangi Tante sebagaimana mestinya mencintai dan menyayangi seorang kekasih. Aku pasti jadi teman Tante juga, karena nanti hampir tiap hari aku bakal ketemu dengan Tante di kantor. Kalau Tante mau mengunjungi kota yang ada cabang perusahaan, aku juga siap menemani Tante.

“Terima kasih Sam. Aku bahagia sekali mendengarnya. Aku pasti akan menyayangimu sebagai seorang bibi pada keponakan kandungnya, sekaligus sebagai seorang kekasih yang sangat mencintaimu,” ucap Tante Della yang dilanjutkan dengan kecupan mesranya di bibirku.

Pada saat itu Tante Della hanya mengenakan beha dan celana dalam, karena sudah selesai mencoba semua gaun cheongsam yang kuberikan padanya, tapi belum sempat mengenakan spanrok dan blouse serba putihnya.

Dalam keadaan semenggiurkan itu, ciuman Tante Della jadi sangat mengundang nafsu birahiku. Maka kusambut ciumannya dengan lumatan hangat, sambil melingkarkan lenganku di lehernya, sementara Tante Della pun jadi mendekap pinggangku yang masih berpakaian lengkap ini.

Cukup lama aku dan Tante Della saling lumat, sampai akhirnya kuraih tubuh tanteku ke atas bed lalu menggumulinya dengan sepenuh gairahku.

Sampai pada suatu saat, ketika Tante Della sedang melepaskan behanya, aku pun bergerak cepat melepaskan segala yang melekat di badanku, hanya celana dalam saja yang kubiarkan melekat pada tempatnya.

Lalu dalam keadaan sama - sama tinggal bercelana dalam, kami bergumul lagi dengan mesra dan hangatnya.

Sebagai seorang lelaki yang selalu haus cinta dan kasih sayang ini, aku pun tetap jadi seorang lelaki yang berjiwa petualang. Karena bagiku, seorang wanita baru tetap meningga;lkan kesan yang baru juga. Dan aku menolak kalimat yang sering diucapkan orang - orang, bahwa rasa wanita yang mana pun begitu - begitu juga.

Aku semakin terhanyutkan oleh nafsu birahiku setelah memukan suatu kenyataan, bahwa sepasang toket Tante Della laksana toket gadis di bawah 20 tahunan saking kencang dan padatnya. Aku tidak tahu apa yang menyebabkannya begitu. Mungkin dia rajin berolah raga, rajin pula minum ramuan - ramuan tradisional yang konon bisa mengencangkan payudara.

Yang jelas aku mulai menikmati sepasang toket berukuran agak gede tapi tidak terlalu gede itu. Dengan meremas toket yang satu dan mengemut pentil toket satunya lagi. Tubuh Tante Della pun mulai menghangat. Terlebih ketika aku mengemut pentil toketnya, sementara tanganku menyelinap ke balik celana dalamnya, lalu menjamah sebentuk kemaluan yang bersih dan licin…

Bahkan pada suatu saat Tante Della melepaskan celana dalamnya. Lalu memelentang sambil mengusap - usap memek plontosnya, sambil berkata, “Nih… mau diapain… terserah Sam tercinta…”

Aku tersenyum dengan batin merasa telah meraih kemenangan. Lalu aku menelungkup di antara sepasang paha Tante Della yang sudah direntangkan. “Tante Della ini dari ujung kaki sampai ujung rambut tidak ada celanya sedikit pun bagiku,” kataku sambil menepuk - nepuk perlahan memek Tante Della, “Bahagia sekali rasanya bisa memiliki Tante yang begini perfect-nya.

Dan kuciumi memek yang begitu menggiurkannya, sambil mengusap - usap perut Tante Della yang terasa padat kencang ini. Lalu kungangakan labia mayoranya dengan kedua tanganku, sehingga bagian dalam memeknya yang berwarna pink itu tampak jelas di mataku. Ujung luidahku pun mulai menyapu - nyapu bagian yang berwarna pink itu.

Dengan cermat kujilati setiap bagian yang berwarna pink itu. Dengan sendirinya labia mayora dan labia minora-nya pun tak terlewatkan. Sementara Tante Della mulai menggeliat - geliat erotis. Terlebih lagi setelah aku fokus menjilati clitorisnya disertai dengan isapan - isapan agak kuat, desahan Tante Della pun mulai terdengar, “Aaaaaa …

Tak lama kemudian, kusadari bahwa liang memek Tante Della sudah basah, sudah siap untuk dieksekusi oleh batang kemaluanku.

Cepat kutanggalkan celana dalamku dan siap untuk meletakkan puncak batang kemaluanku di mulut vagina Tante Della. Namun tiba - tiba Tante Della terperanjat, lalu duduk sambil memegangi batang kemaluanku. “Saaam… edaaaan… penismu ini… luar biasa gede dan panjangnya… !”

“Iya Tante… beginilah adanya penisku. Penis yang sebentar lagi akan menjadi milik Tante…” sahutku sambil mendorong dada Tante Della agar menelentang kembali seperti tadi.

Tante Della pun menelentang kembali, Dan mengerti apa yang harus dilakukannya. Lalu sepasang paha mulus itu pun merenggang… seolah mempersilakan hadirnya batang kemaluanku di dalam liang surgawinya.

Dengan cermat kuletakkan puncak penis ngacengku di mulut vagina Tante Della. Lalu dengan sekuat tenaga kudorong alat kejantananku ini. Dan… berhasil membenam sampai lehernya.

“Untung barusan memekku dijilatin dulu. Kalau nggak, wah, pasti susah masuknya,” kata Tante Della sambil menatap langit - langit kamar pribadiku.

Aku cuma tersenyum. Lalu kudorong lagi penisku sekuatnya… membenam lagi hampir separohnya…

“Memek Tante seperti memek gadis belasan tahun… sempit sekali…” ucapku.

“Ya iyalah Sayang… aku kan belum pernah hamil dan melahirkan…” sahut Tante Della.

Kudorong lagi penisku sekuatnya. Dan membenam lagi semakin dalam.

Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas dua bukit kembar di dada Tante Della, lalu membisiki telinganya, “Mudah - mudahan aku bisa menghamili Tante yaaa…”

“Silakan aja… tapi jangan dalam waktu dekat ini. Kan aku harus jadi GM perusahaanmu. Kalau hamil segala, pasti sulit bergerak,” sahutnya sambil melingkarkan lengannya di leherku. Lalu mencium bibirkju dengan mesranya.

Aku pun menyambutnya dengan lumatan hangat, sambil mengayun penisku perlahan - lahan dulu. Dan… sangat terasa betapa sempitnya liang kemaluan Tante Della ini. Laksana liang memek gadis yang baru seminggu diperawani…!

Jelas ini mendatangkan nikmat tersendiri bagiku. Karena gesekan antara penisku dengan dinding liang memek Tante Della terasa sekali. Terasa penisku bergeseran dengan dinding liang surgawi yang bergerinjal - gerinjal dan membuatku semakin bersemangat untuk mengentotnya.

Setelah beberapa saat aku mengentotnyha dalam kecepatan rendah dan jarak yang pendek - pendek, akhirnya aku bisa mengentot liang memek Tante Della dengan lancar. Karena liang memek tanteku yang cantik dan anggun itu sudah menyesuaikan diri dengan ukuran batang kemaluanku.

Bahkan moncong penisku berkali - kali mentok di dasar liang memek Tante Della. Membuat mata tanteku membeliak, lalu terpejam lagi setelah aku menarik kembali alat kejantananku.

Tante Della pun mulai menggeliat dan merintih erotis. “Saaaaam… oooooh… penismu ini… luar biasa enaknya Saaaam… terasa sekali menggesek - gesek liang memekku. Ooooh Saaaam… Della makin cinta Saaaam… entot terus Saaam… entot teruuussss… ini luar biasa enaknyaaaa… ooooh…

Rasanya baru sekali ini aku merasakan menyetubuhi wanita yang menghamburkan kata - kata cinta dan kasih sayang dari mulutnya. Baru sekali ini pula aku merasakan gesekan antara penisku dengan liang memek yang aduhai… dinding liang surgawinya itu seolah terbuat dari puluhan kelereng daging yang mengitari penisku, membuat nafasku terengah - engah dalam nikmat yang tiada bandingannya…

Aku pun membayar kenikmatan yang tiada bandingannya ini, dengan mencelucupi pentil toket kirinya sambil meremas toket kanannya dengan tangan kiriku. Hal itu membuat Tante Della sampai menjengking - jengking seperti pacet mau melompat.

Terkadangkulumat bibir sensual dan hangatnya, kemudian mulutku pindah ke leher Tante Della, untuk menjilatinya disertai gigitan - gigitan kecil, yang membuatnya semakin riuh berdesah dan merengek - rengek manja, “Aaaaaahhhh… Saaaaam… aaaaaaa… aaaaah Saaaaam… penis Sam ini luar biasa enaknya Saaaaam…

iyaaaaaaa… iyaaaa… entot teruuuussss cintaaaa… entoottttttt… iyaaaaaaaa… iyaaaa aku cinta kamu Saaaaam… cintaaaaaaaa… benar - benar cintaaaaaa… entot terussssssss… entooooootttt… oooo… oooooohhhh… baru sekali ini aku merasakan nikmatnya disetubuhi yang luar biasa indahnya ini sayaaaang…

Aku merasakan betapa Tante Della memasrahkan kehormatannya padaku berdasarkan cinta. Aku yakin itu. Tapi bukankah diam - diam aku pun melakukan semuanya ini berdasarkan cinta juga?

Lalu siapa sebenarnya wanita yang paling kucintai di muka bumi ini?

Entahlah, karena cintaku ini laksana sebuah pohon yang banyak cabangnya. Dan setiap cabang mengandung cinta.

Lalu apakah semua wanita yang pernah kugauli itu kucintai juga?

Tidak. Tidak semuanya kucintai. Tapi ada beberapa juga yang kucintai.

Inilah aku, si Sammy yang tak pernah tabah melawan godaan birahi ini.

Namun Tante Della tak pernah menggodaku pada awalnya. Justru aku yang menggodanya secara step by step, dengan caraku sendiri.

Dan kini aku sedang memetik buahnya. Buah benih yang kutabur baik dari ucapan mau pun perilakuku.

Tubuhku mulai bermandikan keringat. Tante Della juga sama. Tapi aku tidak mempedulikan hal kecil itu. Yang sangat kupedulikan adalah, ketika kudengar Tante Della berbisik, “Aku sudah mau lepasm Sam. Barengin yuk… biar nikmat…”

“Oke,” sahutku sambil mempercepat entotanku, sementara Tante Della mulai berkelojotan. Kemudian mengejang tegang, dengan perut sedikit terangkat ke atas. Lalu kubenamkan penisku sedalam mungkin, tanpa kugerakkan lagi, sambil menikmati erotisnya wanita yang sedang orgasme.

Ya, liang memek Tante Della terasa seperti ular pithon yang sedang membelit mangsanya… seolah memeras penisku dengan kencangnya. Kemudian kurasakan liang surgawi ini mengejut - ngejut. Dan… terasa benar ada sesuatu yang hangat mengalir ke sekeliling batang kemaluanku.

Lalu apakah aku sudah ejakulasi?

Tidak. Masih jauh…! Aku hanya menipu Tante Della dengan berpura - pura mau ejakulasi. Lalu, setelah Tante Della terkulai lemas, aku justru menggencarkan entotanku lagi…!

“Eeee… Saaaam… curaaaang …! Barusan belum ngecrot ya?” Tante Della mencubit pipiku dengan sikap seperti gemas.

“Belum Tante… masih kerasan ngentot memek Tante…” sahutku sambil menjilati leher Tante Della lagi. Kemudian mulutku berpindah sasaran. Untuk menjilati ketiak Tante Della habis - habisan. Membuat tanteku ketawa cekikikan sambil gedebak - gedebuk.

“Hihihihihiiii… ketek sih jangan dijilatin Saaam… hihihihi… ini geli banget Saaaam… tapiiii… gelinya kok geli enak yaaaa?” Tante Della jadi terdiam dengan mata terpejam, dengan rintihan melemah, “Oooh Saaam… gak nyangka dijilatin ketek gini enak sekali Saaam… iyaaaa… jilatin aja sekenyangmu Sayaaaang…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu