1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

Tampaknya Sam menyadari bahwa aku sudah orgasme, karena ia mengistirahatkan ayunan penisnya beberapa saat. Dalam istirahat itulah ia mencium dan melumat bibirku dengan lahapnya, lalu berkata dengan lembut, “Setelah orgasme barusan, wajahmu semakin cantik di mataku, karena aura keanggunanmu terlihat memancar dari wajah cantikmu.

Aku pun menyahut, “Kalau harus jujur, inilah untuk pertama kalinya aku merasakan cinta yang sebenarnya Sam. Karena cinta kepada suamiku hanya berdasarkan perasaan kasihan.”

“Iya… cintailah diriku sedalam mungkin. Nanti akan kuceritakan panjang lebar. Bahwa sebenarnya aku pun baru sekali ini merasakan cinta yang sebenarnya. Yang lain - lain, awalnya berdasarkan hal yang berbeda - beda. Coba Neena pelajari nanti kisah rahasiaku yang sudah Neena sunting itu. Istri pertama, berdasarkan desakan ibu tiriku.

“Jadi kita sama - sama baru menemukan cinta yang sejati saat ini?”

“Iya Sayang, “Sam mengecup bibirku lagi, kemudian penisnya mulai bergerak maju mundur lagi di dalam liang kemaluanku perlahan - lahan. “Mau ganti posisi?” tanyanya.

“Jangan Sam… aku sedang benar - benar enjoy dalam posisi ini… lanjutkanlah… entotlah aku segencar mungkin, Cinta…”

“Aku tak mau mengasarimu. Karena itu aku ingin tetap menyetubuhimu dengan gerakan soft seperti ini,” sahutnya sambil memeluk dan menciumiku.

Wajahku tiada yang luput dari ciuman dan jilatan Sam. Bukan hanya bibirku, tapi kedua kelopak mataku juga diciumi dan dijilatinya. Sepasang pipiku pun diciumi dan dijilatinya. Begitu juga dahiku disapu oleh ujung lidahnya. Semua itu dilakukannya dengan penuh kelembutqan. Sehingga aku pun belum mau menggoyang pinggulku.

Dengan sendirinya moncong penis Sam jadi mudah sekali menyundul - nyundul dasar liang sanggamaku, karena penisnya memang panjang sekali. sedangkan penis suamiku belum pernah mentok di dasar liang kemaluanku. Penis suamiku memang sama gedenya dengan penis Sam, tapi tidak sepanjang penis Sam.

Ini pun merupakan pengalaman pertama bagiku. Bahwa moncong penis Sam selalu menabrak dasar liang kewanitaanku, hal mana belum pernah terjadi pada waktu aku sedang digauli oleh suamiku sendiri.

Makin lama aku makin merasakan nikmatnya lagi, setelah mencapai orgasme tadi. Maka rintihan dan desahanku pun mulai terlontar lagi dari mulutku, tanpa terkendalikan lagi, “Saaaam… aaaaaaa… aaaaaah Saaaaam… aaaaaah… memang luar biasa nikmatnya kalau bersetubuh dengan perasaan cinta ini ya Saaaam…

Rintihan - rintihan histerisku diiringi oleh gerakan pinggulku yang mulai kugoyang lagi dalam bentuk ombak bergulung menuju pantai.

Cukup lama kami melakukan semuanya ini. Sehingga keringat kami pun mulai membanjir lagi.

Namun ketika aku akan mencapai orgasme kedua, tampaknya Sam jeli juga. Ia mempercepat gerakan penisnya. Makin lama makin cepat. Dan ketika aku sedang mengejang tegang waktu menikmati puncak orgasmeku, tiba - tiba Sam menancapkan batang kemaluannya di dalam liang sanggamaku, tanpa menggerakkannya lagi.

Lalu dalam waktu yang berbarengan, kami saling peluk dan saling cengkram. Liang sanggamaku terasa nerkedut - kedut, sementara penis Sam pun berkedut - kedut juga sambil meletupkan spermanya.

Crooottttt… crotttcrott… crooootttttt… croootttt… croooottttt… crooott… crooootttt…!

Lalu kami sama - sama terkulai lunglai. Dalam kepuasan sedalam lautan.

Esoknya kamar depan rumah baru itu disulap jadi ruang kerjaku yang ditata secara modern oleh seorang ahlinya. Di lantai dua ada tiga kamar. Salah satunya ditata untuk menjadi kamar anakku. Dengan sendirinya furniture dan dekorasinya pun diubah, disesuaikan dengan selera anak kecil. Boneka - boneka kesukaan Chida pun dibelikan.

Kamar utama tetap akan digunakan sebagai kamarku, yang letaknya berdampingan dengan ruang keluarga.

Semuanya itu hanya membutuhkan waktu dua hari. Karena Sam mendatangkan orang - orang yang telah berpengalaman untuk menata rumah berikut mendatangkan hiasan untuk dekorasinya.

Setelah segalanya siapp, Riris dan anakku pun dipindahkan ke rumah baru ini. Sementara rumah lama kami tinggalkan.

Sebenarnya rumah lama itu punya orang tua Fariz, yang dihadiahkan kepada kami sebulan setelah kami menikah.

Tentu saja Chida senang sekali diberi kamar di lantai dua yang ukurannya cukup luas, dengan segala perlengkapan dan mainan yang sesuai dengan selera anak sebaya dia. Sementara kamar di samping kamar Chida, disediakan untuk kamar Riris, yang segalanya tidak diubah. Juga membuat Riris senang sekali kelihatannya.

Maka mulailah aku punya kegiatan sebagai seorang auditor internal perusahaan Sam, dengan memiliki ruang kerja di rumahku sendiri.

Di ruang kerjaku ada PC dan ada pula laptop. PC digunakan untuk urusan kerja, sementara laptop digunakan untuk digunakan untuk menyalurkan hobbyku yang suka menulis ini.

Sementara Sam mulai membuktikan janjinya. Bahwa ia akan menghabiskan waktunya selama duapuluh hari dalam sebulan bersamaku. Sam pun memanfaatkan waktu bersamaku dengan memberikan bimbingan tentang cara mengaudit keuangan perusahaannya yang ternyata cukup banyak itu. Begitu juga keuangan hotelnya dan beberapa perusahaan yang di Surabaya, harus kuaudit lalu lintas keuangannya yang online semua.

Sebenarnya tugas baruku ini cukup nyantai, tapi membutuhkan ketelitian, agar jangan ada bagian yang lolos dari pengawasanku sebagai auditor.

Memang tugasku membutuhkan ketelitian. Tapi aku tidak merasa dibebani tugas yang berat. Terlebih lagi aku cukup tinggal di rumah saja, karena ruang kerjaku berdampingan dengan kamar utamaku, yakni kamar tidurku.

Sampai pada suatu saat aku mendapat berita mengejutkan dari Sam: “Aku sudah menghubungi Fariz. Dan dia sudah mengikhlaskan Neena untuk menjadi pendamping hidupku.”

“Jangan bercanda Sayang,” sahutku dengan nada kurang percaya.

“Nicholas, nakoda kapal pesiar itu adalah teman baikku. Dia malah masih punya hutang yang cukup besar padaku.”

“Ohya?! Terus gimana cerita selanjutnya?”

“Aku berpesan kepada nakoda itu agar anak buahnya yang bernama Fariz menghubungiku. Tak lama kemudian Fariz menghubungiku. Lalu kami berunding lewat handphone. Dan tercapai kesepakatan bahwa Fariz akan menyerahkanmu padaku. Dengan kata lain, Fariz akan merelakan dirimu untuk dijadikan istriku. Secara lebih jelas lagi, dia akan menceraikanmu.

“Jadi… “aku tak bisa melanjutkan ucapanku.

Sam memelukku sambil berkata, “Kalau Neena yang ngomong langsung kepada Fariz, pasti sulit. Karena itu aku mengambil alih masalah itu setelah tau bahwa Fariz kerja di kapal pesiar yang dinakodai oleh Nicholas.”

“Lalu akan menjadi seorang wanita tanpa status?! Bukan istri siapa - siapa, karena Sam pun takkan bisa menikahiku kan?” ucapku lirih.

“Sttt… tenang aja Sayang… “Sam menyimpan telunjuk di bibirnya. Lalu membisikkan sesuatu yang masih dirahasiakannya ke telingaku.

Aku cuma ternganga. Lalu bertanya tentang masalah Fariz, “Fariz tentu meminta kompensasi kepada Sam kan?”

‘iya, “Sam mengangguk, “Hutang Nicholas sudah kuminta agar dibayarkan kepada Fariz semuanya. Lumayan lah… kalau hanya untuk membeli rumah seperti rumahmu ini sih pasti cukup.”

“Bukan cuma itu, “lanjut Sam, “Fariz juga ingin menjadi temanku. Dan ingin belajar bisnis padaku nanti. Dia sudah punya calon istri baru kok.”

“Ohya?! Orang mana?” tanyaku sambil tersenyum.

“Orang bule, yang sama - sama kerja di kapal pesiar itu.”

“Wow, hebat lah.”

“Apanya yang hebat. Coba buka youtube. Di zaman sekarang, tukang sapu jalanan di Jakarta juga bisa punya istri orang bule. Orang Magelang pinggiran juga bisa punya istri cewek cantik dari Inggris. Lalu ada juga sopir angkot yang punya istri mantan artis dari Belgia. Dan banyak lagi cowok Indonesia yang punya istri cewek bule.

“Iya… iyaaa… aku juga pernah memantau kejadian seperti itu di youtube.”

“Makanya aku juga punya dua orang istri bule, bukanlah suatu prestasi yang membanggakan. Tukang ngamen aja bisa punya istri bule kok.”

“Hihihiiii…”

Setahun kemudian aku melahirkan anak kembar. Keduanya anak cowok, yang lalu Sam beri nama Beni dan Bona. Nama lengkapnya sih panjang. Dan aku semakin bahagia hidup di samping Sam yang selalu menyayangi bahkan cenderung memanjakanku.

Sam sendiri tampak sumringah setelah lahirnya Beni dan Bona yang tampan - tampan itu.

Setelah Beni dan Bona lahir, tugas Riris pun dibantu babysitter baru bernama Alit. Karena Chida sudah mulai besar, sudah disekolahkan di playgroup paling berbobot di kotaku. Tugas Riris mengantar jemput Chida dan membantu Alit mengurus Beni dan Bona.

Aku pun tetap giat melaksanakan tugasku sebagai auditor perusahaan - perusahaan Sam yang banyak sekali itu.

Namun aku pun tidak melupakan hobbyku, untuk membuka catatan pribadi Sam, terutama catatan dari flashdisk yang mulai kubuka itu. Bahkan setelah Sam nikah siri denganku pun, masih banyak langkahnya yang dia masukkan ke flashdisk lain dan belum diberikan padaku.

Sam berjanji bahwa pada suatu saat kelak, aku akan dijadikan istri lewat pernikahan yang diakui oleh negara. Nikah siri kami hanya untuk sementara saja, katanya. Lalu bagaimana cara Sam bisa menjadikanku istri resminya, entahlah. Aku tak mau bertanya soal itu padanya. Dengan menikah siri saja aku sudah mulai merasa nyaman kok.

Dan aku mulai membuka isi flashdisk yang sudah kupegang ini. Memang kali ini aku membuka isi flashdisk itu dengan perasaan yang sudah berbeda. sudah dicampuri oleh perasaan cemburu segala. Tapi aku berusaha untuk tetap mengerjakan karyaku secara profesional saja. Tanpa harus merasa cemburu segala. Karena semua yang akan kutulis berikut ini adalah masa lalu Sam.


Aku tidak habis pikir ketika Hanum menghilang dari rumah yang sudah kusediakan untuknya itu. Hanya sepucuk surat yang kutemukan di atas meja rias yang berbunyi :

_Sam yang baik hati, _

Terlebih dahulu aku mohon maaf yang sebesar - besarnya padamu. Karena setelah dipertimbangkan sematang mungkin, akhirnya terpaksa aku harus memutuskan untuk kembali ke Kalimantan.

_

Bukannya aku tidak mencintaimu, tapi aku tidak mau ingkar janji kepada seseorang di Kalimantan, yang telah berjuang habis - habisan untuk mewujudkan cita - citanya untuk memperistrikanku.

Karena itu aku mengharapkan pengertianmu dalam masalah ini. Memang tadinya aku menyerahkan kesucianmu padaku, hanya dengan satu alasan. Bahwa lelaki yang berjanji akan menikahiku kitu, sudah tiga kali kawin dengan perempuan lain. Sehingga aku merasa wajar - wajar saja kalau dia memilikiku dalam keadaan yang sudah tidak perawan lagi ini.

Namun biar bagaimana aku akan tetap mengenang dirimu sampai kapanpun. Sebagai lelaki pertama yang telah menggauliku.

Sekali lagi, aku mohon maaf yang sebesar - besarnya ya Sam.

Semoga bisnismu makin sukses.

Cinta tak selalu harus berakhir dengan pernikahan.

H a n u m.

PS:

Barang - barang yang kutinggalkan di bekas rumahku, silakan berikan saja kepada orang - orang yang membutuhkannya.

_

Aku tersenyum getir setelah membaca surat Hanum itu. Yaaah… memang dalam hidup ini tak selamanya aku bisa menggenggam semua yang kuinginkan.

Kalau Hanum memang lebih memilih seseorang di Kalimantan itu, what can I do?

Biarlah Hanum memilih sendiri jalan hidupnya. Aku harus merelakannya, tanpa dendam sedikit pun di dalam batinku.

Dan seolah tak terjadi apa pun, kutinggalkan rumah yang tadinya kusediakan untuk Hanum itu. Menuju rumah Ferina, bekas teman seSMAku yang sudah jadi dokter hewan itu.

Kebetulan Ferina sedang ada di rumah.

Ferina pun menyanggupi untuk bertugas di peternakanku yang akan dikembangkan secara lebih luas dan modern itu. Tentu saja dengan janji dariku, janji untuk memberi gaji yang lebih tinggi daripada gaji dokter hewan pada umumnya.

Maka pada saat itu pula kubawa Ferina menuju rumah dan peternakan yang sudah kubeli dari Hanum itu.

Pada saat Ferina sedang memeriksa sapi - sapi perah itu, aku menyempatkan diri mendatangi rumah Tante Dini.

“Kok Tante masih tinggal di sini? Rumah itu kan sudah jadi milik kita sekarang,” kataku setelah cipika - cipiki dengan Tante Dini yang montok habis itu.

“Nggak berani nyelonong langsung dong. Kan Samnya belum datang. Ohya… Vina sudah datang. Dia bersemangat sekali mendengar berita Sam sudah membeli peternakan dan rumah megah itu.”

“Mana dia sekarang?”

“Lagi ke rumah temannya dulu.”

“Ya udah, sekarang Tante ikut aku dan harus mulai tinggal di rumah besar itu. Karena aku tidak tega melihat tanteku harus tinggal di rumah sekecil dan sesederhana mungkin.”

“Iya, iyaaa… “Tante Dini bergegas menuju kamar mandi. Pasti mau ganti baju di sana.

Kasihan memang. Saking kecilnya rumah Tante Dini ini, pakaian bersihnya pun digantungkan di kamar mandi. Karena tidak ada lagi tempat untuk menyimpannya.

Kemudian Tante Dini kubawa ke rumah baru itu.

Semua pegawai Hanum yang bekerja di rumah yang sudah kubeli ini kukumpulkan. Mereka kuberitahu bahwa aku takkan memberhentikan seorang pun bekas pegawai Hanum. Mereka akan tetap dipekerjakan di rumah itu. Sekalian kuperkenalkan mereka kepada Tante Dini sebagai tanteku.

Kelihatannya mereka senang bisa tetap bekerja di rumah besar itu.

Dan setelah mereka kembali ke tempat tugasnya masing - masing, Tante Dini mengajakku bicara di ruang keluarga.

Memang kedengarannya aneh, bahwa seorang ibu menyerahkan anaknya agar menjadi simpananku. Karena di kota kecil itu sulit sekali mencari cowok yang layak dijadikan calon suami Vina.

“Ya sudah,” sahutku, “Nanti Vina akan kubawa pulang ke hotelku aja ya Tante. Supaya aku leluasa menggemblengnya sebelum dijadikan simpananku.”

“Iya Sam. Titip Vina ya. Aku yakin masa depan Vina akan lebih terjamin kalau dijadikan simpanan Sam. Tapi hubungan kita jangan terputus di tengah jalan ya,” kata Tante Dini sambil berdiri.

“Tentu saja,” sahutku sambil menepuk bokong Tante Dini yang super large itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu