1 November 2020
Penulis —  Neena

Paha Mulus Itu pun Merenggang

Bagian 10

**

Tante Dini tak sekadar tanteku yang memancarkan aura gairah birahi. Namun ia pun memenuhi syarat untuk kujadikan pelampiasan nafsuku yang terkadang memang terasa aneh ini. Iya, nafsuku ini terkadang ingin merasakan nikmatnya menggauli perempuan yang ada kaitan darah denganku. Apakah aku ini termasuk manusia yang memiliki jiwa incest?

Entahlah. Biarkan para pakar saja yang menilai kepribadianku ini ada di sisi mana.

Yang jelas, tubuh Tante Dini yang tinggi gede ini membuatku sangat bersemangat untuk menyetubuhinya sepuasku.

Dan ketika aku sedang habis - habisan menjilati memek tembemnya yang hangat dan sangat menggiurkan ini, Tante Dini mengerang terus. Dan erangan itgu justru terdengar sangat erotis di pendengaranku. Bahkan aku sempat berkata, “Mengeranglah sepuas Tante… tak usah ditahan - tahan… mengeranglah sekeras mungkin…

“Tapi Saaam… aku sudah orgasme lagi akibat jilatanmu itu Saaam… nanti memekku becek Sayaaaang… “rintih Tante Dini sambil mendorong kepalaku agar menjauh dari memeknya.

“Biarin Tante… aku justru suka memek yang becek… aku tidak suka memek yang kering…” sahutku. Lalu kujilati lagi memek Tante Dini, bahkan kini aku mengarahkan jilatanku ke kelentitnya, sementara jari tengah dan telunjuk kananku mulai kumasukkan ke dalam liang memeknya. Lalu kusodok -sodok liang yang sudah sangat basah itu.

Sebagai jawaban, cepat kuletakkan moncong penisku di mulut kemaluan Tante Dini. Dan dengan sekali dorong… langsung melesak amblas ke dalam liang memeknya… blesssskkkkkkkk…! Puncak penisku terasa menabrak dasar liang memeknya…!

Aku pun menjatuhkan dadaku ke atas sepasang toket extra large itu. Lalu mulai mengayun batang kemaluanku, maju - mundur dan maju - mundur di dalam liang sanggama tanteku yang sudah sangat becek ini.

Entotanku bisa langsung cepat. Dan moncong penisku terus - terusan meentok di dasar liang memek Tante Dini. Ini semua membuatku sangat nikmaaaat…!

Terlebih lagi setelah aku bisa mengemut pentil toket kirinya sambil meremas - remas toket kanannya, sementara penis ngacengku menggasak - gesek liang memek yang licin namun masih juga terasa kelegitannya ini.

“Oooo… oooh… gi… gila kamu Saaaam… tapi jujur… ini semua luar biasa nikmatnya, Saaaayaaaaang… ayo entotlah sepuasmu kalau memang suka dengan memek becek begini… entooootlaaaah… entooootttt… iyaaaa… iyaaaaaa… iyaaaaaa… entot teruuuusssss… entoooootttt…

Bokong Tante Dini yang sedemikian gedenya tampak sulit digerakkan. Hanya mampu menggitak - gitek sedikit. Tapi biarlah. Aku tidak membutuhkan goyangan belly dance. Tidak membutuhkan goyangan Karawang… tidak. Yang penting, aku bisa menikmati legit licinnya liang memek perempuan super semok ini.

Enak sekali rasanya waktu aku bisa mengentot liang memeknya sambil menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil, sementara tangaku masih bisa meremas - remas toket kanannya yang super large itu.

Tak cuma itu. Di saat lain aku pun bisa menjilati ketiaknya yang sudah basah oleh keringat dan memancarkan aroma alami, yang justru semakin membangkitkan gairah birahiku.

O, betapa nikmatnya mengentot tanteku yang luar biasa montoknya ini.

Begitu lamanya aku menyetubuhi Tante Dini ini. Sehingga keringatku sudah membanjir. Sementara Tante Dini sudah berkali - kali mengelojot, lalu mengejang sambil menahan nafasnya. Lalu orgasme dan orgasme lagi…!

Sampai pada suatu saat, aku sendiri yang berkelojotgan di atas perutnya. Lalu kutancapkan batang kemaluanku sampai puncaknya mentok di dasar liang memek tanteku.

Pada saat itulah moncong zakarku menyemprot - nyemprotkan air maniku.

Crotttt… crooooottttt… crooootttttttt… crotcrot… croooooooootttttt… croooottttt… crotttt… crooootttt…!

Lalu aku terkapar di dalam dekapan Tante Dini.

Lalu terdengar suara Tante Dini setengah berbisik, “Terima kasih Sayang. Entah berapa kali aku lepas barusan. Mungkin inilah yang disebut multi orgasme. Sesuatu yang baru sekali ini kurasakan. Terima kasih Sam. Aku sangat puas oleh kenakalanmu yang menggemaskan.”

Setelah mencabut batang kemaluanku dari liang memek Tante Dini, aku berkata, “Tante juga sangat memuaskan. Sudah lama aku sering membayangkan seperti apa rasanya menyetubuhi perempuan yang berperawakan gede seperti Tante ini. Dan sekarang aku sudah merasakannya. Nikmat sekali. Dibandingkan dengan menyetubuhi dua atau tiga perempuan, menyetubuhi Tante jauh lebih memuaskan.

“Boleh. Usiaku masih usia produktif kok. Tapi selama hamil, aku harus disembunyikan dulu di suatu tempat rahasia. Jangan sampai Vina tau. Kalau anaknya sudah rada gedean sih terang - terangan aja sama Vina nanti.”

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur. Dan akhirnya tertidur sambil berpelukan, dalam keadaan sama - sama telanjang bulat.

Sehingga paginya, ketika aku terbangun dan melihat Tante Dini masih celentang dalam keadaan telanjang, nafsuku bangkit lagi. Lalu aku menyetubuhinya lagi. Hitung - hitung menyantap sarapan pagi…!

Setelah mandi bersama dan sarapan pagi bersama di ruang makan pribadiku, aku pun membawa Tante Dini ke kota kecilnya yang berhawa dingin dan tidak membutuhkan AC lagi itu.

Tante Dini menunjukkan sebuah rumah besar dan megah, yang bentuknya bergaya klasik. “Nah itu rumahnya Sam. Aku gak usah ikut masuk ya. Mau ngasih makan sapi - sapiku dulu,” kata Tante Dini sambil membuka pintu kiri depan jeepku, lalu turun setelah aku menganggukkan kepala tanda setuju.

Setelah Tante Dini turun dari mobilku dan berjalan menuju rumah kayunya, aku pun menjalankan kembali jeepku. Memuju ke rumah yang ditunjukkan itu, yang letaknya dikelilingi oleh tanaman hias beraneka ragam jenis.

Hmmm… kalau aku jadi pemilik peternakan itu, sayang sekali harus menjual rumah yang begitu elok yang letaknya di ketinggian pula, sehingga bisa memandang view indah di sekelilingnya.

Untuk mencapai rumah itu, jeepku harus melewati jalan yang ditaburi batu koral dan berhenti tepat di muka pintu depan rumah megah bergaya klasik itu.

Ketika aku baru turun dari jeepku, seorang lelaki setengah baya menghampiriku, “Selamat pagi Den. Mau ketemu sama siapa ya?” tanyanya dengan sikap sopan.

“Mau ketemu dengan pemilik peternakan sapi yang mau dijual itu,” sahutku.

“Oh… ada… tunggu sebentar Den,” kata lelaki setengah baya itu yang lalu bergegas menuju ke dalam rumah klasik itu.

Tak lama kemudian seorang wanita muda muncul di ambang pintu depan. Aku pun menghampirinya sambil menyampaikan salam, yang dibalas dengan salam pula. Lalu, “Ada yang bisa saya bantu? Eeeeeeh… ini Sammy kan?”

“Iya… haaaaaiiii… kamu Hanum kan?” seruku yang langsung disambut dengan pelukan dan cipika - cipiki. Ini benar - benar surprise bagiku, bisa berjumpa lagi dengan Hanum yang bekas teman kuliahku dahulu.

“Aiiiihhhh… kita kok bisa ketemu lagi ya? Ayo masuk Sam,” ucap Hanum sambil meraih pergelangan tanganku, masuk ke dalam ruang tamu rumah bergaya klasik itu.

“Jadi kamu yang punya peternakan dan mau dijual itu Num?” tanyaku setelah duduk berdampingan di atas sofa ruang tamu.

“Iya, “Hanum mengangguk, “Kamu berminat? Kalau kamu berminat sih dikasih discount deh. Sama teman lama soalnya.”

“Memangnya mau dijual berapa?” tanyaku.

Ternyata Hanum mengucapkan nominal yang sama dengan yang dikatakan oleh Tante Dini tadi malam.

“Itu kan harga yang sudah beredar luas. Katanya mau ngasih discount buat teman lama,” ucapku sambil memegang tangan kanan Hanum yang duduk di sebelah kiriku.

“Kalau sama teman lama, aku kasih discount sepuluh persen deh,” sahutnya sambil menep;uk lutut kiriku, “Kamu kan sudah punya hotel berbintang. Kok bisa minat juga ke peternakan?”

“Aku hanya ingin ngasih kegiatan kepada famili - familiku yang nganggur Num. Terus, kalau assetmu ini sudah dijual, mau dibuat apa duitnya?”

“Bisnisku di Kalimantan Sam. Tadinya sih bisnis batu bara. Tapi sekarang batu bara hanya dikuasai oleh orang - orang penting saja. Sudah tidak prospektif lagi. Makanya aku mencoba berubah haluan ke kebun kelapa sawit.”

“Terus kamu sudah terbiasa dengan hawa Kalimantan yang panas itu?”

“Membiasakan diri lah. Mumpung masih melajang.”

“Haaa? Kamu belum kawin?!”

“Belum, “Hanum menggeleng, “Nggak ada yang mau sih.”

“Masa cewek secantik kamu gak ada yang mau?!”

“Sampai detik ini belum ada yang serius. Santai aja lah. Umurku baru duapuluhenam. Nanti kalau udah lewat tigapuluh tahun, baru boleh gelisah seandainya belum punya suami juga. Emangnya kamu mau jadi suamiku… eeeeeh… istrimu sudah empat orang kan?”

“Hahahaa… sampai juga di telingamu, berita tentang diriku ya?”

“Soalnya kamu orang tersukses di antara teman - teman seangkatan dengan kita. Makanya berita tentang kamu cepat sekali nyebarnya.”

“Tapi kalau kamu mau dijadikan pacar rahasia, aku mau kok.”

“Heheheee… Sam… Sam…! Gak nyangka ya, kamu yang waktu masih kuliah kelihatan pendiam itu, ternyata sekarang pjunya empat orang istri. Mmm… mending bicara masalah bisnis dulu deh. Bagaimana? Aku kasih discount sepuluh persen cukup besar loh nominalnya.”

“Boleh disurvey dulu asset yang mau dijual itu yang mana saja?”

“Tentu aja. Masa mau jual kucing di dalam karung? Mau ke peternakan sapi perahku sekarang?”

“Boleh, “aku mengangguk, “Jauh peternakannya dari sini?”

“Gak… cuma dua kilometer. Tapi pakai mobilmu aja ya. Mobilku lagi di bengkel.”

“Oke. Tadinya aku mau bawa dokter hewan untuk memeriksa sehat tidaknya sapi - sapimu itu.. Tapi karena kamu teman lamaku, biar kusurvey sendiri aja.”

“Ziaaaah… jangan takjut Sam. Sapi - sapiku sehat semua,” kata Hanum sambil berdiri, “aku gak usah ganti pakaian ya.”

Aku memperhatikan Hanum yang saat itu mengenakan gaun terusan tanpa lengan berwarna merah. “Bagus kok. Malah kamu seksi banget mengfenakan gaun merah itu,” kataku sambil berdiri pula. Dan mendahului Hanum untuk membuka pintu depan sebelah kiri.

“Wow… mobil big boss sih lain dari yang lain ya,” kata Hanum sambil naik ke atas jeep dan dibantu olehku.

Aku tidak menanggapi pujian teman lamaku itu. Lalu kugerakkan mobilku menuju ke arah yang ditunjukan oleh Hanum.

Ternyata kandang sapi milik Hanum itu sangat luas. Satu hektar dihabiskan untuk kandang sapi itu. Lalu masih ada lahan kosong satu hektar lagi untuk pengembangan di kemudian hari.

Dan aku berkesimpulan bahwa harga yang ditawarkan itu sangat murah. Hitung - hitung beli tanahnya saja, sementara sapi - sapi dan rumah klasik itu bonusnya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu