1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

Bukan cuma Tante, aku juga merasa bahagia karena telah memiliki Tante,” sahutku sambil turun dari bed. Lalu melangkah ke pintu kamar mandi.

“Tante ikut Sam. Badan penuh keringat gini harus dibilas sama air bersih dulu,” kata Tante Reki sambil mengejar dan memegang lenganku dan ikut masuk ke dalam kamar mandi. Aku hanya tersenyum.

Setelah berada di dalam kamar mandi, kuajak Tante Reki berdiri di bawah shower utama. Kemudian kuputar kerannya ke arah tanda merah. Air hangat pun terpancar dari atas kepala kami. Lalu kuambil botol sabun cair dan kutuangkan ke telapak tanganku sambil mematikan dulu keran shower, karena aku akan menyabuni sekujur tubuh Tante Reki.

Tampaknya Tante Reki merasa senang sekali kusabuni dari leher sampai ke telapak kakinya. “Almarhum ayah Wulan aja gak pernah mandiin tante seperti ini,” ucapnya.

Lalu ketika giliranku disabuni oleh Tante Reki, fokusnya ke batang kemaluanku yang sudah terkulai lemas ini, sambil berkata, “Ini si nakal nih. Tapi enaknya luar biasa.”

Aku cuma ketawa cekikikan.

Kemudian kami membilas air dan busa sabun di sekujur tubuh kami dengan air hangat yang dipancarkan lagi dari shower utama di atas kepala kami.

Setelah tubuh kami dikeringkan dengan handuk, aku berkata, “Tante… selama Wulan belum pulang, bagaimana kalau Tante tidur di hotelku aja? Biar gak kesepian seperti di sini.”

“Iya, sekarang sih tante mau nurut apa kata Sam aja. Tapi malam ini sih kita tidur di sini aja ya. Tante udah ingin tidur sambil melukin Sam,” sahut Tante Reki sambil mendekap dadaku dari belakang.

“Kalau kontolku ngaceng lagi gimana?” tanyaku sambil menahan tawaku.

“Masukin lagi aja ke memek tante. Sekarang kan memek tante sudah punya Sam.”

Ucapan Tante Reki itu dibuktikan. Setengah jam kemudian, batang kemaluanku diselundupkan lagi ke dalam liang kewanitaannya. Lalu Tante Reki kuentot lagi dalam durasi yang lebih lama daripada persetubuhan yang pertama tadi.

Sehingga tengah malam barulah aku berhasil memuntahkan air maniku di dalam liang memek Tante Reki.

Itu pun bukan yang terakhir. Karena menjelang subuh, Tante Reki menyelomoti penisku sampai ngaceng lagi.

Lalu… ngentot lagi…!

Setelah persetubuhan ronde ketiga itu selesai, barulah kami benar - benar tertidur sampai tengah hari. Kemudian Tante Reki kubawa ke hotelku. Kutempatkan dia di kamar yang biasa dibooking oleh umum. Bukan di suiteroom pribadiku.

Begitulah perjalanan hidupku, yang seolah dikelilingi oleh perempuan - perempuan cantik terus. Meski sebenarnya mayoritas masih sedarah denganku.

Namun aku tetap memperhatikan keempat istriku. Memperhatikan Gina dan anakku darinya. Bahkan Anabella pun kuperhatikan dengan memenuhi segala kebutuhannya secara layak.

Terlebih Tante Della yang sudah kujadikan GM, selalu kuperhatikan segalanya, dari alat make up, parfum, pakaian dan sebagainya. Dan yang terpenting, aku selalu memperlakukannya secara lemah lembut, agar Tante Della merasa nyaman terus bekerja di perusahaanku. Dan nyaman terus dijadikan sosok penyaluran hasrat birahiku.

Permintaan Merry agar aku sering menjenguk adiknya yang bernama Suzan dan masih dalam proses rehabilitasi di BBRN Lido - Bogor itu, juga kulaksanakan. Meski aku selalu sibuk setelah punya PT baru itu, aku tetap bisa menyempatkan diri untuk menjenguk Suzan. Aku selalu datang sendiri, tanpa Merry. Karena kelihatannya Suzan menyukaiku.

Bahkan pada suatu hari, ketika aku datang menjenguk Suzan, aku disergap oleh ciuman mesranya di bibirku.

Lalu ketika sedang ngobrol di ruang jenguk, tanpa canggung - canggung Suzan berkata, “Aku sudah tau kalau Mbak Gina juga jadi milik Bang Sam. Bahkan sampai punya anak segala kan?”

“Iya, “aku mengangguk, “Terus kenapa Sayang?”

Suzan menyandarkan kepalanya di bahuku sambil berkata perlahan, “Aku juga ingin jadi milik Bang Sam. Biar jangan terperosok ke jurang narkotik lagi.”

“Memangnya kamu bisa berjanji takkan menyentuh narkotik lagi kalau sudah menjadi milikku?”

“Iya, aku berjanji… bahkan disumpah pun mau. Tempo hari juga aku terjerumus ke dalam jurang narkotik, karena merasa kekurangan kasih sayang. Mbak Merry sibuk terus dengan bisnisnya, Mbak Gina saat itu masih lumpuh. Sementara Papa dan Mama sudah tiada. Makanya aku bisa terjerumus ke jurang narkotik, hanya untuk menenangkan diriku.

Lalu kubelai rambut Suzan sambil berkata lembut, “Sabar ya Sayang. Sebulan lagi juga kamu bisa pulang kan?”

“Iya. Menunggu sebulan rasanya seperti menunggu sepuluh tahun Bang.”

Begitulah… perempuan dan perempuan terus yang harus mengelilingiku di luar kegiatan bisnisku. Tapi aku harus bersyukur, karena aku bisa mengatur semuanya dengan santai. Tanpa saling rebut antara kegiatan bisnis dengan kegiatan pribadi.

Namun sebelum Suzan bisa meninggalkan BBRN, aku mendapat telepon dari Papa :

“Sam… kamu tau kan tantemu yang tinggal di Manado itu?”

“Mmm… Tante Rike Pap?”

“Iya. Dia datang kemaren siang. Ingin mencari kerja untuk anaknya yang sudah jadi arsitek. Barangkali kamu bisa menempatkan anak Tante Rike itu?”

“Pap… agak ribet juga manggil Tante Rike… soalnya adik Ibu juga kan ada yang bernama Reki. Deket banget namanya.”

“Nama ldengkapnya Rike Maria. Jadi kamu sebut Tante Maria aja. Biar kamu jangan salah sebut.”

“Iya… iyaaa… terus aku harus gimana Pap?”

“Kamu kan main property juga. Apa bisa anaknya Tante Rike Maria itu dijadikan karyawati yang kedudukannya lumayan bagus gitu?”

“Bisa Pap.”

“Syukurlah. Kalau begitu Tante Maria itu akan papa suruh datang ke kantormu ya. Kamu sekarang sedang di mana? Di kantor hotel apa di kantor PT?”

“Di hotel Pap.”

“Ya udah. Papa akan suruh dia pakai taksi aja ke kantor hotelmu ya.”

“Iya Pap.”

“Semoga kamu sukses terus ya Sam.”

“Amiiin. Papa juga semoga sehat terus dan tetap bersemangat mengelola perusahaan.”

“Amiiin…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu