1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

_Lembaran baru pun mulai dibuka dan digoreskan.

Tentang tarian zakar di celah surgawi yang sempit namun nikmat tiada tanding. Tentang cinta seorang gadis yang pertama kalinya merasakan digauli lawan jenis.

Yang membuat sepasang mata indahnya seolah bersorot kosong.

Menatapku dengan aura cinta lugu.

Dan bibir sensualnya kadang terbuka kadang terkatup.

Kadang pula melontarkan kata cinta berulang kali.

Kadang mengandung tanya

Inikah surga dunia mahluk dewasa?

Suzan… Suzan…

Aku pun merasakan aneka nikmat sentuhan tubuh kita yang tengah bersatu.

Di setiap sudut rahimmu yang nikmat tiada tara.

Di setiap geliatmu yang tanggap pada ayunan zakarku.

Dan gesekan demi gesekan menimbulkan arus indah.

Arus birahi insan dewasa.

Laksana saling kejar dalam pelukan ketat.

Hangat sekali.

Pekik lirihmu yang berirama, bak jerit burung camar mengejar ombak tiada henti.

Jangan dulu berhenti sebelum nikmat kita tiba di puncak.

Ujung paduan kesenangan yang dimanjakan.

Yang bercipratan peluh di sekujur tubuh.

Sampai tiba di pantai yang bernama kepuasan…

_

Manakala entotan penisku dipergencar, alunan rintih Suzan pun ikut menyemarakkan pergelutan lorong kewanitaannya dengan alat kejantananku. “Baaaang… rasanya seperti melayang - layang gini ya Bang… cintaku pun jadi bersayap. Ikut terbang bersama kepak sayapmu, Cinta… pacu terus Abang Sayang…

Tak terhalang dengan keringat yang sudah membanjir, leher jenjangnya pun kujilati dengan penuh gairah birahi. Membuatnya makin menggeliat dan mendesah. Dengan kelopak mata kadang terkatup kadang terbuka.

“Jangan hentikan Bang… gesek terus dinding rahimku dengan keperkasaanmu. Karena ini luar biasa nikmatnya… geluti aku segagah mungkin… sampai bisa merasakan indahnya ujung persetubuhan ini Bang… aku bahagia karena telah menjadi milikmu… dan semoga Abang pun tetap menjadi milikku… jangan sampai tega meninggalkanku…

Lalu tubuh indah itu mulai menggelepar. Tanda - tandanya sudah kelihatan. Bahwa dia akan tiba di puncaknya yang paling penting buat sosok berjenis perempuan.

Aku pun tidak mau menunggu lebih lama lagi. Karena aku ingin menciptakan kesan terindah dari persetubuhan pertamaku dengannya.

Dan… ketika tongkat kejantananku terbenam kencang sampai menyundul dasar liang kewanitaannya… paduan kejut - kejut indah pun terjadi.

Maka berlompatanlah benih - benih manusia baru di dalam liang memek Suzan.

Lantas kami mengejut - ngejut bersama.

Croot… crooooooottttt… croott… croooottt… crooooooott… croooooooootttt…!

Dan sama - sama terdampar di pantai bernama kepuasan. Ditemani rembesan keringat yang semakin membanjir.

Manakala zakarku dilepaskan, darah perawan pun tampak menciprati seprai putih.

Aku pun makin terharu. Karena di masa kini cewek berusia 22 tahun yang masih perawan, adalah sesuatu yang masih sangat langka.

Lalu kukecup bibir Suzan dengan kemesraan berbaur keharuan dan perasaan hormat. “Terima kasih Sayang. Kamu telah menyerahkan kesucianmu, sebagai milikmu yang paling berharga,” bisikku sambil merapatkan pipiku ke pipinya yang masih basah oleh keringatnya.

Suzan memelukku erat - erat. Sambil berkata lirih, “Sekarang aku sudah jadi milik Abang. Aku hanya minta, jangan sia - siakan cintaku, ya Bang.”

“Lelaki paling bodoh di dunia kalau menyia - nyiakan cewek secantik kamu sih Sayang,” sahutku sambil mengusap - usap perut Suzan yang masih berkeringat, “Ohya… tadi terasa sakit nggak?”

Suzan menjawab, “Sakit juga awalnya. Tapi lama kelamaan cuma enaknya aja yang terasa.”

“Lho… tadi katanya nggak sakit.”

“Aku nggak mau dianggap cewek cengeng. Lagian aku ingin agar Abang tidak berkecil hati. Makanya kutahan aja sakitnya. Lagian gak sakit - sakit amat kok. Kalau Abang mau, boleh entot aku lagi sekarang.”

“Jangan dulu Sayang. Kan ada luka di dalam memekmu, akibat pecahnya jangat perawanmu. Nanti kalau lukanya sudah benar - benar sembuh, baru boleh bersetubuh lagi.”

“Iya deh. Aku sih akan nurut aja apa kata Bang Sam tercintaku. Ohya Bang… harusnya yang jadi istri Abang itu aku. Mbak Merry dan Mbak Gina kan lebih tua dari Abang. Kalau aku lebih muda dari Abang. Idealnya aku yang jadi istri Abang kan?“

“Hush… jangan ngomong gitu di depan kakak - kakakmu. Nanti mereka marah. Apalagi Merry yang sudah jadi istriku yang sah.”

“Hihihihiiii… di depan mereka tentu aja aku takkan ngomong gitu. Lagian dengan dijadikan simpanan Abang juga aku sudah bahagia kok. Nanti aku akan bersikap dan berperilaku sebagai ibu rumah tangga yang baik. Aku akan masak makanan kesukaan Abang. Akan mencuci dan menyeterika baju Abang. Akan membuatkan kopi kesukaan Abang.

“Kalau kutempatkan di villa mau gak?”

“Sepi dong. Kalau villa kan biasanya di luar kota.”

“Hanya lima kilometer dari batas kota. Ada pembantu dua orang. Ada satpam beberapa orang, yang selalu menjaga villa itu.”

“Kalau hanya lima kilometer dari batas kota, Abang bisa tiap hari nengok aku dong.”

“Ya tergantung kesibukanku Sayang. Villa itu megah sekali kok. Dindingnya dilapisi batu pualam semua. Fasilitas di dalamnya pun luar biasa, karena tadinya kusediakan untuk seorang taipan dari Macau. Tapi sekarang dia sudah dibuatkan rumah di tengah kota. Jadi villa itu takkan dipakai lagi.”

“Ya udah… kalau gitu terserah Abang aja deh. Karena Abang tentu tau mana yang terbaik bagiku.”

Tiba - tiba aku teringat pada gaun - gaun cheongsam yang kubeli dari Macau itu lagi. Seingatku masih ada tiga atau empat helai gaun yang tersisa di lemariku. Lalu kukeluarkan gaun - gaun itu semuanya. Dan kuserahkan pada Suzan sambil berkata, “Gaun - gaun ini kubeli dari Macau. Cobain semua deh. Kalau semuanya cocok, ambil aja semuanya buatmu Sayang.

“Wah… gaun - gaun ini berbahan mahal semua Bang,” sahut Suzan sambil memeriksa gaun - gaun itu, yang jumlahnya memang 4 helai, “Mau kucobain semuanya ya.”

Keempat gaun itu ada yang berwarna biru muda, ada yang hijau tosca, ada yang orange, ada pula yang merah menyala.

Saat itu Suzan dan aku masih sama - sama telanjang. Sehingga Suzan bisa mengenakan gaun cheongsam itu secara instant. Awalnya mencoba gaun yang berwarna biru muda, lalu dicobanya yang berwarna orange.

“Wah… yang orange itu seksi sekali Sayang, “tanggapku sambil berdiri di belakangnya.

“Tapi belahannya ini terlalu tinggi Bang,” sahutnya, “Coba aja seperti sekarang… karena aku gak mengenakan beha mau pun celana dalam, memekku bisa langsung kelihatan kalau gaunnya ketiup angin Bang.”

Di bawah ini contoh gaun - gaun cheongsam

Lewat belahan gaun itu aku malah menyelusupkan tanganku… langsung memegang memeknya yang masih agak basah ini. “Wah… aku jadi langsung pengen ngentot lagi nih…”

“Kata Abang harus puasa dulu sampai luka di dalam memekku benar - benar sembuh. Tapi kalau Abang memang mau lagi, ya ayo kita ML lagi… hihihihiii…”

“Kamu ini punya daya pesona yang sangat cemerlang, Sayang. Sekarang ini sebenarnya kita dalam suasana bulan madu. Kalau pengantin baru, ada yang sampai lima atau enam kali bersetubuh di malam pertamanya. Bahkan ada yang sampai sepuluh kali…” kataku sambil menarik kain seprai yang sudah kecipratan darah perawan Suzan itu.

“Waaaaw! Ayolah… berapa kali pun Abang mau ngentot aku, takkan kutolak. Anggap aja kita sedang berbulan madu ya Bang. Iiiih… aku juga jadi horny lagi nih…” ucap Suzan sambil melepaskan gaun cheongsam berwarna orange itu. Sementara aku sedang mengganti kain seprai putih yang kecipratan darah itu, dengan kain seprai berwarna merah.

Setelah telanjang kembali, Suzan naik ke atas bed. Lalu menelentang sambil mengusap - usap memeknya yang masih tampak mekar dan agak menganga. Maklum memek yang baru habis orgasme.

Ketika aku sudah naik ke atas bed, kelihatannya Suzan tahu bahwa aku akan menjilati memeknya dulu, agar penisku dipermudah penetrasinya nanti. Karena tiba - tiba Suzan turun dari bed sambil berkata, “Sebentar dulu Bang… memeknya belum dicuci. Nggak enak ah ngasihin memek belum dicuci buat dijilatin oleh Abang Tercinta.

Hal itu mengingatkanku bahwa penisku juga belum dicuci sdehabis ngentot Suzan tadi. Namun aku hanya membersihkan penisku dengan kertas tissue basah saja, tak usah ke kamar mandi segala.

Tak lama kemudian Suzan muncul lagi dari kamar mandi, sambil ketawa kecil. Dan melompat ke atas bed, kemudian menelentang, mengusap - usap memeknya sambil berkata, “Sekarang sih sudah bersih dan harum. Mau dijilatin berapa lama pun silakan, Cinta…”

Aku pun merayap ke atas bed. Dan… sepasangpaha mulus itu pun merenggang …

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu