3 November 2020
Penulis —  Neena

Birahi Liar - Di Dalam Keluarga Kami

Bab 10

Dengan memiliki Tante Artini dan Tante Tari, aku sudah merasa lengkap. Karena Tante Artini berperawakan tinggi montok, mirip - mirip Mamie, sementara Tante Tari berperawakan tinggi langsing dengan toket sedang - sedang saja. Jadi kalau aku jenuh dengan kemontokan Tante Artini, aku bisa menyalurkan hasrat birahiku kepada tante tari yang berperawakan tinggi langing dan sepasang toket yang sedang - sedang saja tyapi masih sangat kencang dan padat itu.

Tapi kini baik Tante Artini mau pun Tante tari sudah sama - sama telanjang bulat di depan mataku. Siapa dulu yang harus kulahap nih? Yang montok dulu atau yang langsing dulu?

Mereka menyerahkan padaku, mau siapa yang akan kuentot duluan. Dengan Tante Tari baru beberapa jam yang lalu aku menyetubuhinya. Sementara dengan Tante Artini, sudah agak lama aku tidak menggaulinya. Lagipula aku ingin agar kekagetannya reda (setelah melihatku membawa Tante Tari berikut penjelasannya), maka akhirnya kuputuskan untuk mengentot Tante Artini dulu.

“Mulai saat ini Tante jangan minum pil anti hamil lagi ya,” ucapku sambil memainkan pentil toket Tante Artini yang mulai menegang itu.

“Iya,” sahut tante Artini, “kalau ada teman gini, aku ingin hamil. Mumpung usiaku baru tigapuluh.”

“Aku juga ingin cepat hamil,” kata Tante Tari sambil mengusap - usap memeknya, “Supaya kalau sudah tua kelak, ada yang ngurus.”

“Beruntung kita punya keponakan yang ganteng kayak Bona ini ya Tar.”

“Iya Mbak. Makanya aku butuh cinta dan kasih sayangnya sekaligus jadi sosok yang bisa melindungiku.”

Aku tidak ikut ngomong, karena sedang melorot turun, untuk menjilati memek Tante Artini. Memek yang terindah di antara memek - memek yang pernah kulihat, kusentuh dan kuentot.

Daan kini aku tengah menepuk - nepuk memek cantik yang seolah tengah tersenyum lucu padaku itu. Puk… puk… puk…!

Lalu kungangakan memek Tante Artini selebar mungkin. Sehingga bagian yang berwarna pink itu mulai terbuka, seolah menantang lidahku untuk menggasak dan menggeseknya. Ya… aku mulai menjilati bagian yang berwarna pink itu dengan lahap. Namun Tante Tari yang tengah celentang di sebelah kananku tetap mendapat sentuhanku juga.

Dan ketika aku mulai asyik menjilati memek Tante Artini, jari tengah tangan kananku pun sudah menyelundup ke dalam liang memek Tante Tari.

Ini terasa asyik sekali, karena aku bisa mainkan dua memek sekaligus. Dua memek yang berlainan bentuknya.

Bahkan setelah aku membenamkan kontolku ke dalam memek Tante Artini, tangan kiriku bisa memegang toket kanan Tante Artini, sementara tangan kananku bisa memegang toket kanan Tante Tari.

Aku pun mulai mengentot liang memek Tante Artini yang tak kalah sempitnya dengan liang memek Tante Tari. Sedangkan tangan kiriku mulai meremas - remas toket kanan Tante Artini, sementara tangan kananku meremas - remas toket kanan Tante Tari.

Aku merasa sedang menikmati dua jenis toket yang berlainan bentuknya. Karena toket Tante Artini lumayan gede, meski tidak segede toket Mamie. Sementara toket Tante Tari termasuk kecil, tapi padat dan kencang sekali.

Sehingga aku jadi sangat bersemangat untuk mengayun kontolku di dalam liang memek Tante Artini.

Sementara Tante Tari menikmati remasanku di toket kanannya, sambil bermasturbasi dengan menggesek - gesekkan jemarinya ke itilnya sendiri…!

Tante Artini pun mulai mendesah dan menggeliat, lalu merintih - rintih histeris. “Aaaahhh… aaaaa… aaaaaah… Boooonaaaa… aku sudah tergila - gila oleh gesekan kontolmu yang luar biasa enaknya ini Boooon…”

Tante Tari pun mulai mendesah - desah, mungkin akibat masturbasinya yang dilengkapi dengan remasanku di toket kecilnya…!

Maka riuhlah suasana di dalam kamar Tante Artini ini. Bahwa rintihan - rintihan histeris Tante Artini bercampur baur dengan desahan nafas Tante Tari yang semakin gencar menggesek - gesekkan jemari ke itilnya sendiri.

Ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Sampai pada suatu saat Tante Tari memberikan isyarat sambil menunjuk ke memeknya sendiri. Aku pun merayapkan tanganku ke memek Tante Tari. Ternyata memeknya sudah basah sekali.

Aku mengangguk sambil memberi isyarat agar Tante Tari bersabar menunggu.

Untungnya Tante Artini mulai berkelojotan. Lalu mengejang tegang dengan liang memek berkedut - kedut kencang, pertanda sedang mengalami orgasme.

Aku masih besabar menunggu, sambil tetap mengentot Tante Artini. Sampai akhirnya Tante Artini sendiri yang memberi isyarat agar aku pindah ke atas tubuh adiknya.

Aku mengangguk. Mencium bibir Tante Artini, kemudian mencabut kontolku dari liang memeknya. Dan cepat merayap ke atas perut Tante Tari yang menyambutku dengan senyum dan tatapan wanita muda yang sedang horny.

Tanpa banyak langkah lain, aku langsung memasukkan kontolku ke dalam liang memek Tante Tari yang sudah basah ini. Dan mulai mengentotnya.

Pada saat itulah Tante Tari berkata terengah, “Aku yakin bakal hamil ni Bon… soalnya… ooooh… kontolmu terasa enak sekali… baru dientot sebentar aja udah terasa nikmatnya… semoga aku hamil ya Booon…”

“Iya Tante. Yang penting aku ingin membahagiakan dan melindungi Tante seperti yang Tante inginkan,” sahutku sambil mencium bibirnya dengan hangat. Dan mulai mempercepat entotanku.

Aku yakin bahwa aku bakal kuat bertahan lama menyetubuhi kedua bulekku itu. Karena tadi siang aku baru menyetubuhi Tante Tari. Sehingga sekarang aku seolah sedang memainkan peran di ronde kedua, yang pasti lebih lama durasinya.

Aku punya target, setelah kedua tanteku mencapai orgasme, selanjutnya acara bebas sepuasnya. Tante Artini sudah orgasme. Maka aku akan mengupayakan agar Tante Tari pada saat staminaku masih stabil.

Maka sambil mengentot memek Tante Tari, kujilati lehernya dan kuemut pentil toketnya. Bahkan ketiaknya pun kujilati disertai dengan sedotan - sedotan kuat, terkadang disertai gigitan - gigitan kecil.

Maka belasan menit kemudian Tante Tari berkelojotan, lalu mengejang tegang dan… orgasme…!

Lalu aku pindah ke tante Artini lagi. Kali ini kuminta Tante Artini menungging, karena aku ingin melakukan posisi doggy. Tante Artini menurut saja. Ia merangkak, lalu menungging. Dan aku membenamkan batang kontolku ke liang memek Tante Artini yang masih dalam keadaan agak becek, sehingga kontolku agak mudah mnembenam ke dalam liang tempiknya.

Tante Tari tidak memperturutkan keletihannya. Ia menyaksikanku yang sedang ngentot kakaknya dalam posisi doggi ini sambil tersenyum - senyum. Bahkan ia ikut membantuku, dengan menggerayangi bagian atas, memek kakaknya. Setelah menemukan itilnya, Tante Tari pun mengelus - elus itil kakaknya itu.

Tentu saja Tante Artini jadi klepek - klepek dibuatnya.

Tapi kali ini aku tak mau menunggu sampai Tante Artini orgasme lagi. Ketika melihat Tante Tari sudah menungging di samping kakaknya, sambil menepuk - nepuk pantatnya sendiri, kucabut kontolku dari liang memek Tante Artini. Lalu kejebloskan ke dalam liang memek Tante Tari…!

Kemudian aku mulai dengan keasyikan baru. Berlutut sambil mengentot memek Tante Tari yang sedang menungging. Sementara Tante Artini sudah celentang lagi sambil memperhatikan adiknya yang sedang kuentot habis - habisan ini.

Tiba - tiba aku mendapatkan ilham. Tante Artini kuminta agar menelentang dengan memek berada tepat di bawah mulut Tante Tari. Kemudian Tante Tari kuminta untuk “membantu” agar Tante Artini mencapai orgasme, dengan jalan menjilati memeknya.

“Hihihihi… kayak di dalam bokep - bokep ya,” sahut Tante Tari. Namun Tante Tari melaksanakan juga apa yang kusarankan. Ia tetap menungging dengan memek yang sedang kuentot, namun mulutnya langsung menyergap memek kakaknya. Kemudian menjilatinya dengan lahap.

Sementara aku tetap asyik mengentot Tante Tari dalam posisi doggy ini.

Ketika giliran Tante Artini yang kuentot dalam posisi doggy, Tante Tari giliran celentang dengan memek berada di bawah mulut Tante Artini. Kemudian Tante Artini pun menjilati memek Tante Tari, sementara memeknya sendiri sedang kuentot.

Banyak… banyak lagi yang kami lakukan malam itu. Sampai akhirnya aku berejakulasi di antara mulut kedua tanteku. Ya… mulut Tante Artini dan Tante tari kubagi secara adil. Crooot ke mulut Tante Artini, lalu croooot ke mulut Tante Tari. Sebgian lagi crot crot croooot di pipi mereka.

Lalu kami bertiga terkapar beberapa saat, dalam keadaan masih telanjang bulat semua.

Setelah bersih - bersih, Tante Tari mengemukakan keinginannya untuk mengajak pindah ke rumah yang akan kucari dan kubeli besok.

“Lalu kos - kosan itu gimana ya?” ucap Tante Artini sambil menunduk.

“Kan rumah kos gak perlu ditunggui tiap hari. Banyak pemilik rumah kois yang rumah pribadinya jauh dari rumah kos itu,” sahut Tante Tari.

“Lalu rumahku ini ditinggalkan begitu saja dalam keadaan terkunci?” tanya Tante Artini.

Aku yang menjawab, “Rombak total rumah ini. Jadikan bangunan yang sesuai dengan mini market. Lalu kontrakkan ke pihak yang berminat untuk membuka minimart di sini. Soal biaya perombakannya biar serahkan kepada Tante Tari saja.”

“Mmm… serahkan sama Bona lah. Kan duitku mau dipegang semuanya oleh Bona,” sahut Tante Tari.

Aku mengangguk sambil berkata, “Iya… aku lupa.”

Tante Tari menepuk lutut Tante Artini sambil berkata, “Kita kan sama - sama memiliki Bona. Dan kalau salah seorang di antara kita hamil, kan ada saudara yang ikut mengurus. Lagian kalau kita di rumah terus juga takkan jenuh, karena ada teman ngobrol yang sama - sama bisa menyimpan rahasia.”

Tante Artini menatap Tante Tari sambil tersenyum. Lalu menyahut, “Iya deh. Aku ikut keinginan adik terseyangku aja.”

“Naaah… begitu dong,” ucap Tante Tari yang disusul dengan kecupan di pipi kakaknya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu