1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

Bagian 13

Aku sudah tidak merasa canggung lagi ketika Sam mengajak mandi bareng. Karena Sam sudah tau sekujur tubuhku secara keseluruhan. Dan aku merasa dimanjakan olehnya ketika dia menyabuni tubuhku dari ujung kaki sampai ke leherku.

Sebagai balasan, aku pun menyabuni tubuh Sam dari ujung kaki sampai ke lehernya. Padahal aku belum pernah memperlakukan suamiku sendiri dengan cara seperti ini.

Namun tidak terjadi sesuatu yang lebih dari mandi di kamar mandi ini. Lalu kami menghanduki tubuh masing - masing dengan handuk yang berbeda.

“Sekarang berani tinggal di sini?” tanya Sam sambil mengenakan celana corduroy biru tua dan sporthemd biru mudanya kembali.

“Berani, “aku mengangguk sambil tersenyum, “tapi anakku dan babysitternya harus dibawa ke sini juga.”

“Gak masalah. Apakah Neena siap untuk mengandung anakku?” tanya Sam lagi. Membuatku terhenyak.

“Kalau soal itu harus minta ijin dulu sama suami Sam.”

“Kira - kira berapa bulan suami Neena pulang?” tanya Sam sambil menggandeng pinggangku keluar dari kamar mandi.

“Dia baru berangkat sebulan yang lalu. Jadi pulangnya paling cepat delapan bulan lagi.”

“Kalau dia pulang, lalu melihat Neena sedang hamil, bakal marah?”

“Gak tau. Soalnya dia gak pernah marah selama menjadi suamiku.”

“Awal perkenalanmu dengan dia bagaimana?” tanya Sam sambil mengajakku duduk berdampingan di sofa ruang keluarga.

“Dia adik kelasku waktu masih sama - sama di SMA. Beda dua kelas, aku kelas tiga dia kelas satu. Lalu… setelah aku kuliah semester lima, dia jadi mahasiswa semester pertama di fakultas dan universitas yang sama.”

“Sejak di SMA dia sudah menjadi pacarmu?”

“Waktu di SMA dia hanya berani say hello aja. Tapi kelihatan dia naksir padaku. Setelah jadi mahasiswa barulah dia berani nembak aku. Dia bahkan mengaku sengaja kuliah di fakultas yang sama denganku, saking inginnya mendekatiku sekaligus menjadi pacarku. Lalu begitulah… kami MBA.”

“Married By Accident?”

“Ya. Pada saat itu aku sudah S1, sementara dia masih kuliah.”

“Tapi pada dasarnya Neena mencintai dia juga kan?”

“Cewek bisa mencintai seorang cowok berdasarkan beberapa alasan. Bisa karena merasa berhutang budi, bisa karena merasa kasihan dan sebagainya. Tidak seperti cowok, yang pada umumnya jatuh cinta berdasarkan bentuk fisik ceweknya. Dan cintaku padanya berdasarkan perasaan kasihan itu. Karena dia begitu tekun mendekatiku sejak masih jadi adik kelasku di SMA.

Lalu setelah sama - sama jadi mahasiswa, dia memohon - mohon terus, agar menerimanya sebagai pacarku. Lalu… perempuan itu kan seperti batu karang di tepi pantai. Kalau dipukul ombak terus menerus, lama - lama luluh lantak juga. Lalu begitulah… ketika aku masih belum mendapatkan kerja juga, sementara dia pun masih kuliah…

“Terus?”

“Sebulan setelah kami menikah, dia mendapat panggilan untuk bekerja di kapal pesiar. Dan dia meninggalkan kuliahnya, untuk bekerja di kapal pesiar itu. Memang pilihannya itu kuanggap tepat, karena kandunganku sudah berusia tujuh minggu. Lalu dari mana kami mendapat uang untuk biaya melahirkan dan merawat anak kami setelah lahir kelak?

“Ohya, kuliahmu saat itu di fakultas apa?” tanya Sam sambil memegang tanganku dengan tangan kirinya dan mengusap - usapnya dengan tangan kanannya.

“Fakultas ekonomi jurusan akuntansi.”

“Haaa?! Bagus itu. Jadi nanti Neena bisa punya kegiatan di rumah ini. Neena bisa mengelola keuangan secara on line kan?”

“Bisa,” sahutku, “jurusan akuntansi sekarang tidak hanya fokus pada teknik membuat laporan keuangan yang wajar dan akurat, tapi juga belajar membuat sistem informasinya agar bisa diaplikasikan secara efektif.”

“Bagus… bagus… bagus…! “tanggap Sam sambil menciumi pipiku, “Neena mau punya kegiatan di rumah ini?”

“Mau banget,” sahutku.

“Sangat kebetulan aku membutuhkan seorang akademisi akuntan. Jadi nanti tugas Neena hanya memantau lalu lintas keuangan perusahaanku. Kalau ada sesuatu yang ganjil, Neena bisa laporkan padaku. Lalu kita cari sumber keganjilan itu terletak di mana.”

“Serius Sam? Aku akan diberi kegiatan di rumah ini?”

“Iya. Karena aku membutuhkan akuntan yang akademis, sekalian untuk laporan kepada suami Neena nanti. Jadi dia takkan merasa heran kalau Neena dikasih fasilitas rumah dan mobil, karena Neena menduduki jabatan yang penting di perusahaanku.”

“Ooooh Saaam… “kurengkuh leher Sam ke dalam pelukanku. Lalu kucium bibirnya dengan mesra. Ciuman yang benar - benar terwujud dari perasaanku, “aku semakin mencintaimu, Sam…”

“Tapi ada syaratnya. Neena harus melepas alat kabe, lalu siap hamil olehku. Karena aku ingin memiliki anak dari wanita yang paling kucintai di dunia ini.”

“Dalam keadaan hamil, aku masih tetap bisa bekerja?”

“Tentu saja. Kan kantormu di rumah ini. Pokoknya Neena nanti menjabat auditor internal perusahaanku, yang cabangnya tersebar di belasan kota besar di Indonesia.”

“Terima kasih Sam. Masalah lepasin alat kabe, kan harus dilakukan pada saat aku sedang menstruasi nanti. Aku mau nekad aja deh. Diijinkan atau tidak oleh suamiku, aku siap mengandung anak Sam.”

“Naaaah… berarti lengkap sudah Neena untuk dijadikan kekasih tercintaku,” sahut Sam sambil merapatkan pipinya ke pipiku. Lalu berbisik, “Sudah bisa bercinta lagi sekarang?”

Kutatap wajah ganteng dan macho yang punya daya pesona luar biasa itu. Lalu tersenyum dan mengangguk, “Tapi jangan dijilatin dulu ya. Ini aku udah basah lagi…”

Lalu kami berdiri dan bersama melangkah ke kamar utama itu.

“Ohya… aku benar - benar lupa. Pintu itu belum pernah dibuka kan?” tanya Sam sambil menunjuk ke pintu yang tidak jauh dari bed.

“Belum, “aku menggeleng, “apa itu gudang atau…”

“Itu kamar pakaian. Semua pakaian yang ada di dalam kamar itu buatmu Sayang.”

“Kamar pakaian?” tanyaku dengan bersemangat. Mungkin wanita lain pun akan langsung bersemangat kalau mendengar ucapan seperti Sam barusan.

“Iya. Bukalah pintunya. Gak dikunci kok.”

“O my God… !” seruku dengan perasaan seperti tak percaya pada pandanganku sendiri. Kamar yang satu ini tidak besar. Tapi penuh dengan pakaian wanita dari berbagai jenis, berderet rapi dengan hangernya masing - masing.

Dan ketika kuperhatikan gaun - gaun itu satu persatu, aku langsung berkomentar, “Ini gaun impor semua Sam.”

“Iya. Kan aku juga punya perusahaan ekspor - impor pakaian wanita. Aku sengaja menyediakan semua pakaian di dalam kamar ini untuk Neena. Jadi mulai saat ini jangan beli pakaian dulu, sampai pakaian di kamar ini terpakai semua.”

“Bukan hanya gaun… ada daster, ada housecoat, ada kimono…”

“Dan semuanya barang impor, “potong Sam, “Tapi nanti aja cobainnya ya. Sekarang kan harus telanjang dulu. “Sam memelukku dari belakang. Dengan kedua tangan berada di kedua pangkal pahaku. Lalu salah tangan kirinya menarik gaunku ke atas, sementara tangan kanannya menyelinap ke balik celana dalamku.

Sam… oh Sam… dirimu tahu benar bahwa aku ini seorang istri yang sangat membutuhkan sentuhan lelaki. Dan apa pun yang dirimu lakukan ini, membuatku menyerah pasrah di bawah pesonamu.

Lalu aku terlena dan tidak tahu sejak kapan tubuhku celentang di atas bed kembali, sementara gaunku, behaku dan celana dalamku… sudah bertumpuk di atas bantal, sementara sepasang pahaku sudah direnggangkan oleh Sam. Dan moncong penis gagah itu pun sudah diletakkan di mulut kemaluanku.

Kemudian penis lelaki muda itu mulai menyelundup ke dalam celah kewanitaanku, sedikit demi sedikit… sampai amblas sepenuhnya. Dan moncong penis itu pun sudah mentok di dasar liang kewanitaanku…!

Lalu… dengan sepenuh perasaan, kurengkuh leher Sam ke dalam pelukanku. Disusul dengan ciuman dan lumatanku, sementara Sam mulai mengayun penisnya, seolah gerakan pompa manual di dalam liang kenikmatanku. Namun aku tak mau melepaskan lumatanku. Bahkan ketika lidah Sam terjulur sedikit, kusedot lidah lelaki muda itu ke dalam mulutku.

Batang kemaluan Sam yang terus - menerus memompa liang kewanitaanku, membuat dinding liang kewanitaanku digesek - gesek terus oleh penis gagah itu. Yang membuatku menggeliat dan mendesah, sambil memeluknya erat - erat, sambil meliuk - liukkan pinggulku agar gesekan antara penis Sam dengan dinding liang kewanitaanku semakin terasa olehnya, sekaligus agar kelentitku sering bergesekan dengan baddan penisnya.

Oooh… sejujurnya kuakui, belum pernah aku merasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini. Apakah karena birahiku dibantu oleh setan ataukah karena seperti kata orang selingkuh itu indah (SSI)?

Entahlah. Yang jelas setiap gerakan entotan penis Sam membuat sekujur batinku bergetar dahsyat. Membuatku semakin lupa daratan. Lupa segalanya. Lupa bahwa aku ini istri Fariz dan lupa bahwa aku ini ibu seorang anak bernama Chida.

Desahan dan rintihanku pun makin melantur tanpa dapat kukendalikan lagi. “Saaaam… aaaa… aaaahhhhhh… Saaaaam… aku semakin mencintaimu Saaaam… jangan jauhi aku ya Saaam… aku ingin berdekatan denganmu teruuussss… ingin menikmati kejantananmu sepuas mungkin Saaaam… aaaaa… aaaaaaah…

Tanpa menghentikan entotannya, Sam pun membisiki telingaku, “Aku juga sangat mencintainmu Neen… aku tak pernah mencintai perempuan sedahsyat ini… aku ingin agar Neena jadi pelabuhan terakhirku… aku ingin agar jangan ada lagi wanita lain setelkah dirimu…”

Lalu bisikan itu dilanjutkan dengan jilatan hangatnya di leherku, disertai dengan gigitan -gigitan kecil, sementara tangan kirinya meremas - remas payudara kananku. Dan penisnya memang semakin gencar menggenjot dan menggesek - gesek dinding liang kemaluanku. Membuatku semakin histeris dan lupa diri, saking indah dan nikmatnya.

“Ooo… ooo… ooooooooohhhh… Saaaam… Saaaam… kenapa aku jadi begini Sam? Kenapa aku jadi langsung mencintaimu sedalam ini? Aku ingin Sam jadi milikku selamanya… dan aku ingin jadi milik Sam juga selamanya Saaaam… oooooh… ini sangat indah Saaam… indah sekaliii… entot aku sepuasmu Cintaaaa …

Sam pun semakin kencang mengentotku. Sementara mulutnya sudah bersarang di ketiakku. Menjilati ketiakku dengan lahapnya, disertai dengan gigitan dan sedotan kuat… ini membuatku semakin klepek - klepek. Karena ini sesuatu yang baru bagiku. Suamiku pun tak pernah menjilati ketiakku.

Bahkan pada waktu menjilati ketiakku, Sam berkata, “Lain kali bulu keteknya jangan dicukur ya… aku ingin jilatin ketek yang ada bulunya…”

“Iiii… iiiyaaaa… apa pun yang Sam inginkan… akan kulakukan… aaaaaaaa… aaaaah Saaaaaam…” sahutku terengah.

Bahkan lalu aku mengejang tegang dalam nikmat yang luar biasa ini. Aku serasa melesat ke langit… ke langit orgasmeku yang luar biasa indahnya ini…

Ooooh… aku menggelepar di puncak orgasmeku yang luar biasa nikmatnya ini. Yang membuatku memekik lirih… lalu terkulai lunglai.

Sementara Sam masih gencar mengentotku dengan perkasanya…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu