3 November 2020
Penulis —  Antingmama

Akibat Merusak Gagang Pintu

POV Ratna

Setelah selesai mandi dan berdandan di Sabtu pagi ini jam 7 pagi, aku dan Andi memutuskan untuk keluar kamar menemui anggota rombongan yang lain yang sudah menunggu di restoran hotel. Kami berdua langsung menuju restoran untuk makan pagi bersama.

Hari ini aku mengenakan kebaya warna hijau dengan kain batik khas Solo untuk bawahannya. Andi sendiri juga mengenakan Beskap warna hijau lengkap dengan Blangkon. Saat sarapan pagi aku duduk bersama Jeung Riana dan Jeung Mariska, lalu perwakilan dari Pemkot Solo seperti Pak Bardi, Pak Isman dan Bu Tuti duduk semeja, sedangkan Andi duduk bersama Ambar sambil asyik bercengkrama.

“Ambar sama Andi akrab banget ya”. Katanya sambil tersenyum padaku.

“Namanya juga teman dari SMA Jeung ya wajar lah kalo akrab”. Balasku padanya.

Setelah selesai makan, kami semua langsung menuju lokasi tempat pameran akan dilaksanakan. Setelah sampai kami pun merapikan stand dan tepat jam 9 pagi acara pun kembali dibuka.

Di hari kedua ini, kebanyakan yang datang adalah turis baik itu lokal maupun mancanegara. Mereka sangat tertarik dengan produk jamu yang kami bawakan. Kehadiran Ambar dan Andi di festival ini cukup membantu bagi kami karena mereka berdua memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang jauh lebih baik dibandingkan kami generasi orang tua.

Saat istirahat makan siang, kulihat Jeung Riana mulai mendekati Andi dan Ambar. Sepertinya dia begitu senang dengan bantuan dari kedua muda-mudi ini. Dia pun mulai membuka percakapan.

“Wah kalian hebat ya, bisa presentasiin produk jamu yang Mama bawa ke bule-bule itu, kalo gak ada kalian mungkin kita bakal kebingungan ngejelasin ke mereka, maklum Tante gak terlalu lancar bahasa Inggrisnya hehehehe”. Seloroh Jeung Riana.

“Gak apa-apa Tante, kita berdua juga seneng kok bisa bantu-bantu disini sekalian ngelatih bahasa Inggris kita ya gak Mbar?” Jawab Andi sambil melirik pada Ambar.

“Iya Ma tenang aja, pokoknya selama aku sama Andi disini, semua urusan pasti beres deh”. Jawab Ambar dengan percaya diri. Jeung Riana pun hanya tersenyum mendengar jawaban mereka.

Acara pun terus berlanjut hingga malam hari. Pengunjung semakin banyak berdatangan ingin mencoba produk jamu kami. Aku pun senang bahwa produk jamu yang kami bawa disukai oleh banyak konsumen. Ya selama 2 hari ini aku mendapatkan keuntungan yang lumayan dari penjualan jamu di festival ini. Oh iya di festival Jamu kali ini juga ada kontes stand terbaik se Provinsi.

Acara pun berakhir pada pukul 9 malam. Kami semua pun pulang ke hotel dengan rasa capai namun puas karena stand kami tergolong paling ramai diantara stand dari Kabupaten/Kota lain. Sampai di hotel kami semua berpisah dan menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.

Sampai di kamar aku dan Andi langsung membuka baju kami hingga hanya menyisakan pakaian dalam masing-masing. Kulihat penis Andi mengeras di balik celana dalamnya. Dia pun mendekat dan memeluk tubuhku dengan erat. Aku yang sedang kecapaian pun menolak ajakannya.

“Nak, Ibu capek banget nih seharian ngelayanin pengunjung. Kalo mau besok pagi aja ya mainnya”. Kataku lembut.

“Yah Ibu, aku udah nafsu banget nih sekarang”. Kata Andi merajuk.

“Udah besok aja ya sayang sekarang Ibu mau mandi dulu”. Kataku padanya.

“Yaudah deh, tapi janji ya Bu”. Pinta Andi

“Iya sayang udah ya Ibu mau ke kamar mandi dulu”. Kataku sambil melepaskan pelukannya lalu mengambil handuk dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi, aku pun keluar dari kamar mandi dan menyuruh Andi gantian mandi. Setelah mengeringkan badan dan rambut malam itu aku kembali memakai kimono tidur warna ijo tanpa BH dan celana dalam. Sembari menunggu Andi mandi aku pun duduk di tepi ranjang sembari memikirkan kejadian hari ini.

Ya aku melihat Andi memang sangat cocok dengan Ambar. Mereka sepertinya mempunyai ketertarikan satu sama lain. Sebagai seorang Ibu aku cukup senang dengan keakraban mereka berdua walaupun jujur aku belum rela melepas Andi ke dalam pelukan wanita lain. Kuakui cintaku pada Andi sekarang ini bukan hanya sekedar cinta seorang Ibu ke anaknya tetapi lebih kepada cinta seorang wanita kepada kekasihnya.

Tak lama kemudian Andi pun keluar dari kamar mandi. Tanpa malu dia langsung melepaskan handuk yang melilit tubuhnya sehingga penis besarnya yang menjuntai lemas terlihat olehku. Dia pun langsung memakai kaos dan celana pendek lalu langsung naik ke ranjang dan merebahkan diri di sampingku.

Melihat Andi yang sudah berbaring aku pun juga ikut merebahkan diri di sampingnya dan memeluknya dari samping. Aku pun mengajaknya mengobrol.

“Sayang, kamu kenapa? Masih laper?” Tanyaku pada Andi.

“Gak kok, aku udah kenyang Bu”.

“Kok mukanya cemberut gitu? Marah ya karena gak dapet jatah malem?” Tanyaku lagi sambil mengelus kepalanya. Andi pun hanya diam membisu.

“Yaudah sekarang terserah kamu deh mau meluk, mau cium, atau mau pegang anting-anting Ibu tapi abis itu jangan cemberut lagi ya sayang”. Kataku sambil mengibaskan rambutku ke belakang sambil memperlihatkan anting-antingku untuk membujuknya agar tidak ngambek lagi.

Mendengar ucapanku tadi, Andi pun langsung memelukku erat-erat lalu menciumi wajah dan anting-antingku. Tangannya pun sekarang berada di telingaku sambil memegang anting-antingku dan berkata.

“Ibu cantik kalo pake anting-anting, aku sayang Ibu CUPP!” Katanya sambil mencium bibirku.

“Iya Ibu tau sayang, yaudah tidur yuk, besok kan hari terakhir kita disini CUPP!” Kataku juga membalas ciuman bibirnya. Tak lama kemudian kami tertidur dalam posisi saling memeluk.

Pagi harinya sekitar jam setengah 5 aku merasakan tubuhku bergerak-gerak dan seperti ada yang menindihku dari atas. Saat kubuka mataku kulihat Andi sedang menyodok-nyodokkan penisnya ke dalam vaginaku. Aku pun hanya tersenyum menatapnya.

“Aduh anak Ibu udah nafsu aja sih pagi-pagi”. Kataku padanya.

“Ohh Ibu cantik, teteknya gede, pake anting-anting Ohh Ohh Ohh!” Katanya meracau tak jelas.

“Ahh Ahh pelan-pelan sayang. Punya Ibu ngilu disodok sama kamu Ahh Ahh”.

Pagi itu kami melakukannya dengan panas. Kali ini kami berganti-ganti gaya dari gaya misionaris, gaya miring,

doggie style, sampai gaya memangku. Semua itu kami lakukan dengan penuh nafsu dan kasih sayang.

Terakhir Andi pun meminta agar kembali ke posisi misionaris seperti di awal. Aku pun tahu jika Andi meminta posisi ini tandanya dia akan segera orgasme. Memang setiap kali orgasme dia suka sekali jika dalam posisi misionaris karena dia bisa bebas melihat tubuhku dari depan. Biasanya ketika akan klimaks yang akan jadi sasaran ciumannya kalo tidak bibir, leher, anting-anting, atau kedua payudaraku yang jadi sasaran pelampiasannya.

Setelah kembali dalam posisi misionaris, kembali Andi menyodok-nyodokkan penisnya dengan kuat ke dalam vaginaku. Sesekali dia sengaja memasukkan penisnya dalam-dalam hingga menyentuh mulut rahimku. Sepertinya Andi memang ingin membuatku hamil anaknya.

15 menit kemudian, sodokan Andi kian brutal pada vaginaku. Aku pun maklum kalo dia akan segera orgasme. Tak berapa lama kemudian Andi pun menyodokkan penisnya dalam-dalam sampai menyentuh mulut rahimku dan berteriak.

“Ohh Ibu cantik pake anting-anting aku mau keluar Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Teriak Andi sambil menciumi anting-antingku dan menyemprotkan spermanya dengan deras sebanyak kurang lebih 10 kali ke dalam rahimku.

“Ohh Ibu juga keluar nak Ohh Ohh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Teriakku yang juga orgasme menyirami kontol Andi sebanyak 6 kali semprotan. Jujur ini adalah orgasme keempatku pagi ini. Kalau dengan suamiku paling hanya 1 kali orgasme dan biasanya hanya satu ronde. Tapi dengan Andi dalam satu ronde saja dia mampu membuatku orgasme sampai 4 kali.

Sambil mengatur nafas aku melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Berarti kami melakukannya selama 1 jam penuh. Aku kagum dengan tenaga perkasa Andi.

“Sayang udah puas belum, Ibu capek banget nih ditindih sama kamu”. Pintaku padanya sambil mengelus-elus kepalanya.

“Puas sih Bu, tapi aku masih pengen mainin anting-anting Ibu”. Katanya manja sambil mencium leherku dan tangannya memainkan anting-anting di kedua telingaku.

“Kamu nih setiap hari kerjaannya mainin anting-anting Ibu terus, gak bosen apa?” Tanyaku lembut sambil kembali mengelus-elus rambutnya.

“Gak Bu, soalnya Ibu emang cantik banget kalo pake anting-anting. Nanti kalo aku punya uang aku bakal beliin Ibu anting-anting emas yang lebih bagus dari yang Ibu pake sekarang”. Janjinya padaku.

“Yowis tak tunggu janjimu lho Ndi”. Jawabku padanya.

Akhirnya pagi itu kubiarkan Andi menindih tubuhku sambil mulutnya mencium dan menjilati payudaraku serta kedua tangannya memainkan anting-anting emas di kedua telingaku. Aku pun hanya bisa tersenyum merasakan sisi kekanak-kanakan Andi yang memang tidak pernah hilang dari dulu. Jika seperti ini biasanya naluri keibuanku muncul dan aku hanya bisa pasrah dan tersenyum membiarkan tingkah kolokan Andi anak lelakiku satu-satunya ini.

Setelah setengah jam dalam posisi menindih tubuhku tepat jam 6 pagi, aku meminta Andi agar turun dari tubuhku dan mengajaknya untuk mandi dan bersiap-siap di hari terakhir festival ini. Dia pun menuruti permintaanku lalu bangkit dari tubuhku dan duduk di tepi ranjang. Awalnya dia meminta untuk mandi bersama namun aku dengan tegas menolaknya karena tahu ujung-ujungnya dia akan kembali terangsang dan meminta untuk kembali menyetubuhiku padahal waktu sudah mepet.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu