3 November 2020
Penulis —  Antingmama

Akibat Merusak Gagang Pintu

POV Andi

Hari ini adalah hari terakhir festival. Acara yang berlangsung tidak terlalu padat dan hanya tinggal penutupan dan pengumuman pemenang stand terbaik. Karena hanya tinggal penutupan aku dan Ibu hanya berpakaian santai begitu juga anggota rombongan yang lain. Pagi itu tepat jam 8 kami pun pergi menuju tempat festival.

Sampai di tempat festival, kami pun tetap melayani pengunjung yang tidak terlalu banyak itu. Ya hari ini semua berjalan cukup santai tidak seperti hari kemarin yang sangat melelahkan.

Sekitar jam 1 siang setelah istirahat jam makan siang dimulailah pengumuman pemenang stand terbaik. Suasana cukup mendebarkan ketika itu. Kami pun berharap bahwa kota kami lah yang akan jadi pemenangnya.

“Pemenang stand terbaik tahun ini, jatuh kepada… Kota Surakarta!” Teriak MC acara ketika mengumumkan hasilnya

Akhirnya Kota Solo dinobatkan sebagai pemenang kategori stand terbaik di festival jamu kali ini. Kami semua pun larut dalam sukacita. Sebagai perwakilan Ibuku, Tante Riana dan Pak Bardi maju ke atas panggung dan menerima hadiah dari Gubernur Jateng berupa uang sebesar Rp 10 juta rupiah. Saat sambutan, Pak Bardi selaku perwakilan Pemkot Solo mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang diberikan dan berharap festival jamu ini akan selalu diadakan setiap tahun untuk memajukan industri jamu di Jawa Tengah.

Acara penutupan pun selesai sekitar jam 3 sore. Kami semua pun kembali ke hotel untuk bersiap-siap pulang. Sewaktu dalam perjalanan ke hotel aku pun baru ingat bahwa adikku Sekar dan Widya menitip oleh-oleh padaku sewaktu akan berangkat kemarin. Aku pun mengutarakan pesan itu sambil minta maaf karena terlupa menyampaikannya.

Sampai di hotel sekitar jam setengah 4 sore akhirnya rombongan pun berpisah. Pak Bardi, Pak Isman dan Bu Tuti akan kembali pulang ke Solo naik kereta karena besok mereka harus masuk kerja dan laporan pada atasannya di Dinas Pariwisata. Tante Riana akan menginap di kontrakan Ambar karena ada urusan keluarga yang penting.

“Bu, kita pulangnya naik apa?”

“Nanti kita pesan taksi online aja ya sistem borongan biar praktis soalnya mau beli oleh-oleh dulu buat adik-adikmu”. Jawab Ibu padaku.

Sore itu, aku dan Ibu pun bersiap-siap untuk packing dan mandi sore. Aku pun mandi duluan saat itu sementara Ibu memesan taksi online yang akan kami tumpangi sampai Solo. 15 menit kemudian selesai aku mandi saat keluar aku pun bertanya pada Ibu.

“Bu, udah dapet belum taksinya?”

“Udah sayang, harganya sekitar 200 ribu, tapi nanti kita tambahin uang bensin dan bisa mampir beli oleh-oleh dulu”. Kata Ibuku.

“Ok”. Jawabku pendek.

Tak lama kemudian Ibu pun langsung masuk ke kamar mandi sementara aku langsung memakai baju ganti berupa kaos polo putih dan celana Chino berwarna coklat lalu kumasukkan pakaian kotor ke dalam koper. Sekitar 20 menit kemudian Ibu pun keluar kamar mandi. Aku pun bingung karena jarang sekali Ibu mandi secepat itu.

“Tumben Bu mandinya cepet hehehe”. Kataku sambil tertawa kecil.

“Soalnya kita udah kesorean, kalo lama nanti malah gak sempet beli oleh-olehnya”. Kata Ibuku sambil berdandan memakai lipstik dan make up tipis di wajahnya. Selesai berdandan, aku dan Ibu pun keluar kamar dan menuju lobi untuk check out dan melakukan pembayaran. Setelah selesai check out kami pun menunggu pesana taksi online di lobi hotel

Tak lama kemudian tepat jam 16.45 taksi online yang kami pesan sudah tiba di gerbang hotel. Saat itu mobil yang digunakan adalah Toyota Avanza warna hitam. Pengemudi adalah Bapak-bapak memakai kemeja putih dan celana jeans seumuran Ayahku bernama Pak Wasis. Dia dengan ramah menyapa kami berdua dan membantu memasukkan barang-barang ke dalam mobil lalu setelah itu aku pun masuk duduk di kursi depan samping sopir sementara Ibuku duduk di kursi belakang.

“Bu, kita mau langsung ke Solo apa ke tempat lain dulu?” Tanya Pak Wasis pada Ibuku.

“Kita ke tempat oleh-oleh Bandeng Juwana Elrina Pamularsih dulu ya pak, abis itu baru kita jalan ke Solo”. Jawab Ibuku pada Pak Wasis.

“Ok Bu”. Jawab Pak Wasis.

Mobil kami pun berjalan dari Hotel Dafam menuju tempat berjualan Bandeng Juwana. Sore itu suasana Kota Semarang cukup ramai namun untungnya tidak macet sehingga tepat jam 17.05 kami pun sampai di tempat oleh-oleh Bandeng Juwana Elrina Pamularsih. Aku dan Ibu pun turun dan langsung berkeliling mencari Bandeng yang menjadi kesukaan keluarga kami.

Selesai belanja rupanya waktu sudah menunjukkan pukul 17.50 dan sudah masuk waktu Maghrib. Ibu pun meminta Pak Wasis untuk menuju pom bensin karena ingin shalat dan supaya Pak Wasis juga sekalian bisa mengisi bensin.

“Pak kita langsung ke Pom Bensin aja ya biar Bapak bisa ngisi bensin sekalian saya numpang juga shalat disitu.

“Nggih Bu”. Jawab Pak Wasis.

Kami pun lalu menuju Pom Bensin yang terdekat dari situ. Sampai disitu aku dan Ibu pun turun untuk Shalat sedangkan Pak Wasis mengantri untuk membeli bensin dengan uang yang sudah diberikan Ibuku sebelum turun tadi sebesar Rp 150 ribu. Saat akan Shalat aku pun berkata pada Ibuku.

“Bu, Shalatnya dijamak aja ya Maghrib sama Isyanya biar gak repot”. Kataku padanya

“Iya nak Ibu ngerti, yaudah gih kamu Imamin Ibu sekarang. Balas Ibuku.

Akhirnya kami pun shalat dengan menjamak Maghrib dan Isya. Setelah selesai shalat kami pun menuju mobil yang telah terparkir di samping Mushalla. Saat aku masuk mobil rupanya Pak Wasis pun izin bilang sakit perut dan ingin shalat juga. Karena tak enak maka aku mengizinkannya.

“Mas, maaf perut saya sakit nih, Ibu gak apa-apa kankan nungguin dulu?” Tanyanya padaku dan Ibuku.

“Yo rapopo toh pak, yowis tak tungguin nang kene”. Kata Ibuku maklum.

Akhirnya Pak Wasis pun keluar dari mobil dan menuju kamar mandi. Jujur walaupun Pak Wasis keliatan ramah pada kami namun tak bisa dipungkiri bahwa dia keliatan tertarik dengan Ibuku. Sewaktu berkendara tadi Pak Wasis selalu melihat Ibuku yang duduk di belakang menggunakan kaca spion dalam. Sepertinya Pak Wasis bernafsu dengan Ibuku yang mengenakan T-Shirt agak ketat lengan pendek sehingga payudaranya tercetak ketat dan juga rambut yang dikuncir kuda sehingga lehernya yang putih mulus dan anting-anting emas di kedua telinganya terekspos bebas.

15 menit sudah aku menunggu Pak Wasis, karena penasaran aku pun keluar dari mobil dan bilang pada Ibu bahwa aku ingin kencing. Aku pun langsung kencing berdiri di urinoir yang ada di. Setelah kencing dari dalam kamar mandi kudengar desahan seperti orang masturbasi. Karena penasaran aku pun mengintip melalui lubang pintu dan benar saja Pak Wasis sedang masturbasi menyebut nama Ibuku.

“Ohh Bu Ratna cantik Ohh Ohh Ohh”. Begitulah suara desahan Pak Wasis di kamar mandi. Tak lama kemudian CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Pak Wasis pun menyemprotkan spermanya yang berwarna putih kental dan lumayan banyak itu mengenai dinding kamar mandi. Setelah beberapa saat mengumpulkan nafas, Pak Wasis pun membersihkan sisa-sisa spermanya lalu keluar dari pintu.

“Lho Mas ke kamar mandi juga, kirain masih di dalam mobil”. Terang Pak Wasis padaku.

“Iya soalnya Bapak tadi lama banget makanya aku jadi kepengen kencing juga”. Kataku pada Pak Wasis.

Oh gitu, yaudah yuk kita berangkat Mas. Takutnya nanti kemaleman sampe Solonya. Kata Pak Wasis berusaha tenang.

“Ayo pak saya juga udah selesai kencing nih”. Ajakku juga. Kami pun keluar kamar mandi lalu segera menuju mobil.

Ketika berjalan ke tempat mobil diparkir aku pun mengumpat pada Pak Wasis dalam hati. “Dasar supir mesum, untung aja ada aku, kalo gak mungkin Ibuku sudah diperkosa olehnya”. Geramku padanya dalam hati.

Setelah sampai di mobil Pak Wasis pun meminta maaf pada Ibuku karena agak lama di kamar mandi. Ibuku pun memakluminya dapat menyuruh Pak Wasis melanjutkan perjalanan. Akhirnya tepat jam setengah 7 malam kami meninggalkan pom bensin untuk melanjutkan perjalanan menuju Solo.

Sepanjang perjalanan Ibu banyak mengobrol dengan Pak Wasis. Walaupun mesum tapi sopir ini ternyata ramah juga. Dia bilang kalau dia asli dari Salatiga namun tinggal di Semarang bersama istri dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Sepanjang perjalanan aku lebih banyak diam dan hanya sesekali menimpali obrolan mereka.

Saat memasuki Km 20 jalan tol Semarang-Solo, karena sepanjang perjalanan tadi banyak minum, aku merasa ingin pipis dan perutku pun terasa lapar. Karena sudah tak tahan aku pun bilang pada Pak Wasis.

“Pak disini ada rest area ndak?” Tanyaku padanya.

“Ada sih mas di Km 22 memangnya kenapa?”

“Saya mau pipis nih pak udah gak tahan”. Kataku padanya.

“Oh kalo gitu kita sekalian makan juga ya soalnya ini juga udah jam makan malam”. Timpal Ibuku yang sepertinya mengerti kalo anaknya selain kebelet pipis juga sedang lapar.

“Yaudah ini saya kebut sedikit ya, kayaknya si masnya udah gak tahan banget nih”. Kata Pak Wasis agak memacu mobilnya.

Tak lama kemudian mobil pun tiba di rest area Tol Semarang-Solo Km 22. Aku dan Ibu pun turun untuk mencari toilet. Sepertinya Ibu juga ingin pipis sama sepertiku. Saat menemukan toiletnya kami pun masuk sesuai jenis kelamin masing-masing. Aku pun selesai lebih dulu setelah itu 5 menit kemudian Ibuku pun keluar dari kamar mandi dan mengajakku makan.

“Nak, kita ajak Pak Wasis makan juga ya, kayaknya dia kelaparan juga tuh”. Bujuk Ibuku.

“Yaudah kita ke mobil aja sekarang, mungkin dia lagi istirahat sekarang”. Kataku padanya.

Kami pun berjalan menuju parkiran mobil. Saat tiba di parkiran tempat mobil berada benar saja Pak Wasis sedang menidurkan kursi kemudinya sembari beristirahat leyeh-leyeh. Aku pun membangunkannya dan mengajaknya makan bersama.

“Pak, ayo ikut makan sama kita yuk. Bapak pasti lapar nyetir terus dari tadi”. Bujukku padanya.

“Ah yang bener nih mas, jadi gak enak nih saya”. Kata Pak Wasis sungkan.

“Bener Pak, daripada nanti bapak kelaperan pas nyetir”. Bujuk Ibuku padanya.

“Yowislah, tapi pertama saya terima kasih banget lho Bu udah diajakin makan”. Katanya sembari bangun lalu keluar dari mobil dan mengunci pintu.

“Iya gak apa-apa pak, ayok kita makan”. Ajak Ibuku pada Pak Wasis.

Akhirnya kami pun berjalan dari parkiran dan sampai di food court. Aku pun memesan nasi lalapan Ayam, Ibuku memesan nasi lalapan Ikan Bawal, sedangkan Pak Wasis memesan Nasi Soto Ayam. Kami makan dengan lahap karena sudah sangat kelaparan. Selama makan kami melanjutkan obrolan di mobil tadi. Ternyata sebelum menjadi supir taksi online Pak Wasis adalah seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta yang lumayan terkenal di Kota Semarang.

Dia keluar karena merasa gajinya tidak memadai dengan pengabdiannya di perusahaan tersebut maka dia memutuskan untuk keluar dan memanfaatkan mobil yang dibeli dari penghasilannya selama jadi pegawai swasta untuk bergabung dengan perusahaan aplikasi transportasi online. Pantas saja selama mengobrol dengan Ibu tadi wawasannya cukup luas dan bisa nyambung dengan Ibuku.

Setelah makan kami pun keluar dari rest area untuk kembali melanjutkan perjalanan. Suasana malam di tol cukup lengang sehingga Pak Wasis bisa mengemudi dengan kecepatan tinggi. Aku pun gantian mengobrol dengan Pak Wasis sedangkan Ibuku rupanya sudah terlelap karena kecapean.

Sekitar jam 09.45 akhirnya mobil yang kami tumpangi telah sampai di depan rumah. Aku dan Pak Wasis pun membangunkan Ibuku yang tertidur di kursi belakang lalu membuka bagasi dan mengeluarkan koper beserta barang-barang bawaan aku dan Ibuku. Aku pun membuka pagar rumah dan membawa semua barang-barang ke depan pintu rumah sementara Ibu masih di depan pagar menyelesaikan pembayaran dengan Pak Wasis.

“Bu, Mas, saya pamit dulu ya mau pulang. Makasih juga udah ditraktir makan tadi”. Katanya pamit.

“Iya sama-sama pak, hati-hati di jalan ya”. Balas Ibuku.

“Nggih Bu, Assalamualaikum”. Kata Pak Wasis.

“Waalaikumsalam Pak”. Jawabku padanya. Setelah itu Pak Wasis pun menutup kaca mobil dan pergi dari hadapan kami.

Setelah Pak Wasis pergi aku dan Ibu menutup pagar rumah dan Ibu mengeluarkan kunci rumah yang ada di sakunya dan membuka pintu. Saat pintu terbuka aku lalu membawa masuk barang-barang kami sementara Ibu berteriak memanggil Sekar dan Widya. Tak lama kemudian kedua adikku yang cantik itu pun keluar kamar dan menuju ruang tamu tempat aku dan Ibu berada

“Sekar, Widya! Ibu pulang bawa oleh-oleh kesukaan kalian nih”. Kata Ibuku memanggil keduanya. Mereka berdua pun datang menghampiri Ibuku lalu mencium tangannya.

“Wah Bandeng Presto ya, aku suka banget nih”. Kata Sekar.

“Bandengnya buat aku bawa bekal besok ah”. Timpal adik bungsuku Widya.

“Yowis kalo gitu tolong masukin ke kulkas bandengnya terus kalian tidur besok Senin musti sekolah”. Perintah Ibu pada mereka berdua. Akhirnya setelah Bandeng-bandeng itu dimasukkan ke dalam kulkas, kedua adikku pun pergi ke kamarnya masing-masing untuk tidur.

Setelah mereka berdua tidur aku dan Ibu pun lanjut mengeluarkan pakaian kotor kami dan menaruhnya di tempat cucian. Setelah itu aku pun naik ke kamarku di lantai atas sambil membawa koperku dan menaruhnya di dekat meja belajar. Aku pun mengganti pakaianku dengan baju kaos tanpa lengan dan celana pendek lalu berbaring sebentar di atas ranjang.

Sampai di kamar kulihat Ibu sudah berganti baju dengan kimono tidur warna merah. Melihat kedatanganku Ibuku pun tersenyum menanyakan maksud kedatanganku.

“Kamu ngapain malem-malem gini ke kamar Ibu? Mau minta jatah ya hihihihi”. Tanya Ibuku sambil tertawa kecil.

“Bu, Ayah kapan pulangnya?” Tanyaku pada Ibu.

“Besok baru pulang emangnya kenapa? Eh itu kok ‘burungmu’ nonjol gitu sih?” Tanya Ibuku melihat tonjolan kontolku di balik celana pendek yang kupakai. Aku pun langsung mendekat lalu memeluknya erat-erat.

“Bu, main yuk malem ini, Sekar sama Widya kan udah tidur”. Ajakku pada Ibu.

“Aduh, Ibu capek sayang besok aja ya”. Kata Ibuku menolak.

“Kalo besok Ayah keburu pulang Bu, sekarang aja ya”. Kataku ngotot.

“Yowislah, tapi mainnya di kamarmu aja ya biar aman”. Kata Ibuku pasrah menuruti keinginanku.

“Ok Bu, tak tunggu di kamar yo”. Kataku melepaskan pelukan lalu keluar dari kamar Ibu dan kembali ke kamarku.

Saat sampai di kamar, aku sudah melepaskan seluruh pakaianku hingga telanjang bulat. Kontolku yang berwarna coklat kemerahan dengan panjang 18 cm dan diameter 4 cm sudah mengacung tegak minta dipuaskan. Tak lama kemudian Ibuku pun masuk dan langsung mengunci kamarku. Saat melihat ke arahku dia takjub dengan ukuran kontolku yang super besar ini.

“Ihh udah nafsu aja tuh burungnya hihihihi”. Kata Ibuku mulai membuka kaitan kimononya hingga terlepas lalu terlihatlah tubuh putih montok Ibuku yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik kimono merahnya. Ibuku pun berjalan perlahan mendekatiku lalu mendorongku hingga terlentang di atas ranjang.

“Slurp Slurp Slurp Slurp Slurp Slurp!” Bunyi hisapan mulut Ibu pada kontolku.

“Iya terus Bu Ohh Ohh!” Racauku pada Ibu.

Aku pun memegangi kepala Ibuku ketika dia sibuk menghisap kontolku. Ibuku menghisapnya dengan rakus dan ia memijit urat-urat yang ada di kontolku seolah-olah tahu dimana titik rangsangan yang tepat. Mendapat perlakuan seperti ini dari Ibu aku merasa sungguh nikmat sekali malam ini.

15 menit sudah Ibuku menghisap kontolku. Karena aku tak mau klimaks di mulutnya aku pun minta beliau menghentikannya dan gantian aku yang menghisap memeknya.

“Bu, gantian ya sekarang aku yang jilatin punya Ibu”. Kataku meminta padanya.

“Iya sayang, ayo sekarang jilatin tempik Ibu”. Perintah Ibuku padaku.

Akhirnya kami pun berganti posisi. Sekarang kutelentangkan Ibuku di atas kasur lalu aku pun mulai menghisapi memek Ibuku. Terlihat memeknya sudah keliatan agak basah akibat percumbuan kami tadi.

“Slurp Slurp Slurp Slurp Slurp Slurp Ahh Ahh Ahh!”

“Ahh terus sayang jilatin punya Ibu Ohh Ohh!”

Kujilati dan kuhisap terus memek Ibuku sampai terlihat banjir. Ibuku pun terus mendesah tiada henti. 10 menit kemudian Ibuku pun mendesah mencapai klimaks.

Ahh Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Desah Ibuku yang klimaks hingga air maninya muncrat membasahi wajahku. Sejenak kubiarkan Ibuku istirahat menikmati orgasmenya.

Setelah Ibuku mulai bisa mengatur nafasnya, aku pun mulai naik ke atas tubuhnya. Kulihat wajah Ibuku tersenyum ketika melihatku naik ke atas tubuhnya. Wajah kami saling bertemu saat itu, dengan reflek kuciumi bibir Ibuku dan kami melakukan

french kiss dengan cukup panas. Kontolku di bawah pun mulai mencari sarangnya untuk dimasukkan. Ketika kontolku tepat berada di bibir memeknya kurasakan tangan Ibuku memegangi kontolku dan membantunya untuk dimasukkan ke dalam memeknya.

“BLESS SREET BLESS SREET BLESS SREET BLESS BLESS BLESS!” Masuklah kontolku yang besar dan panjang ini ke dalam memeknya.

“Ohh sempit Bu, enak Ohh Ohh!” Lenguhku merasakan jepitan memek Ibuku.

Selanjutnya aku pun mulai menggerakkan kontolku keluar masuk memeknya. Kurasakan liang memeknya begitu menjepit nikmat. Selama ngentot kuciumi wajah leher, anting-anting dan payudaranya.

“Ohh Ibuku yang cantik pake anting-anting Ohh Ohh Ohh Cupp Cupp!” Desahku sambil menciumi anting-anting emas di kedua telinganya secara bergantian.

“Ohh iya sayang ayo lakuin sesukamu”. Kata Ibuku mendesah sambil memejamkan mata.

15 menit kemudian aku minta Ibuku berganti gaya, semula dia menolak karena lelah, namun dengan sedikit kupaksa akhirnya dia mau juga. Kali ini kami melakukan posisi

doggie style. Kumasukkan kontolku dari belakang dan mulai menyodoknya. Kali ini terasa pantat Ibuku yang montok dan padat itu beradu dengan selangkanganku. Kusodok memek Ibuku dengan cepat sambil sesekali kuciumi punggungnya. “Plak Plok Plak Plok Plak Plok Plak Plok”! begitulah bunyi sodokan kontolku pada memeknya saat itu.

misionaris seperti semula. Ibuku pun menurutinya dan akhirnya kami kembali ke posisi awal dimana aku di atas sedangkan Ibuku dibawah.

5 menit dalam posisi ini, rupanya kantong spermaku mulai mendidih. Kusodok lebih dalam memek Ibuku hingga menyundul-nyundul mulut rahimnya. Saat akan klimaks kusodok memek Ibuku dalam-dalam sambil berteriak.

“Ohh Ohh Ibu aku keluar Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Keluarlah semprotan spermaku sebanyak 8 kali menyirami mulut rahimnya.

“Ohh Ibu juga keluar sayang Ohh Ohh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Desah Ibuku yang juga telah mencapai klimaks. Karena kelelahan seperti biasa, tubuhku pun ambruk menindih tubuh Ibuku.

Saat ini aku hanya mencium dan mengusel-uselkan kepalaku di kedua payudaranya yang montok sembari tanganku memainkan anting-anting emas di kedua telinganya. Melihat tingkahku itu Ibuku pun hanya tersenyum sambil mengelus-elus rambutku dengan lembut.

“Udah puas belum cah Bagus?” Tanya Ibuku padaku.

“Hhhmmm… Puas sih, tapi gak tau ya kalo nanti mau lagi”.

“Ih dasar anak muda gak ada puasnya”. Kata Ibuku menjambak rambutku dengan gemas.

“Bu, aku ada usul nih Ibu mau gak?” Tanyaku padanya.

“Yo ngomong aja toh nak, emangnya kamu mau usul apa?” Tanya Ibuku.

“Begini Bu… Ppssstt ppssstt ppssstt”. Usulku sambil berbisik padanya.

“Hhhmmm gimana ya nak, soalnya itu butuh dana yang gak sedikit sih”. Respon Ibuku ketika mendengarkan usulanku.

“Tapi Ibu ada uangnya kan?” Tanyaku pada Ibu.

“Kalo uang sih ada cuma ya takutnya Lastri sama Ningsih jadi curiga sama Ibu”. Kata Ibuku ragu-ragu.

“Ya Ibu bikin alasanlah gimana caranya, daripada kita sembunyi-sembunyi terus kayak gini”. Kataku pada Ibu.

“Yowis tak pikirkan usulmu itu, sekarang Ibu tak balik ke kamar yo le”. Pinta Ibuku padaku. Karena nafsuku kembali naik maka aku pun mencegahnya kembali ke kamar sekarang.

“Bu, jangan balik dulu, aku masih mau nambah lagi”. Pintaku pada Ibu.

“Aduh kamu ni gak ada puasnya ya baru aja 10 menit kelar udah minta lagi”. Keluh Ibuku sambil tersenyum.

“Abisnya ngeliat anting-anting Ibu goyang-goyang terus dari tadi udah tetek Ibu padet banget neken dadaku jadinya kontolku ngaceng lagi Bu”. Rengekku pada Ibu sambil memegang anting-anting emasnya.

“Kamu nih ya isi otaknya dari dulu cuma anting-anting sama tetek Ibu aja yang dipikirin”. Kata Ibuku sambil mengelus kepalaku.

“Pokoknya aku mau nambah sekarang”. Ngototku pada Ibu.

“Yowis sakarepmu le”. Ibuku pun pasrah melihat kengototanku.

Akhirnya kami pun kembali memulai ronde kedua. Kali ini Ibuku hanya bersikap pasif sementara aku terus menyodok memeknya dengan brutal. Entah kenapa ronde kedua ini aku begitu bernafsu mungkin karena aku teringat dengan peristiwa Pak Wasis di pom bensin tadi membuatku terbakar api cemburu. Setelah menyodoknya kurang lebih 30 menit, kantong spermaku kembali mendidih.

“Ibu, aku keluar lagi Ohh Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Kembali kusemprotkan spermaku sebanyak 6 kali ke dalam rahimnya.

“Ohh Ohh Ibu juga keluar nak Ohh Ohh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Teriak Ibuku pelan.

Setelah klimaks kembali tubuhku ambruk menindih tubuh Ibuku. Aku merasakan kenikmatan yang amat sangat pada malam ini. Kulihat wajah Ibuku begitu lemas akibat pertempuran malam ini. Namun walau begitu tetap terlihat guratan kepuasan di wajahnya. Kami pun saling berciuman dan berpelukan mesra untuk beberapa saat.

10 menit kemudian Ibuku yang sudah ngantuk berat pamit untuk kembali ke kamarnya.

“Ibu balik ke kamar ya sayang, udah ngantuk berat nih”. Pinta Ibuku.

“Sebentar Bu, aku mau ciumin anting-anting Ibu dulu”. Pintaku padanya.

“Aduh kamu ini nak, yaudah deh tapi cepetan ya”. Kata Ibuku.

“CUPP CUPP CUPP CUPP CUPP CUPP! Ohh aku pengen punya istri kayak Ibu. Cantik, montok, putih, pake anting-anting, pinter, baik hati Ohh”. Kataku sambil menciumi anting-antingnya lalu memeluknya erat-erat. Kulihat air mata Ibuku menetes mendengar perkataanku tadi.

“Ibu kenapa nangis?” Tanyaku padanya.

“Ah gak apa-apa kok nak. Iya nanti Ibu doain ya supaya kamu dapat istri yang cantik, montok, putih, pake anting-anting, terus pintar dan baik hati kayak Ibu”. Jawab Ibuku mencoba tersenyum sambil menghapus air matanya.

“Makasih ya Bu”. Kataku kembali memeluknya.

“Tapi nak, nanti kalo dapat istri yang kayak Ibu jangan kamu sia-siain ya. Kamu harus bisa bahagiain istrimu nanti.

“Iya Bu aku janji”.

“Yaudah kalo gitu Ibu balik ke kamar ya Ndi, kamu juga istirahat soalnya besok kan kuliah lagi”. Nasihat Ibuku padaku.

“Iya Bu”. Jawabku pendek.

Akhirnya aku pun turun dari tubuh Ibuku dan berbaring terlentang. Ibu sendiri kembali mengambil kimono merahnya yang berserakan di lantai kamarku dan kembali memakainya. Tak lupa sebelum keluar dia mengambil botol Aqua berukuran besar di kamarku dan meminumnya dalam jumlah banyak. Sepertinya Ibu kehausan akibat pertempuran malam ini. Setelah meminumnya sambil tersenyum padaku dia pun membuka pintu kamarku dan pergi meninggalkanku sendirian. Setelah Ibu pergi aku yang juga kelelahan langsung mengambil selimut dan tertidur lelap.

“Kira-kira apa ya yang dibisikkan Andi kepada Ibu? Jawabannya tunggu di episode selanjutnya”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu