2 November 2020
Penulis —  Neena

Birahi Liar - Di Dalam Keluarga Kami

Entah kenapa aku tertarik untuk mendahulukan Mbak Rina yang kemaluannya berjembut dan kulitnya lebih gelap daripada kulit Mbak Lidya.

Maka kulepaskan busanaku sehelai demi sehelai, kecuali celana dalam yang kubiarkan tetap melekat di tubuhku, aku pun memegang pergelangan tangan Mbak Rina sambil berkata, “Yang paling senior dulu ya. Tapi tentu harus ada foreplay dulu Mbak.”

“Terserah kamu mau pilih siapa,” sahut Mbak Rina, “Tapi apakah kamu bisa dalam semalam mengambil keperawanan kami?”

“Bagaimana nanti aja,” ucapku, “Kalau tidak bisa malam ini, Mbak Lidya kan bisa besok ya?”

“Iya,” sahut Mbak Lidya, “Kami udah bayar hotel ini untuk empat hari kok.”

“Pada banyak duit ya. Sampai cek in di hotel bintang lima untuk selama empat hari.”

“Kami kan udah kerja. Kalau perlu sampai seminggu kami di sini, karena izinnya juga untuk seminggu. Iya kan Mbak?” tanya Mbak Lidya kepada Mbak Rina.

“Iya. Santai aja. Kalau perlu, nginep sebulan juga gakpapa,” sahut Mbak Rina sambil tersenyum.

“Kalau sebulan sih bisa dipecat kita Mbak. Izinnya kan cuma seminggu.”

Aku cuma tersenyum mendengar percakapan kedua kakakku itu. Sementara lenganku sudah melingkar di pinggang Mbak Rina.

Sebenarnya waktu masih kecil kami suka mandi bareng. Tapi saat itu aku tak pernah memperhatikan tubuh telanjang mereka. Lalu setelah aku di SMP, Mama melarang kami mandi bareng lagi. Dan sejak saat itulah aku tak pernah melihat mereka dalam keadaan telanjang lagi.

Dan kini, setelah kami sama - sama dewasa, baru melingkarkan lengan di pinggang Mbak Rina saja… sudah ada getaran - getaran syur di dalam batinku.

Terlebih setelah aku meraih pergelangan tangan Mbak Rina dan sama - sama naik ke atas bed hotel yang cukup besar itu, diam - diam kontolku mulai ngaceng di balik celana dalam yang belum kutanggalkan.

Ketika aku sudah menghimpit Mbak Rina, kulihat sepasang matanya menatapku dengan sorot pasrah. “Kamu nafsu lihat aku telanjang gini?”

“Kalau gak nafsu dari tadi juga aku sudah minggat Mbak,” sahutku.

“Buka dong celana dalammu. Pengen liat kontolmu, udah ngaceng apa belum?”

Aku pun menggulingkan badan ke samping Mbak Rina. Lalu kulepaskan celana dalamku, “Dari tadi juga udah ngaceng Mbak. Tuh liat …“

“Wow! Sekarang jadi gede dan panjang banget Bon. Waktu kita masih sering mandi bareng, kontolmu masih kecil… !” seru Mbak Rina sambil duduk dan memegang kontolku yang memang sudah ngaceng ini.

“Dulu kan masih anak - anak Mbak. Kayak tempik Mbak aja, dulu kan gak ada jembutnya,” sahutku sambil duduk juga sambil mengusap - usap memek Mbak Rina yang berjembut tapi pendek - pendek dan rapi itu.

“Tempikku gak ono jembute lho, “sela Mbak Lidya sambil mengusap - usap memeknya.

“Hihihiii… dicukur apa diwaxing tuh?” tanyaku kepada Mbak Lidya.

“Gak diapa - apain,” sahut Mbak Lidya sambil mendelik.

Aku cuma tersenyum. Lalu mendorong kedua toket Mbak Rina agar menelentang lagi. Aku menoleh ke arah Mbak Lidya sambil mencolek memek gundulnya “Jangan ganggu ya. Nanti setelah Mbak Rina selesai kan giliran Mbak Lidya juga,” kataku.

“Iya… aku cuma mau nonton aja,” ucap Mbak Lidya sambil merebahkan diri, celentang di samping Mbak Rina. Aku menyempatkan diri menciumi memek Mbak Lidya, kemudian tengkurap di atas perut si item manis berambut panjang (Mbak Rina).

“Foreplay itu perlu, supaya memek Mbak siap untuk dipenetrasi,” ucapku sambil mempermainkan pentil toket Mbak Rina.

“Iya… lakukanlah apa pun yang menurutmu paling baik.”

“Tapi yang paling enak kalau Mbak nyiapin pil anti hamil. Supaya enak, aku bisa ejakulasi di dalam memek Mbak.”

“Sudah disiapin Bon. Aku dan Lidya sudah lama mempunyai rencana ini, tapi baru sekarang terlaksananya.”

Aku tersenyum. Lalu merayapkan mulutku dari pipi ke bibir Mbak Rina.

Mbak Rina pun memagut bibirku. Lalu melumatnya sambil memejamkan matanya. Ini membuatku semakin bergairah. Dan berusaha menganggap bahwa Mbak Rina itu bukan kakakku, melainkan seorang cewek yang baru kukenal dan siap untuk kuambil keperawanannya. Maka setelah melepaskan lumatan Mbak Rina, mulutku berpindah ke pentil toket kirinya.

Suhu badan Mbak Rina terasa menghangat. Pertanda bahwa dia sudah mulai horny.

Aku pun tak mau buang - buang waktu lagi. Aku melorot turun, sehingga wajahku berhadapan dengan memek Mbak Rina yang berjembut pendek - pendek dan rapi itu.

Bentuk memek kakakku yang item manis itu tampak jelas, karena jembutnya seolah cuma hiasan belaka. Tak ragu pula aku mendorong sepasang paha Mbak Rina agar merenggang jaraknya, lalu mengangakan mulut memeknya. Hmmm… bagian dalam tempik kakakku yang item manis itu tampak jelas berwarna pink. Dan bagian yang berwarna pink itulah yang menjadi sasaran awal lidahku.

Kujilati bagian dalam tempik kakakku itu, dengan tekad harus membuat liang memeknya sebasah mungkin, agar mudah diterobos oleh kontolku nanti. Karena itu sambil menjilati bagian yang berwarna pink itu, aku pun berusaha untuk mengalirkan air liurku ke dalamnya.

Aku pun berusaha mencari itilnya. Dan setelah menemukan bagian seupil yang cuma sebesar kacang kedelai itu, aku pun mulai mengintensifkan jilatanku ke situ. Bahkan ketika aku sedang menjilati itilnya ini, kusertai dengan isapan - isapan kuat. Sehingga Mbak Rina mulai terkejang - kejang sambil meremas - remas kain seprai, diiringi oleh desahan dan rintihan perlahannya, “Aaaaaah …

Aku tahu bahwa memek Mbak Rina sudah basah kuyup oleh air liurku. Namun aku masih terus - terusan menjilati itilnya. Tujuanku adalah ingin agar Mbak Rina orgasme dalam permainan oralku. Karena kalau sudah orgasme, liang memeknya akan mengembang. Pada saat itu pula aku akan membenamkan kontolku ke dalam liang memek yang sudah “mekar” itu.

Dan… detik - detik yang ditunggu itu pun datang. Mbak Rina menggeliat dan mengelojot. Lalu menjang tegang sekujur tubuhnya. Memeknya pun terasa bergerak - gerak sedikit. Berarti dia sudah orgasme…!

Lalu dengan sigap kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Mbak Rina.

Mbak Lidya pun tampak serius memperhatikan semua ini. Sehingga aku ingin iseng juga, untuk menjawil toketnya yang menggantung ke bawah, karena dia setengah tengkurap untuk memperhatikan semua ini.

Setelah merasa moncong kontolku berada di arah yang ngepas, kudorong batang kemaluanku sekuat tenaga. Dan… blesssss… kontol ngacengku membenam sampai lehernya. Kudorong lagi sekuat tehnaga. Blessss… melesak lagi sampai hampir separohnya.

“Udah masuk ya? “Mbak Rina menatapku dengan sorot pasrah.

“Sudah,” sahutku, “Sakit nggak?”

“Nggak. Cuma ada kayak disuntik… tadi… sekarang mah gak lagi…”

Sambil mulai mengayun kontolku perlahan - lahan, kubisiki telinga Mbak Rina, ““Mbak sudah jadi milikku sekarang…”

Dia menyahut terengah, “Bi.. biarin aja… dimiliki oleh adikku sendiri… gakpapa… ooo… ooooh… Booon… ini mulai enak lagiiiii…”

“Sekarang kita mulai bersetubuh Mbak… enak kan?” ucapku sambil agak mempercepat entotanku.

“Eeee… enak sekali Booon… ooooh… ini luar biasa enaknya Booon…”

Sebagai jawaban, kupercepat entotanku sampai kecepatan normal. Memang liang memek Mbak Rina masih sangat sempit. Sehingga agar entotanku berada di dalam kecepatan standar, lumayan banyak energi yang harus kukerahkan.

Namun aku bukan hanya mengentot liang memek sempit Mbak Rina. Aku pun mulai menjilati lehernya yang sudah keringatan, sementara tangan kiriku meremas - remas toket kanannya.

Desahan dan rintihan Mbak Rina pun mulai tak terkendalikan lagi, “Boooon… oooooohhhhh… ini luar biasa enaknya Booon… entot terus Booon… entooot teruuuussss… entoooot… entoooottttt… iyaaaa… iyaaaa… iyaaaa… ooooh… kontolmu enak sekali Boon… entoootttt… entoooootttt…

Pada saat itu pula Mbak Lidya jadi duduk bersila, sambil memperhatikan peristiwa yang sedang terjadi antara aku dan Mbak Rina. Mbak Lidya memperhatikannya dengan serius, sambil mempermainkan pentil toketnya.

Terdorong oleh perasaan kasihan kepada kakak langsungku (tidak terhalang oleh kakak lain), aku pun menyempatkan diri menjulurkan tanganku ke arah memek Mbak Lidya… lalu kuelus - elus memek yang bersih dari jembut itu. Aku seolah berkata, sabarlah… nanti tiba giliran memekmu yang akan kuentot…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu