2 November 2020
Penulis —  Neena

Birahi Liar - Di Dalam Keluarga Kami

Aku merasa beruntung mendapatkan Mbak Artini yang sudah lama kuidam - idamkan itu. Dan aku tak menyangka kalau hatinya pun sudah runtuh, tapi sengaja bertahan agar aku konsentrasi ke kuliahku dulu.

Lalu kungangakan pintu masuk ke surga dunia itu dengan kedua tanganku, sehingga bagian dalam memeknya yang berwarna pink itu mulai kelihatan. Dan dengan sangat bernafsu kujilati bagian yang berwarna pink itu.

Mbak Artini pun memegangi kepalaku yang berada di bawah perutnya.

Sejenak kuhentikan jilatanku, untuk berkata, “Tempik Mbak luar biasa. Seperti yang masih perawan.”

“Memang masih perawan. Dan aku sudah memutuskan untuk memberikan keperawananku padamu Bon,” sahutnya sambil mengusap - usap rambutku.

“Haaa? Mbak seorang janda muda tapi masih perawan?” tanyaku kaget.

“Ceritanya panjang. Nanti aja jelasinnya. Sekarang lanjutkan licking-nya, Bon.”

“Iya,” sahutku dengan gairah semakin bergejolak. Kemudian kulanjutkan permainan oralku yang sudah terlatih berkat pengaklamanku dengan Mbak Weni dan Mama.

Kujilati bagian yang berwarna pink itu secara intensif. Tak terkecuali, kucari kelentitnya yang bersembunyi di bagian atas kemaluan wanita 30 tahunan yang mengaku masih perawan itu.

Mbak Artini pun mulai menggeliat - geliat sambil meremas - remas kain seprai putih bersih itu.

Aku belum tau benar tidaknya Mbak Artini itu masih perawan. Karena aku bukan seorang dokter. Sehingga belum bisa memastikan kebenaran pengakuannya itu. Tapi perawan atau tidak, bukan masalah penting bagiku. Yang pentging, aku sudah sangat bernafsu, sehingga aku menjilati memek Mbak Artini dengan sangat bersemangat.

Sampai pada suatu saat terdengar suaranya, “Mungkin sudah cukup basah Bon… masukin aja kontolmu…”

“Iya,” sahutku setelah menjauhkan mulutku dari memek ibu kosku. Kemudian kuambil tissue dari meja di samping bed, untuk menyeka mulutku yang berlepotan air liurku sendiri. Sementara Mbak Artini sudah merenggangkan kedua pahanya lebar - lebar.

Dengan penuh gairah kuletakkan moncong kontolku di mulut memek Mbak Artini yang sudah agak terbuka sedikit itu. Lalu kuarah - arahkan moncong kontolku agar letaknya ngepas.

Kemudian kudorong sekuat tenaga, tapi… malah meleset ke bawah. Kuletakkan lagi moncong kontolku pada posisi yang mungkin lebih tepat. Kemudian kudorong lagi sekuatnya. Lagi - lagi meleset.

Hmmm… gak nyangka akan sesulit ini. Lebih sulit daripada waktu pertama kali mau menyetubuhi Mbak Weni.

Tapi berkat perjuangan dan keuletanku, akhirnya aku berhasil membenamkan kontolku, meski baru sampai lehernya saja.

“Sudah mulai masuk ya,” ucap Mbak Artini sambil merengkuh leherku ke dalam pelukannya. Lalu ia menatapku dengan senyum manis di bibir sensualnya.

“Baru sedikit… sepertinya Mbak memang masih perawan,” sahutku.

“Bukan sepertinya! Aku memang belum pernah disetubuhi lelaki…!” ucap Mbak Artini tajam. Sambil mencubit pipiku. “Disumpah juga aku mau. Bahwa aku masih perawan. Dan Bona adalah lelaki pertamaku.”

“Iya maaf… barusan aku salah ngomong…” sahutku sambil bersiap - siap untuk mendorong kontolku lagi, agar masuk lebih dalam.

Lalu kudesakkan kontol ngacengku sekuatnya. Makin jauh membenam ke dalam liang memek Mbak Artini.

Maka mulailah aku mengayun kontolku perlahan - lahan. Dalam gerakan pendek - pendek. Di dalam liang memek ibu kosku yhang luar biasa sempitnya ini.

Namun setelah kuentot secara perlahan dan hati - hati, akhirnya ku berhasil mengentotnya secara normal. Mungkin karena liang memek Mbak Artini sudah menyesuaikan diri dengan ukuran kontolku.

Mbak Artini pun mulai menggeliat - geliat lagi, diiringi oleh rintihan - rintihannya yang terdengar seperti bisikan - bisikan erotis di telingaku.

“Bona… oooh… Booon… ternyata seperti ini rasanya disetubuhi oleh lelalki ini yaaa… oooo… oooooh… Booonaaaa… aku sudah menjadi milikmu, Sayaaaang…”

Itulah pertama kalinya Mbak Artini memanggilku Sayang. Senang hatiku mendengarnya… mendengar ucapan mesra dari perempuan yang sudah lama kugilai ini.

Sambil tetap mengentotnya, kupagut bibir sensualnya ke dalam ciuman dan lumatanku. Dia pun menyambut dengan lumatan yang lebih hangat lagi, sementara tangannya meremas - remas sepasang bahuku.

“Aku juga sayang sekali sama Mbak,” ucapku setelah ciuman kami terlepas.

“Jadi… Mbak sudah lama jatuh hati padaku?” tanyaku tanpa menghentikan entotanku.

“Jatuh cinta…! Bukan jatuh hati lagi.”

Aku terkejut sehingga lepas kontrol. Dan aku terlalu jauh menarik kontolku, sehingga terlepas dari liang memek Mbak Artini. Tapi pada saat yang sama, aku jadi bisa melihat darah yang bertetesan dari memek Mbak Artini… berjatuhan ke atas seprai. Mungkin ada sekitar 1 sendok teh darah yang bertetesan ke kain seprai putih bersih itu.

Inilah untuk pertama kalinya aku menyetubuhi perawan. Lalu kenapa Mbak Artini mengaku janda tapi masih perawan? Soal itu mungkin nanti dia akan menjelaskannya sendiri. Yang penting sekarang, aku harus memasukkan lagi kontolku yang terlepas dari liang surgawi ibu kosku.

“Gak nyangka… Mbak ternyata masih perawan,” ucapku setelah kontolku terbenam lagi seluruhnya di dalam liang kenikmatan ibu kosku.

“Aku dijodohkan dengan seorang cowok. Aku sih menurut saja pada keinginan orang tua. Lalu aku dinikahkan. Gak taunya cowok itu tidak tertarik pada perempuan. Dia hanya menyukai sesama jenis kelaminnya.”

“Gay maksud Mbak?”

“Iya. Aku sudah berusaha untuk merangsangnya dengan berbagai macam cara. Tapi dia tidak terangsang sedikit pun. Makanya aku minta cerai tiga bulan setelah menikah dengan cowok gay itu. Jadi… aku memang janda, tapi masih perawan. Dan sekarang aku berikan keperawananku kepada orang yang kucintai dan bernama Bona ini.

“Iya Sayaaaang, “aku pun membalas dengan kata sayang. Kemudian kucium bibibrnya sambil mengayun kontolku kembali. Bermaju mundur di dalam liang memek Mbak Artini yang luar biasa sempitnya ini, “Sekarang aku merasakannya… bahwa aku memang mencintaimu Bon… gak tau diri ya… perempuan sudah usia tigapuluh mencintai anak muda…

“Umurku juga sudah menuju duapuluhempat Mbak. Jadi beda usia kita hanya enam tahun,” sahutku sambil menghentikan ayunan kontolku sejenak. “Kalau soal perasaan, pertama kali aku melihat Mbak, aku langsung tergila - gila sama Mbak. Tapi aku tak mau memaksakan diri. Karena takut disangka ingin digratiskan kosku di sini.

“Kata orang… lelaki mengucapkan cintanya dulu, kemudian masuk ke dalam hati. Kalau perempuan dirasa - rasakan dulu di dalam hati. Lalu kalau sudah mengucapkannya, berarti sudah berada di puncak cintanya Bon.”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu