3 November 2020
Penulis —  Neena

Birahi Liar - Di Dalam Keluarga Kami

Bab 08

Untung sekali, setibanya di rumah Mama, di Subang, Mbak Rina dan Mbak Lidya masih berada di kantornya. Sehingga aku tak perlu salah tingkah di depan Mama.

Aku pun langsung meninggalkan Subang, meski Mama menahanku agar menginap dulu di rumahnya. Ya… rumah itu ternyata memang milik Mama. Bukan dibeli dengan uang Papa. Karena itu setelah Papa bercerai dengan Mama, maka Papa lah yang harus angkat kaki dari rumah itu.

Mama memang rajin berbisnis, tak sekadar jadi IRT biasa. Bahkan kata Mama, penghasilan bisnisnya sekarang sudah jauh melampaui gaji dan penghasilan tambahan Papa.

Stamina fisikku masih cukup tangguh untuk nyetir kembali. Karena tadi malam menginap di hotel dan… menyetubuhi Mama sekali lagi. Bahkan dalam ronde kedua itu (diselang 1 ronde dengan Tante Artini), aku sangat lama menyetubuhi Mama. Sehingga Mama berkali - kali orgasme. Kemudian aku benar - benar ngecrot di dalam memek Mama, bukan berpura - pura lagi.

Karena itu waktu aku meninggalkan Subang, staminaku masih sangat segar.

Tapi jarak dari Subang ke Solo bukan jarak dekat. Sehingga ketika aku tiba di rumah Mamie, hari sudah cukup malam, sekitar jam sepuluh malam.

Mamie tampak senang sekali melihatku sudah pulang.

“Kok cepat sekali pulangnya? Kirain mau nginap di rumah Mama barang seminggu gitu, “sambut Mamie di dalam kamarku. Sambil mendekap pinggangku.

“Gak tau kenapa, rasanya aku gak bisa berjauhan dengan Mamie berlama - lama,” sahutku yang sedikit mengandung gombal.

“Sama… setelah tau bahwa kamu itu anak mamie, malah gak mau pisah lama - lama sama kamu Sayang,” ucap Mamie disusul dengan mendaratkan kecupan hangat di bibirku, “Ayo… sekarang sih mau tidur di kamar mamie juga boleh.”

“Tapi aku mau mandi dulu di kamar Mamie ya,” sahutku.

“Boleh. Apa pun boleh kamu lakukan dan boleh kamu miliki,” ucap Mamie yang disusul dengan bisikan, “Bahkan tempik mamie juga boleh kamu miliki seumur hidup.”

“Hihihihiii… iya Mam. Punya Mamie itu luar biasa enaknya…” sahutku sambil mengikuti langkah Mamie menuju pintu lift. Lalu kami naik ke lantai tiga.

“Kalau kamu mau, tiap malam bobo sama mamie juga boleh. Hitung - hitung kompensasi, karena waktu masih bayi gak pernah bobo sama mamie,” kata Mamie yang malam itu mengenakan kimono sutera berwarna orange dengan bintik - bintik merah bertaburan di sana sini.

“Tapi aku sudah dewasa sekarang Mam. Dua bulan lagi juga usiaku genap duapuluhempat tahun.”

“Kali aja kamu merindukan pelukan ibu sepanjang malam.”

“Tapi setelah dewasa gini, kalau dipeluk Mamie pasti kontolku ngaceng Mam.”

“Ya gak apa - apa. Kalau ngaceng kan tinggal masukin ke dalam tempik mamie. Sekarang ngaceng nggak?”

“Belum. Aku mau mandi dulu ya. Badanku penuh debu di sepanjang jalan dari Subang ke sini tadi.”

“Iya, mandi dulu deh, biar seger badannya.”

Lalu aku masuk ke dalam kamar mandi Mamie yang jauh lebih lengkap daripada kamar mandiku di lantai dasar. Sabun, shampoo dan sebagainya import semua. Ada bathtub segala di dalamnya. Sehingga aku bisa berlama - lama berendam dengan air sabun hangat, sambil menerawang ke mana - mana.

Namun malam itu aku hanya mandi dengan shower air hangat. Menyabuni sekujur tubuhku, lalu membilasnya lagi. Kemudian mengambil handuk baru untuk mengeringkan tubuhku. Dan mengambil kimono putih yang all size dan banyak terlipat di dalam lemari kaca kamar mandi.

Setelah mengenakan kimono itu aku menyisir rambut di depan cermin besar yang menempel di dinding kamar mandi.

Kemudian keluar dari kamar mandi dan melompat ke atas bed, di mana Mamie sedang menelentang sambil nonton televisi yang dipasang di dinding.

“Daripada nonton tivi mendingan nonton bokep Mam,” kataku sambil meletakkan tanganku di atas perut Mamie.

“Memangnya kamu punya filmnya?” tanya Mamie.

“Banyak. Tapi di kamarku. Ambil dulu ya.”

“Iya.”

Lalu aku melangkah ke dalam lift dan meluncur turun ke kamarku.

Kuambil external hardisk 2 Tb, yang isinya beribu - ribu bokep. Lalu aku naik lagi ke lantai tiga, untuk menyambungkan external HD itu ke smart TV Mamie.

“Gak pakai CD player Bon?” tanya Mamie.

“Sudah gak zaman pakai player sekarang sih Mam. Lagian televisi Mamie ini termasuk Smart TV. External HD ini menyimpan ribuan bokep Mam… nanti kalau ada yang menarik, kita praktekkan ya.”

“Iya Sayang,” sahut Mamie lembut.

Setelah External HD itu tersambung dengan TV, aku pun mengambil remote control. Dan menyetelkannya ke USB. Setelah tersambung, aku merebahkan diri di samping Mamie.

Video pertama adalah seorang anak muda dan seorang wanita setengah baya yang melakukan hubungan sex outdoor.

“Ini mengingatkan kita ya Mam. Kan untuk pertama kalinya aku merasakan legitnya tempik Mamie di puncak bukit itu kan?” ucapku sambil menyelinapkan tanganku ke balik kimono Mamie. Ternyata Mami tidak memakai celana dalam. Mungkin dia sudah siap untuk berhubungan sex denganku, jadi semuanya dimudahkan.

“Iya… waktu itu mamie sedang horny mulu. Lantas gak kuat lagi menahannya. Duuuh.. Bona Sayang… kalau tempik mamie udah digerayangin gini… mamie suka langsung horny.”

“Kan mau nonton bokep dulu Mam.”

“Biarin aja film itu main, kita juga main yok… mamie sudah kepengen dientot nih sama kontol gedemu…” ucap Mamie sambil melepaskan tali kimonoku, kemudian membuka kimono yang sedang kupakai ini. Sehingga kontolku yang sudah mulai ngaceng ini langsung terbuka.

Dan Mamie langsung memegang kontolku, sambil menjilati moncong dan lehernya. Bahkan lalu mengulumnya dengan lahap. Dan mulai menyelomoti kontolku tak ubahnya anak sedang menyelomoti permen loli.

Tak cuma itu. Mamie pun mengalirkan air liurnya ke badan kontolku, lalu dengan bantuan air liur itu Mamie mengurut - urut badan kontolku yang tidak terkulum oleh mulutnya.

Karuan saja kontolku jadi ngaceng berat. Tapi Mamie tampak masih asyik menyelomoti kontolku. Maka kubiarkan saja Mamie melakukan apa pun yang diinginkannya.

Sampai akhirnya Mamie menelentang sambil berkata, “Ayo… masukin aja kontolmu sekarang. Tempik mamie sudah basah nih.”

Tadinya aku ingin membalas untuk menjilati memek Mamie juga. Tapi karena kedua paha Mamie sudah direntangkan lebar - lebar, aku pun segera merangkak ke atas perutnya, sambil memegangi leher kontolku. Lalu meletakkan moncongnya di mulut memek Mamie yang bentuknya mirip - mirip memek Tante Artini (maklum adik - kakak).

Dan kudorong kontolku dengan sekuat tenaga. Blessssss… menyelundup masuk ke dalam liang memek Mamie…!

“Adudududuuuuuh… kontolmu memang enak sekali Sayaaaang… sejak aku tau bahwa kamu ini anak kandungku, ini pertama kalinya kontolmu dimasukin ke dalam liang vagina mamie yaaa…”

“Iya Mamieku Sayaaaang,” sahutku sambil mencium bibir Mamie, yang lalu disambutnya dengan lumatan hangat.

“Mwuaaaaaaahhhhh… kamu ini seolah menjelma jadi dua sisi bagi mamie. Sebagai anak semata wayang mamie, sekaligus sebagai suami mamie… aaaaah… kita tak usah bertanya kenapa harus jadi seperti ini… lanjutkan saja hubungan fisik kita seperti ini ya Sayaaang…”

“Iya Mam… kalau hubungan ini dihentikan di tengah jalan, aku bisa murung dan melamun mulu nanti… bahkan mungkin aku akan menjauhi Mamie dengan perasaan bersalah…”

“Kamu tidak bersalah. Kan yang mengawalinya mamie sendiri di puncak bukit itu Sayang. Ayolah… entotkan kontolmu… jangan direndem terus… nanti keburu jadi ager kontolnya… hihihihiiii…”

“Tapi kalau Mamie hamil nanti gimana?” tanyaku sambil mengayun kontolku perlahan - lahan.

“Gak mungkin. Sebelum kita bersetubuh di puncak bukit itu, mamie sudah disuntik oleh dokter. Jangan sampai hamil. Anakku cukup satu saja. Cukup kamu saja seorang. Tapi kamu jangan jadi anak yang manja ya. Jadilah anak yang rajin dan ulet dalam berbisnis. Demi masa depanmu sendiri.”

“Iiii… iya Mamieku…” sahutku yang mulai mempercepat entotanku.

Mamie pun tidak berbicara lagi. Bahkan mulai mendesah dan merintih histeris lagi seperti biasa. “Iyaaaaa… aaaaaah… iyaaaaaa… aaaahhhh… kontolmu ini… luar biasa enaknya sayaaaaang… entot teruuuusssss… entoooot teruuuussss… iyaaaaa… iyaaaaa… entooooooottttt… entoooootttttt …

enak sekaliiiii… enaaaaaak… iyaaaaaa… entooooootttttt… entooooot… kontolmu enaaaaaak… entoooootttttt… aaaaaah… aaaaaa… aaaaahhh… pentil tetekku sedoooot… sedoooootttt kayak bayi netek… iyaaaaa… iyaaaaaa… entooooottttt… iyaaaaa… aaaaa… aaaaahhh…

Rintihan - rintihan histeris Mamie dibarengi dengan dengus - dengus nafasku. Sementyara entotan kontolku semakin menggila. Seolah mesin pompa yang sedang memompa liang memek ibu kandungku.

Terkadang mulutku nyungsep di atas toket gedenya, mengemut dan menyedot - nyedot pentilnya. Terkadang menjilati lehernya yang mulai keringatan, disertai gigitan - gigitan kecil yang tidak menyakitkan. Sementara tangan kiriku tetap asyik meremas - remas toket kanan Mamie.

Ketika tangan Mamie terjulur ke bawah kepalanya, kujilati pula ketiaknya yang beraroma parfum mahal. Membuat bokong gede Mamie semakin menggelepar - gelepar, memutar - mutar. meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Sehingga kontolku terasa dibesot - besot dan dipilin - pilin oleh liang memeknya yang licin, empuk tapi legit ini.

Aku sudah hafal bahwa Mamie tidak ingin disetubuhi terlalu lama. Yang penting, pada waktu Mamie sudah mau orgasme, aku pun harus secepatnya berejakulasi. Bahkan kalau bisa, dilepasin bareng - bareng lebih disukainya.

Karena itu, ketika keringatku mulai merembes dari pori - pori kulitku, ketika Mamie mulai berkelojotan, aku pun mempercepat ayunan kontolku.

Maju - mundur - maju - mundur dengan cepat sekali. Sampai akhirnya… ketika sekujur tubuh Mamie mengejang tegang, kontolku pun ditancapkan di dalam liang memeknya.

Lalu… ketika liang memek Mamie terasa mengejut - ngejut, kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir kenikmatanku.

Crrrroooottttt… crooootttttcrottt… croooootttttt… crottttt… crooooottttt… crooootttt…!

Kami sama - sama terkapar sambil berpelukan. Lalu terkulai lunglai di dalam kepuasan sedalam lautan.

“Mamie puas sekali… Terima kasih ya Sayang,” ucap Mamie yang disusul dengan kecupan mesranya di bibirku.

Setelah mencabut kontolku dari liang tempik Mamie, aku merebahkan diri di samping ibuku. Sambil menonton bokep yang masih tayang di layar televisi LED besar itu.

“Ohya… tadi ada tantemu yang dari Kalimantan datang. Dia tidur di kamar yang berdampingan dengan kamarmu.”

“Tante yang mana? Aku kan baru tau Tante Artini doang.”

“Adik - adik mamie ada empat orang. adik yang pertama bernama Surtini, tinggal di Semarang. Adik yang kedua bernama Haryati, tinggal di Surabaya. Adik yang ketiga bernama Artini… mantan ibu kosmu itu. Nah yang sedang nginap di rumah kita itu suka dipanggil Tari. Nama lengkapnya sih Muntari.”

“Jadi… Tante Tari itu adik bungsu Mamie?”

“Iya Sayang. Dia dijadikan istri muda seorang pengusaha batubara yang sudah tua. Tapi nikahnya secara diam - diam. Cuma nikah siri. Setelah sekian lamanya dijadikan istri muda, lama - lama ketahuan oleh istri pertamanya. Lalu Tari terus - terusan diteror oleh istri pertama. Sehingga akhirnya dia minta cerai saja.

“Sudah punya anak berapa orang?”

“Belum punya anak. Untung juga gak punya anak. Jadi gak repot ngurusin anak dalam status jandanya. Usianya masih sangat muda lho. Cuma setahun lebih tua darimu.”

“Jadi umurnya baru duapuluhlima tahun?”

“Iya. Waktu mamie melahirkan kamu, usia Tari baru setahun. Dia kan adik seayah beda ibu.”

“Owh… memangnya ayah Mamie berpoligami?”

“Nggak. Kan nenekmu meninggal duluan. Kemudian kakekmu menikah lagi. Maka lahirlah Tari itu.”

“Jadi… walau pun usianya cuma beda setahun, aku tetap harus manggil Tante padanya?”

“Seharusnya memang begitu. Kata orang - orang tua, kita tidak boleh merusak sirsilah. Status dalam keluarga harus tetap sesuai dengan kedudukannya. Meski usianya lebih muda darimu, tetap saja kamu harus manggil Tante padanya.”

Aku terdiam. Karena tayangan bokep di layar televisi lebih menarik perhatianku. Sepasang manusia tampak sedang bersetubuh di dalam mobil pick up.

Dan… diam - diam kontolku ngaceng lagi.

Untung Mamie pun terangsang oleh adegan di layar televisi itu. Sehingga kami bersetubuh lagi. Tentu dalam durasi yang lebih lama daripada persetubuhan yang pertama tadi…!

Bahkan di ronde kedua ini bermacam - macam posisi kami praktekkan. Sehingga keringat kami bercucuran kembali.

Lebih dari sejam kami melakukannya.

Dan setelah Mamie berkali - kali orgasme, aku pun akhirnya memuntahkan lendir maniku lagi di dalam liang tempik Mamie yang sangat legit itu.

Lalu kami tertidur sambil berpelukan. Dalam keadaan sama - sama telanjang, tapi ditutupi selimut tebal…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu