1 November 2020
Penulis —  Antingmama

Mbak Citra dan Kebaya Mama

Cerita ini merupakan remake dari Mbak Citra dan Kebaya Mama dengan beberapa perubahan.

Perkenalkan namaku Tengku Alvin Sharafudin, berusia 21 tahun dengan tinggi badan 173 cm, berat 66 kg, kulit putih dan hidung mancung. saat ini aku mahasiswa di salah satu universitas negeri ternama di Depok. Aku adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Kedua orang tuaku berasal dari Sumatera Utara namun mereka berbeda daerah dan suku.

Papaku bernama Tengku Rizal Sharafudin berusia 50 tahun keturunan Melayu Deli-Arab tinggi badan 168 cm berat 72 kg berprofesi sebagai pengusaha kelapa sawit. Mamaku sendiri bernama Diana Nasution, berusia 45 tahun keturunan Batak Mandailing berwajah cantik dengan kulit putih mulus serta hidung mancung ditunjang dengan tinggi badan 165 cm, berat 67 kg dan ukuran payudara 36C.

Papa dan Mamaku hijrah ke Jakarta tak lama setelah mereka menikah di Medan. Awalnya Mamaku hanyalah seorang Ibu rumah tangga biasa, namun sudah 3 tahun ini Mama membuka butik pakaian wanita dibantu modal dari Papaku. walaupun mempunyai butik, Mama juga menerima pesanan secara online di media sosial.

Diana Nasution

Aku disuruh oleh Mama mengambil jahitan di rumah Tante Nita sahabat Mama. Besok sore mau Mama pakai untuk kondangan ke pesta pernikahan anak Oom Dodi. Mama mengecilkan bagian pinggang baju kebayanya. Sudah beberapa hari yang lalu Mama membawa baju kebayanya itu ke rumah Tante Nita.

Tapi waduhh.. aku malas mau ke rumah Tante Nita. “Mama aja deh yang ke sana..” kataku.

“Mama melahirkan kamu susah-susah sampe berteriak-teriak kesakitan, tapi suruh kamu ngambil baju Mama nggak sampai 15 menit aja, kamu nggak mau!” omel Mama.

Akhir-akhir ini Mama memang suka marah-marah dan lebih cerewet baik kepadaku maupun kedua adikku. Mama tidak pernah berpikir bagaimana 21 tahun yang lalu ia bikin aku dengan Papa. Aku yakin Mama hanya berteriak sakit satu kali, yaitu ketika kontol Papa menerobos memecahkan kegadisannya. Setelah itu, apa Mama masih sakit?

Daripada tambah Mama semakin naik darah, aku berjalan ke rumah Tante Nita. Di depan rumah Tante Nita tergantung beberapa kandang burung milik Oom Kardono, suami Tante Nita. Aku tidak tahu burung apa yang ada di kandang bagus-bagus beraneka warna tersebut. “Burung” sendiri aja jarang aku urus, kenapa pengen tau “burung” orang lain?

Yang membukakan pintu rumah untuk aku ternyata bukan Tante Nita, tapi Citra, putri tunggal Tante Nita yang sudah menikah. Aku kenal baik dengan Citra, tapi siang ini Citra yang sedang hamil itu membuat aku terkaget-kaget.

Pakaiannya kaos bertali kecil di pundak dan celana pendek. Bukan hanya leher, paha dan kakinya yang mulus kuning langsat yang membuat aku terpana, tapi perutnya yang buncit itu meluber keluar dari bagian bawah kaosnya hingga nampak pusernya. Ia tidak nampak canggung dengan aku.

“Lho kok kamu ada di sini, Ra?” tanyaku. Ia kakak kelas aku di SMA. Setelah menikah, ia tinggal di luar daerah ikut suaminya.

“Rencananya mau melahirkan di sini. Mumpung ada Mami yang ngurusin…” jawabnya tersenyum. “Tumben kemari? Ayo masuk…”

“Aku mau ngambil jahitan Mama..” jawabku ikut Citra masuk ke dalam rumah.

“Tuh.. di meja, cari aja sendiri. Aku nggak tau mana baju Mamamu, Mami nggak ada di rumah, ke rumah Oom, istrinya meninggal. Mungkin besok Mami baru pulang…”

“Aku juga nggak tau mana baju Mamaku. Kemarin Mamaku yang bawa kemari sendiri, katanya sih kebaya…”

“Kalo gitu, besok aja baru ngambil. Sekarang, duduk dulu. Mau minum apa kamu?”

“Nggak usah minum apa-apa, terima kasih, Ra. Mamaku mau pakai kebayanya besok.”

“Kamu duduk dulu, aku telepon Mami…” kata Citra masuk ke kamar.

Aku meletakkan pantatku duduk di sofa. Citra menelepon Maminya sementara aku duduk dengan gelisah membayangkan tetek Citra yang tidak pakai bra dan perut buncitnya yang meluber keluar dari kaos tank-topnya yang pendek. Setelah telepon, Citra mengambil sebuah bungkusan di meja. Ternyata baju kebaya Mamaku sudah disiapkan oleh Tante Nita.

“Jabang bayi di dalam perutku ini ingin berkenalan dengan kamu, Vin…” kata Citra memegang perutnya yang telanjang.

“Ah, kamu bisa aja, Ra…” kataku.

“Kalo nggak percaya, coba saja kamu pegang perutku ini..” balas Citra melangkah mendekati aku. Perut Citra yang buncit berhadapan dengan wajahku.

“Besar gitu sudah berapa bulan sih?”

“Mau 7, seksi ya?”

Pertanyaan Citra membuat aku tersentak, tapi aku menjawabnya dengan tenang. “Wahh.. sangat!” ujarku. “Aku nggak hanya mau memegang, tapi akan kucium perutmu ini. Jika anakmu laki-laki, nanti aku punya anak cewek, kita besanan, ya?”

Citra dan aku tertawa berbarengan. Kumajukan wajahku, lalu kucium perut Citra yang membusung di depanku. “Hmm… teruskan cium sampai ke bawah, Harr…” desah Citra, kemudian ia menurunkan celana pendeknya seperti memberiku sinyal supaya aku ‘menggarap’ tubuhnya.

Karena aku juga napsu sama dia, aku turuti permintaan Citra. Hidungku menjalar turun ke bawah. Tampak celana dalam pendek berwarna merah menggelantung di bawah perutnya. Tak segan-segan lagi kutarik turun celana dalam Citra hingga terlihat bulu kemaluan hitam menghiasi segitiga emasnya. Kucium bulu ikal kasar berujung runcing beraroma khas itu.

“Vinn…” desah Citra.

“Libidomu lagi tinggi, ya? Mau kucium semua tubuhmu?” tanyaku.

“Kamu yang memulai, kamu juga yang harus mengakhiri.” jawab Citra.

“Haa… haa…” kutarik Citra duduk di sampingku. “Seandainya aku tidak kemari…?” tanyaku.

“Kamu bukan anak Mama kan, kalau pergi kelamaan suka dicari?”

“Mamaku bukan anak kecil, ngapain kutunguin?” jawabku.

“Haa.. haa.. kita ngobrol dikamarku saja kalau gitu…” ajak Citra tertawa lepas.

Segera Citra bangun dari sofa melangkah ke pintu rumahnya yang terbuka. Kubangkit dari tempat dudukku mengikuti Citra yang sudah mengunci pintu rumah, masuk ke kamarnya. Sesaat kami duduk di tepi tempat tidur, kami langsung berciuman bibir tanpa berbasa-basi lagi.

Nanti kalau aku pulang ke rumah, aku juga akan mencium Mamaku sepuas-puasnya. Rupanya ocehan Mama membawa keberuntungan bagiku. Lumayan lama kami berciuman dengan posisi duduk. Terus tanganku mulai menjelajahi tubuh Citra dari lehernya aku usap terus sampai ke punggung dan pelan-pelan tanganku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos.

Uggh, montok banget. Memang wanita kalau lagi hamil, payudaranya padat dan montok sekali, mungkin sudah berisi ASI, tapi belum bisa dikeluarkan. Kemudian ciumanku mengarah ke telinganya. Aku menjilat pelan belakang telinganya.

“Shhhh… ooohh… Vinn… ssshtt…” desis Citra.

Terus kujilat lehernya, Citra tambah mendesis. Jariku ikut mengelus ‘niple’nya. Tubuh Citra melemah, kemudian kurebahkan Citra di tempat tidur. Citra pasrah saja kulepaskan kaos tank-top dan celana pendeknya. Citra yang hanya mengenakan celana dalam itu perutnya seksi sekali. Aku mencium perutnya sambil tanganku meremas payudaranya.

Sensasinya.. bro… waww…

Ketika mulutmu mulai mengulum ‘niple’nya, ‘niple’nya keras sekali, tanda Citra sudah terangsang. Tanganku turun meraba celana dalamnya dan mengusap celana dalam luarnya. Citra terengah-engah. Sambil mulutku masih mengenyot ‘niple’nya, tanganku menyusup masuk ke celana dalamnya, dan mencari klitorisnya.

“Ughh! Shhh.. ooggh! Uggh!” desahan Citra berubah menjadi jeritan kecil sewaktu tanganku aktif bergerak di daerah vaginanya.

Vagina Citra sudah basah sekali. Kemudian aku membuka celana dalamnya. Citra bertelanjang bulat di depan mataku bukan hanya khayalan. Hidungku bisa merasakan aroma vaginanya dan merasakan lendir yang meleleh keluar dari liang vaginanya itu rasanya gurih saat lidahku menjilat sambil tanganku mengelus perutnya yang hamil.

Terus aku memasukkan jari telunjukku ke dalam vaginanya. Jariku tidak berani dalam-dalam masuknya karena takut mengganggu kandungannya. Sembari lidahku menjilat klitorisnya telunjukku keluar-masuk vaginannya, perlahan banget temponya. Citra tambah terangsang. Kepalaku diremas-remas saking nikmatnya jilatanku yang dirasakannya.

“Vinn.. aku mau meledak..” bisiknya.

“Ledakkan aja, aku nggak nahan kok…” jawabku masih bisa mencandai Citra.

Kujilat lagi klitoris Citra yang sudah mekar menjadi keras. Tangan Citra dengan kuat menekan kepalaku. Jilatin terus kulakukan, aku sedot… aku telan semua cairan dari vaginanya saat tubuh Citra mengejang seperti mau menjelang ajal.

Citra orgasme, aku bangun melepaskan semua pakaianku. Kami berpelukan dengan telanjang seperti sepasang suami-istri sambil tanganku mengelus-elus perutnya yang seksi, dan Citra berbisik ke telingaku,: “Boleh nggak kucium ‘adik’mu?”

Ugh, aku langsung menelan ludah. Citra kemudian bangun memegang kontolku, terus lidahnya mulai menari-nari di ujung kontolku sembari tangannya mengocok-ngocok serta berputar-putar dari pangkal sampai leher kontolku, gila… enak abis, aku sampai mengerang kenikmatan.

Aku memegang kepala Citra dan bilang padanya jangan mainin adikku kelamaan,: “Aku tidak mau meledak di mulut kamu!” kataku.

Aku mengangkat kepalanya dan aku bikin tubuhnya terlentang. Terus kuposisikan badanku di antara kedua pahanya yang terbuka lalu mulai mengarahkan kontolku ke liang vaginanya. Seksi sekali badan Citra dilihat dari atas dengan perutnya yang membusung seksi. Aku pelan-pelan menusukkan kontolku. Rupanya liang vagina Citra masih padat.

Dengan sedikit usaha akhirnya kontolku berhasil memasuki vagina Citra. Kontolku masuk semuanya. Nikmat banget seperti ada yang gigit, mencengkram erat kontolku, sampai aku meringis saking nikmatnya.

“Jalannya masih sempit gini, suamimu jarang tengok calon anaknya ya, Ra?” tanyaku.

“Kamu tanyakan dia aja. Dia ngurus pekerjaannya saja dari pagi hingga tengah malam, makanya aku pulang ke sini…” jawab Citra dengan suara sewot.

Aku tidak mau banyak tanya soal rumah tangga Citra. Biarkan saja mereka berantem, aku nggak punya urusan. Pelan-pelan aku menggerakkan k nt lku yang keras itu keluar-masuk dengan tempo yang aku atur.

Vagina Citra terasa menjepit erat kontolku. Aku harus atur napas untuk menjaga supaya aku tidak buru-buru meledak. Disertai elusan, rabaan, dan ciuman dariku badan Citra mulai menegang dan tangannya tambah erat mencengkram lenganku tanda ia mau orgasme kembali.

Gerakanku percepat, tambah cepat! Dan aku juga mulai merasa sudah mau dekat ke ujung. Waktu merasa aku mau keluar, Citra tambah keras mencengkram aku. “Aahhhhhhh.. aku mau meledakk…!” erangku.

Lahar panas aku menyembur kencang di dalam vagina Citra. Rasanya aku melayang-layang. Tidak tahu lagi apa yang terjadi pada Citra, apakah ia ikut orgasme atau tidak. Setelah itu, aku tidak buru-buru mencabut kontolku. Kubiarkan kontolku melemas sendiri di dalam vagina Citra. Lalu kucium perutnya, kucium bibirnya dan kucium ketiaknya.

Oohh… kamu bikin aku gila sama kamu, Ra…” kataku terengah-engah.

Citra mengajak aku mandi bareng. Aku menyabun badannya dengan lembut, dan daerah yang paling lama aku sabuni adalah daerah perutnya. Aku usap lembut dengan gerakan memutar, turun-naik, Aku menikmati sensasinya.

Citra bertanya padaku,: “Kamu suka perut aku ya?”

“Iya, aku suka sama wanita hamil,” jawabku.

“Terus.. kalo aku sudah melahirkan, kamu sudah nggak suka sama aku, dong?”

Aku hanya senyum tak menjawab, lalu kucium bibirnya. Sekali lagi kami mengulangi cumbuan terlarang itu di kamar mandi.

Sesampai di rumah, aku sungguh beruntung Mama tidak bertanya padaku. Yang penting baju kebayanya yang akan dipergunakannya besok sore sudah berada di tangannya. Malamnya aku hanya setengah tidur, setengahnya aku pakai untuk membayangkan Citra. Kalau ia pengen jadi istriku, aku mau deh. Gila… nikmat banget vaginanya…

Keesokan siangnya, Mama menyuruh aku jangan kemana-mana. Mama mau meminta aku menemaninya kondangan, karena Papa sedang berada di Medan mengurus usaha sawitnya. Aku tidak bisa menghindar, kuturuti saja ajakan Mama.

Sorenya, selesai aku rapi-rapi, memakai kemeja batik lengan panjang dan celana panjang formal, bukan jins, aku menunggu Mama keluar dari kamar sambil duduk melihat adikku Zafran dengan seorang temannya main PS di depan televisi. Begitu Mama keluar dari kamar, sepasang mataku seolah-olah dibuatnya jadi kaku, tak bisa dikedipkan.

Luar biasa!

Citra lewat!

Mama yang memakai kebaya dari bahan brokat berwarna merah marun itu, payudaranya yang putih mulus hampir separuh terburai keluar dari bagian atas baju kebayanya. Pantatnya yang terbungkus kain ketat nampak nonggeng, sangat semok dan bergoyang ke kian kemari saat Mama berjalan memakai sandal hak tinggi.

Ufff… rasanya aku sampai susah mengatur napasku. Citra yang masih bertubuh segar saja tidak membuat aku sampai begitu, tetapi wanita berusia pertengahan 40 tahunan ini sungguh menggairahkan darah mudaku. Rasanya aku ingin memeluknya dan membuat cupang di payudaranya yang keluar dari bagian atas baju kebayanya itu.

“Bengong aja…” kata Mama.

“Mama seksi, sih… uff…”

“Nanti Mama tutup dengan selendang…” ujar Mama tersenyum dengan bibirnya yang tipis dipoles lipstik berwarna merah.

Rambutnya disasak tinggi. Entah berapa botol hairspray telah dihabiskannya. Tak lupa aksesoris sepasang anting-anting hoop bulat berwarna kuning emas menghiasi telinga Mama. Aku merasa tidak rugi menemaninya, karena Mama begitu cantiknya sore ini. Mama menjelma seperti seorang wanita berusia 30 tahunan, bukan lagi seorang wanita yang mau menopause dengan payudara yang sudah layu dan kendor.

Kami sampai dI tempat parkir mobil hampir jam 7 malam. Turun dari mobil, Mama mau menyelempangkan selendang ke bahunya, aku melarang Mama. “Nanti kamu malu,” kata Mama.

“Kenapa aku malu punya seorang Mama yang cantik dan seksi?” jawabku.

Mama menggandeng tangan kananku berjalan ke lobby. Di lobby, kami di sambut oleh 3 pasang suami-istri. Si suami memakai jas lengkap, sedangkan istri mereka memakai gaun pesta panjan dengan warna dan model yang seragam.

Mama menyuruh aku menyerahkan amplop merah dan menulis buku tamu, lalu kami diberi sovenir sebuah kipas. Setelah itu kami di arahkan ke sebuah lapangan terbuka. Luasnya mungkin ¾ lapangan sepak bola dan tamu undangan sudah banyak.

Aku melihat meja makanan bertebaran di setiap sudut lapangan. Tapi kami tidak boleh langsung mengambil makanan, karena acara belum dimulai. Mama bersalaman dengan orang-orang yang dikenalnya, aku ikut bersalaman, dan sampai-sampai ada yang bertanya pada Mama. “Ini suami?” Mungkin orang itu belum kenal dengan Papa.

Tapi aku bangga juga dibilang suami Mama. Mama mengajak aku berdiri di bawah sebatang pohon yang rindang. Disitu agak gelap, tapi bukan hanya di tempat kami berdiri saja, melainkan hampir seluruh lapangan gelap, kecuali pelaminan untuk kedua mempelai dan kedua orang tua mereka. Di situ terang benderang.

Mama tidak berdiri sendirian, tapi Mama menggandeng terus tanganku. Rasanya semakin rapat saja, lenganku bisa merasakan tonjolan payudaranya. Tapi kemudian aku dikejutkan oleh sepasang tamu yang usia mereka kira-kira seperti Mama dan berdiri pas di depan aku dan Mama.

Mereka berciuman bibir, saling melumat dan aku melihat tangan si pria sampai meremas payudara si wanita. Aku buru-buru menarik Mama menjauh dari kedua orang itu. “Tadi Mama liat gak?” tanyaku.

“Iya, kamu mau begitu juga?” tanya Mama. “Kasihan anak Mama. Cium nih bibir Mama.” kata Mama. Entah Mama bercanda atau beneran.

Meskipun Mama hanya bercanda, aku semakin bergairah dengan Mama. Aku tidak pernah ingat lagi permainan seks aku dengan Citra kemarin siang.

Kami sekitar 1 jam di tempat pesta. Di dalam mobil, setelah kuhidupkan mesin, aku memeluk pundak Mama. Mama dengan manjanya bersandar di bahuku. Aku mencium pipinya, lalu dengan berani aku berbisik ke telinganya. “Ma, anak Mama terangsang sama Mama!”

Mama tersenyum, lalu tangannya mengelus selangkanganku. “Hmm…” desahnya.

Aku kaget juga, tapi melihat sekeliling mobil kami sepi, tanpa banyak mikir lagi, langsung aku menunduk mengisap payudara yang keluar dari bagian atas baju kebaya Mama.

“Oohh… sayang, di sini nanti kelihatan orang, nanti di rumah saja!” bisik Mama dengan suara parau.

Aku membisu dengan Mama sepanjang perjalanan pulang. Sungguh aku nggak nyangka, Mama mau meladeni aku.

Kami sampai di rumah hampir jam setengah 10 malam. Mama menemani aku memasukkan mobil ke garasi, disamping mobil Papa tengah menganggur karena ditinggal ke Medan. Mama lalu membuka pintu rumah dengan kunci yang dibawanya. Lampu ruangan sudah digelapkan oleh adikku yang sudah tidur di kamarnya masing-masing.

Mama mengunci kembali pintu rumah. Aku melepaskan kemeja batikku. Hanya mengenakan singlet dan masih memakai celana panjang, aku masuk ke kamar Mama lalu menyalakan lampu menghempaskan tubuhku di ranjang. Setelah Mama menyimpan sandalnya di rak, Mama yang belum berganti pakaian langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu lalu tiduran di sampingku.

“Lumayan sih Ma” Jawabku pada Mama

“Mama makannya banyak banget, makanannya enak-enak. Gagal deh diet Mama. Hmm… sayangg…” Mama menyandarkan kepalanya di bahuku.

Mendengar ia mendesah hmmm… sayang, aku tidak mampu mengontrol diriku lagi. Aku segera menjulurkan tangan kiriku memeluk pundaknya, lalu menunduk mencium bibirnya yang sudah kehilangan lipstik. Mama sama sekali tidak menolak. Mama memejamkan matanya dan ia membuka mulutnya menjulurkan sedikit lidahnya, sementara tangannya mencoba menarik turun ritsleting celana panjangku.

Aku mengisap lidahnya, sementara tangan kananku membuka kancing baju kebayanya. Mama berhasil mengeluarkan kontolku yang tegang dari balik celana dalamku. Ia meremas dan mengocok kontolku pelan sambil bibirnya saling melumat dengan bibirku.

Kancing baju kebayanya aku lepaskan semua, lalu kunaikkan BH-nya. Tanganku lalu meremas payudara Mama yang menggelantung kendor itu. ‘Niple’nya yang kecil kupelintir pelan. Mulut Mama mengisap kuat lidahku sambil hidungnya mengeluarkan udara mendengus-dengus. Aku terus saja memelintir ‘niple’nya. Mama lalu menarik lepas bibirnya dari bibirku.

Napas Mama terengah-engah seperti ia barusan berlari ratusan kilometer. “Ooo… oooo… lepasin Vinn.. jangan diterusin… Mama nggak tahannn… Mama nggak tahan, Vinn… Mama nggak tahann…” desahnya.

Aku memeluk Mama erat-erat membiarkan ia orgasme. Aku malu juga telah membuat Mama orgasme. “Maaf ya, Ma.” bisikku.

Mama melepaskan dirinya dari pelukanku. Ia berdiri dan dengan kedua tangan menaikkan kainnya. Mama bukan memakai celana dalam, tapi memakai korset. Ia melepaskan korsetnya. Mama melipat korsetnya lalu ditaruh di sofa. Mama kemudian berkata padaku,: “Nggak usah dibuka semua…” lalu Mama melangkahkan kakinya naik ke pahaku.

Kontolku yang tegang dipegangnya, kemudian ia tekan ke lubang vaginanya. Setelah itu, pelan-pelan Mama menurunkan tubuhnya. Kontolku ikut pelan-pelan tenggelam ke dalam vagina Mama yang kering dan menjepit kontolku itu. Nikmat banget. Mama lalu menyodorkan ‘niple’nya ke bibirku.

Saat aku mengisap ‘niple’nya, Mama mengayunkan pantatnya maju-mundur memeras air maniku sambil kedua tangannya melingkar di leherku. “Ooo… sshhss… ooogghh…” desahnya pelan.

Terus terang, aku tidak bisa mengatur tempo permainan itu. Mama yang memegang kendali di atas. Ketika aku sudah merasa mau klimaks, pantat Mama semakin mengayun cepat dan semakin cepat.

“Oooohhh…” erangku menyemburkan spermaku sebanyak 10 kali ke dalam rahim Mama.

Mama juga merintih,: “Oooogghh…” dan pantatnya terus bergoyang maju-mundur sampai tubuhku lemas, kemudian Mama memeluk aku erat-erat.

Mama mendiamkan tubuhnya di atas pangkal pahaku beberapa saat, lalu ia bertanya padaku,:

“Sudah?”

“Ya Ma, thank you…” ucapku malu-malu.

Selesai bercinta, Mama pun melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat begitu juga denganku. Setelah sama-sama telanjang bulat, aku dan Mama pun tidur sambil berpelukan dalam posisi menyamping. saat sedang berpelukan mesra dengannya, aku pun mencoba membuka percakapan dengan Mama.

“Makasih ya Ma, udah mau ngelayanin aku malem ini. Aku puas banget sama Mama”. Pujik padanya.

“Sama-sama sayang, Mama juga puas sama kamu malem ini”. Balas Mamaku sambil mengelus-elus rambutku.

“Belakangan ini kok Mama suka marah-marah mulu, emangnya kenapa Ma?” Tanyaku pada Mama.

“Abisnya kamu sih pemales banget jadi cowok, kerjaannya kalo dirumah cuma makan, tidur, sama main PS”. Jawab Mama dengan nada marah yang dibuat-buat

“Perasaan dari dulu aku juga kayak gitu tapi kok Mama gak terlalu sering marah. Kalo emang ada masalah cerita aja Ma?” Tanyaku sambil membelai rambutnya.

Mendengar permintaanku, Mama pun terdiam sejenak. Ya sepertinya Mama memang ada masalah yang disembunyikan, entah dengan Papa atau orang lain. setelah agak lama terdiam, akhirnya Mama pun buka suara.

“Kamu tahu kan udah 3 tahun ini Mama buka butik buat usaha jualan baju perempuan”

“Iya aku tahu kok, emangnya ada apa sama butik Mama?” Tanyaku padanya.

“Butik Mama sih gak ada apa-apa, cuma kamu harus tahu, sebenarnya waktu Mama mulai usaha jualan baju 3 tahun lalu, Papa kamu itu udah hampir bangkrut gara-gara harga sawit turun”. Terang Mamaku.

“Terus Mama buka usaha butik itu buat ngeringanin Papa demi menuhin kebutuhan hidup kita?” Tanyaku pada Mama.

“Iya memang begitu sih sayang, tapi masalahnya tahun ini usaha Papa kayaknya makin parah deh, lebih parah dari tiga tahun lalu, makanya dia sering bolak-balik Medan-Jakarta buat ngurusin kebun sawitnya”. Terang Mamaku sedih.

“Terus kenapa gak dijual aja ma kebun sawitnya abis itu bikin usaha baru?” Tanyaku pada Mama.

“Masalahnya kebun sawit itu warisan dari almarhum Datuk (kakek) kamu, Papa diamanahin buat ngurusin kebun sawit itu pas Datuk udah mau meninggal, nah Datuk ngomong bahwa kebun sawit itu jangan dijual karena itu warisan keluarga”. Kata Mamaku. sambil berkaca-kaca.

“Berarti hampir tiga tahun ini, aku, Zafran, sama Arkan itu hidup dari hasil butik Mama karena usaha Papa lagi lesu?” Tanyaku pada Mama.

“Iya sayang, hampir tiga tahun ini uang Papa kamu lebih banyak abis buat bayar utang bank dan lain-lain makanya hasil yang dibawa ke rumah kurang. Untunglah usaha Mama lumayan laris, jadi kita gak perlu sampe jual rumah sama mobil segala”. terang Mamaku.

Mendengar itu aku jadi terharu dengan pengorbanan Mamaku. Kukira Mama selama ini buka usaha butik hanya sekedar untuk mengusir rasa bosannya selama dirumah. Tak disangka bahwa hampir tiga tahun ini sebenarnya Mama membantu Papa dengan sangat keras agar kami tidak sampai hidup sengasara. Aku pun memeluk Mama dengan erat dan mengusap air mata yang ada di pelupuk matanya.

“Ma. maaf kalo aku boleh nanya, Mama sama Papa masih rutin “gituan” gak sih?” Tanyaku pada Mama.

“kalo rutin sih masih Vin, cuma ya belakangan ini agak jarang soalnya Mama sama Papa sibuk urusin usaha masing-masing, apalagi Papa suka keluar kota jadi makin jarang deh ketemuannya”. Jawab Mamaku sambil membalas pelukanku.

“Pantesan tadi Mama nafsu banget, rupanya karena udah lama ya gak dapet jatah Papa?” Tanyaku padanya.

Mama pun hanya menjawabnya dengan senyuman.

Berpelukan erat dengan wanita secantik Mama, rupanya membuat nafsuku bangkit kembali. Melihat sepasang anting-anting hoop bulat emas masih tergantung indah di kedua telinga Mama entah kenapa membuat kontolku makin mengeras seperti batu. Aku pun mulai menciumi dan memainkan anting-anting yang dipakai Mamaku.

Karena sudah tidak tahan lagi aku pun segera membalikan tubuh Mamaku hingga sekarang aku berada diatas menindih tubuhnya. Kuciumi seluruh tubuhnya terutama payudaranya yang besar dan montok dan anting-anting cantiknya. Melihat tingkahku tersebut membuat Mama pun buka suara.

“Kamu kepengen lagi ya sayang?. Tanyanya padaku.

“Iya Ma, OHH OHH OHH”. Kataku sambil menggesek-gesekkan kontolku ke pahanya.

“Yaudah, cepetan gih, Mama juga udah siap”. Kata Mamaku sambil memejamkan matanya.

Aku pun memasukkan kontolku ke dalam memek Mama yang cukup sempit itu.

“BLESS SREETT BLESS SREETT BLESS”

“OHH Pelan-pelan sayang, punya kamu gede banget”. Rintih Mamaku.

“OHH OHH OHH OHH MAMA!!!!!!” Teriakku menahan nikmat darinya.

Kami pun kembali bercinta pada malam itu. Kusodok memek Mamaku dengan sangat kuat. Wajahnya sungguh cantik mempesona jika dilihat dari dekat.

“PLAK PLOK PLAK PLOK PLAK PLOK OHH OHH OHH Mama OHH OHH!”

“OHH Alvin pelan sayang OHH OHH OHH OHH!”

Setelah 15 menit dalam posisi misionaris, aku pun meminta Mama berganti dengan posisi doggie style.

“Ma, ganti posisi dong, sekarang Mama nungging ya”. Pintaku pada Mama.

“Iya sayang”. Kata Mamaku

Dalam posisi ini aku bisa melihat punggung Mama yang mulus dan pantatnya yang montok. Sambil menyodoknya dari belakang aku juga menjilati punggung dan meremas-remas pantatnya yang montok. Sekitar 10 menit kami bertahan dalam posisi itu.

Ketika merasa akan keluar. aku pun meminta Mama kembali ke posisi awal yaitu misionaris. Dalam posisi ini aku kembali bisa menghisap payudaranya dan menciumi anting-antingnya. Karena sudah akan mencapai klimaks aku pun menyodok Mamam dengan sangat kencang hingga membuat dia merintih-rintih keenakan.

“Mama, aku mau keluar OHH OHH OHH CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT!” Kusemprotkan spermaku sebanyak 7 kali ke dalam rahimnya tempat aku dikandung dulu.

“AHH AHH Kamu banyak banget keluarnya sayang OHH OHH OHH CREETT CREETT CREETT CREETT!” Teriak Mamaku yang juga telah mencapai orgasmenya.

Setelah mencapai klimaks, akhirnya tubuhku pun ambruk menimpa tubuh Mamaku. “Oh aku baru saja 2 kali bercinta menyemprotkan spermaku berkali-kali ke dalam rahim wanita cantik keturunan Batak ini” kataku dalam hati. Aku berusaha mengatur nafasku sambil menciumi leher dan anting-antingnya. Mama pun membalasnya dengan mengecup kening, pipi, dan bibirku.

“Gimana udah puas belum sayang”. Tanya Mamaku dengan senyum.

“Puas Ma, aku puas banget”. Kataku sambil menciumi lehernya yang putih mulus dan anting-antingnya.

“Kamu kok dari tadi pegang-pegang sama ciumin anting-anting Mama terus, kamu suka ya ngeliat Mama pake anting-anting?” Tanya Mamaku sambil tersenyum.

“Iya, Mama keliatan lebih cantik kalo pake anting-anting kayak gini OHH CUPP CUPP”. Kataku sambil mendesah dan menciumi anting-antingnya.

“Ihh, kamu kok ngomongnya sambil nafsu gitu,ngeres ya burungmu liat Mama pake anting-anting emas kayak gini”. Katanya sambil menjambak rambutku.

“Gak kok Ma, aku sama sekali gak ngeres ngeliat Mama pake anting-anting. Aku cuma suka aja”. Kataku sambil menciumi lehernya

“Bohong ah, nih buktinya titit kamu sampe denyut-denyut gini di lobang Mama”. Tegas Mamaku. Karena malu aku pun hanya bisa terdiam dan menunduk.

“Tuh bener kan dugaan Mama, udah kamu ngaku aja kalo emang titit kamu ngeres ngeliat Mama pake anting-anting kayak gini”.

“Ma… ma… maaf Ma”. Jawabku malu.

“Udah gak usah minta maaf sayang, Mama ngerti kok cowok seumuran kamu emang lagi “panas-panasnya” kalo ngeliat cewek cantik”. Kata Mamaku lembut sambil mengusap-usap rambutku. Aku pun menaruh kepalaku sambil tiduran diatas payudaranya yang montok.

Setelah menindih tubuhnya, rupanya nafsuku kembali bangkit lagi. Oh wanita berdarah Batak ini sungguh cantik dan menggairahkan. Aku meminta pada Mama untuk lanjut ronde ketiga.

“Ma, aku mau lagi nih. Mama masih kuat kan?” Tanyaku pada Mama.

“Ya Allah sayang, kamu masih mau nambah lagi? Mama udah ngantuk sayang”.

“Tapi kan tadi Mama makannya banyak banget, Mama pasti masih punya tenaga buat lanjut”

“Ya tapi tenaga Mama pasti kalah sama kamu yang masih muda”.

“Udahlah Ma, itung-itung buat bakar kalori malem hari supaya Mama tambah langsing hehehehe”

“Jadi maksud kamu Mama gendut gitu? Ih jahat ya kamu, udah dikasih “jatah malem” tapi masih aja bilang Mama gendut”. Ngambek Mamaku.

“Mama gak gendut kok, cuma Mama itu montok CUPP CUPP”. Kataku sambil mencium kening dan pipinya.

“Sama aja tahu”. Kata Mamaku ngambek.

Karena tidak tahan lagi, aku pun kembali memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Ketika aku mulai menyodoknya reaksi wajah Mama datar karena efek ngambek tadi. tapi lama kelamaan karena sodokanku makin kuat, mata Mama pun jadi ikut merem melek dan mulai mengimbangi goyanganku. kami pun menikmati permainan panas ronde ketiga ini dengan mesra.

15 menit kemudian, aku merasa spermaku akan keluar lagi. kupercepat sodokanku pada memek Mama. ketika sudah diujung tanduk. kumasukkan dalam-dalam kontolku sampai menyentuh mulut rahimnya dan:

“Ma, aku keluar lagi OHH OHH OHH OHH CROOTT CROOTT CROOTT CROOTT!” Keluarlah sisa-sisa sperma sebanyak 4 kali semprotan ke dalam rahimnya.

“AHH Mama juga sayang CREETT CREETT CREETT CREETT!” Erang Mamaku yang juga telah mencapai orgasmenya.

Selesai ronde ketiga ini, tubuhku langsung lemas dan ambruk menindih tubuh Mamaku. Rasanya spermaku benar-benar kukosongkan semua ke dalam rahim Mama malam ini. Walaupun lemas, aku merasakan kepuasan yang luar biasa malam ini

“Aduh, lemes banget Mama ngeyalanin kamu malem ini”. Kata Mamaku dengan wajah sayu.

“Tapi Mama puas kan?” Tanyaku padanya.

“Kalo itu sih jangan ditanya, Mama puuuaaassss banget malem ini”. Jawabnya lagi dengan wajah yang berubah jadi lebih ceria

“Ma, mulai sekarang Mama kalo lagi ada masalah ngomong aja sama aku, jangan malah dipendem sendiri terus jadi marah-marah gak karuan”. Pintaku padanya. Mendengar hal itu, mata Mamaku mulai berkaca-kaca.

“Iya sayang makasih ya udah ngertiin Mama. Kata Mamaku sambil meneteskan air mata. Melihat itu aku pun dengan sigap menghapus air matanya dan mencium pipinya dengan lembut.

“Ma, aku boleh minta satu hal gak?” Tanyaku pada Mama.

“Kamu emangnya mau minta apa sayang?” Tanya Mamaku kembali.

“Mulai sekarang Mama pake anting-anting ya setiap hari mau dirumah ataupun kalo lagi pergi biar keliatan tambah cantik kayak gini”. Pintaku sambil memegang sepasang anting-antingnya.

“Tapi kamu kalo Mama minta bantuin di butik harus mau ya, gak boleh males-malesan kayak dulu”. Kata Mamaku tegas.

“Iya Ma aku janji”

“Anting-anting Mama cuma ada 2 pasang Vin, yang Mama pake sekarang sama yang ada di laci. Besok kamu temenin Mama beli anting-anting baru ya”. Pintaku Mama dengan mata berbinar-binar.

“Sip Ma, besok aku juga lagi libur kuliah jadi bisa temenin Mama ke Mall buat beli anting-anting baru.

“Yaudah, kalo gitu kamu turun gih dari badan Mama soalnya badan kamu berat nih, Mama jadi gak bisa tidur”.

“Iya Ma”. Kataku mulai turun dari tubuhnya lalu tidur terlentang di sampingnya.

Ketika aku tiduran di sampingnya, kulihat cairan spermaku keluar berhamburan dari Memek Mama. Melihat spermaku yang keluar tanpa henti dari memeknya Mamaku pun mengambil tissue yang ada di samping ranjang lalu mengelap memeknya dari luapan spermaku. Setelah tidak ada lagi spermaku yang keluar. Mama pun menarik selimut menutupi kedua tubuh kami lalu tidur sambil memelukku dari samping.

Pagi harinya aku pun terbangun dan kudapati Mama sedang memakai handuk dengan rambutnya yang basah. Dia pun tersenyum melihat aku terbangun.

“Udah bangun kamu sayang”

“Hoam, Iya Ma”. Kataku sambil menguap dan mengulet-ulet wajahku.

“Udah jam berapa sekarang Ma?” Tanyaku pada Mama.

“Jam 8 sayang”.

“Terus Zafran sama Arkan mana? Mereka gak curiga kan aku tidur disini.

“Zafran sama Arkan udah berangkat sekolah tadi pagi. Oh ya tadi Mbok Nur pembantu kita hampir masuk ke kamar lho. Cuma tadi Mama bilang sama dia kalo kamu tadi malem gak enak badan makanya tidur sama Mama. Untung aja dia gak curiga.

“Hah syukurlah”.

“Kamu mandi gih sekarang, katanya mau temenin Mama jalan-jalan ke Mall sekalian beli anting-anting baru”.

“Iya ma, tapi aku lagi telanjang kayak gini malu kalo keliatan sama Mbok Nur”.

“Udah gak usah takut, nih handuk kamu udah Mama ambilin tadi. Kamu mandinya di kamar mandi disini aja biar cepet. Nanti baju sama celana kamu Mama yang ambilin di kamar kamu”. Kata Mamaku sambil memberikan handuk padaku. Memang kamar Mama dan Papa ini dilengkapi dengan kamar mandi dalam jadi aku bisa langsung mandi dengan cepat.

Setelah selesai mandi kulihat Mama sedang berdandan memakai make up di depan meja riasnya. Kulihat baju T-SHIRTS warna putih, celana jeans warna biru, serta celana dalam warna hitam. Aku pun langsung mengeringkan badanku dengan handuk lalu memakai semua pakaianku. Setelah selesai berpakaian, kulihat Mamaku sudah selesai Make Up dengan memakai baju warna coklat dan celana jeans putih dipadu dengan anting-anting yang Mama kenakan semalam waktu pesta.

“Mama cantik banget”. Pujiku pada Mama.

“Yuk berangkat nanti keburu siang”. Ajak Mamaku lembut.

Pagi itu di hari Senin, setelah sarapan pagi aku dan Mama pun pergi menggunakan mobil menuju Mall yang diinginkan. Sampai disana sekitar jam 10 terlihat sudah banyak toko dan kios yang mulai buka. Mama dan aku pun langsung keliling mencari baju dan aksesoris yang diincar. Setelah berkeliling kesana kemari tepat jam 1 siang kami pun menyelesaikan acara belanja ini.

Contoh anting-anting yang dibeli Mama

Setelah menyelesaikan acara belanja, kami pun makan di salah satu restoran fast food yang ada di Mall tersebut. Saat makan aku pun bertanya pada Mamaku.

“Mama belanjanya banyak amat hari ini”

“Ya kan sekalian soalnya baju Mama juga udah banyak yang gak muat udah gitu kamu minta Mama pake anting-anting setiap hari ya mending sekalian dibeli semua”. Kata Mamaku.

“Oh gitu”.

“Eh tapi kamu suka kan baju yang Mama beliin tadi?”

“Suka kok Ma”.

“Yaudah kalo gitu cepet abisin makannya abis itu kita pulang ke rumah”.

“Gak ke butik Ma hari ini?”

“Gak usah, kan udah ada yang jagain. Mama ke butiknya besok aja”.

Setelah menyelesaikan makan siang tepat jam 2 siang akhirnya kami meninggalkan Mall menuju rumah. Sepanjang perjalanan kulihat Mama terlihat ceria sekali hari ini ditemani belanja anak lelakinya yang paling tua yaitu aku. Tidak terlihat raut wajah penuh emosi seperti beberapa hari lalu. Sepanjang jalan kami asyik bercanda dan bercengkrama satu sama lain.

Tak lama kemudian tepat jam 3 sore akhirnya kami sampai juga dirumah. Saat tiba di rumah kulihat kedua adikku sedang tidak ada entah belum pulang sekolah atau sedang bermain keluar. Aku dan Mama pun langsung masuk ke kamar dan kami langsung mencoba pakaian yang kami beli tadi. Sore itu Mama mencoba semua pakaian dan anting-anting yang dia beli tadi.

“Ma, aku kepengen”.

“Aduh kamu ini sore-sore gini malah nafsu sama Mama”.

“Abisnya ngeliat Mama pake baju seksi sama anting-anting cantik kayak gini bikin aku jadi gak tahan”. Rengekku pada Mama.

“Nanti ketahuan sama adik-adikmu”.

“Mereka lagi pergi Ma, udah sekarang aja keburu Papa, Zafran, sama Arkan pulang”.

“Yaudah deh, tapi cepetan ya mainnya”.

Tak lama aku dan Mama pun melepaskan pakaian kami hingga telanjang bulat. Aku pun langsung menelentangkan Mamaku lalu mulai mencumbunya. Kuciumi seluruh tubuhnya termasuk memeknya yang juga kujilati agar Mama terangsang.

Setelah beberapa menit mencumbu karena tidak tahan akhirnya kumasukkan kontolku ke dalam memeknya “BLESS SREET BLESS SREET BLESS SREET!”

“Alvin, jangan berisik sama terlalu kenceng ya nyodoknya, takutnya nanti ketahuan sama Papa dan adik kamu”.

“Iya Ma, aku ngerti”.

Sepanjang persetubuhan kami melakukannya dengan hati-hati dan tidak seheboh semalam. Namun walaupun begitu, ada sensasi tersendiri kalau melakukannya dengan kondisi takut ketahuan seperti ini membuatku tambah semangat untuk menggarap tubuh Mamaku.

20 menit kemudian, karena sudah tidak tahan, aku pun mulai mempercepat sodokanku pada memek Mama. aku pun mulai menyemprotkan spermaku.

“Ohh Mama aku keluar CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT”. Kusemprotkan spermaku sebanyak 6 kali ke dalam memeknya

“Ahh Mama juga keluar sayang CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Mama pun juga telah menjemput orgasmenya. Karena kelelahan aku pun ambruk menindih tubuh Mamaku.

“Ma, aku puas banget”.

“Huh, kamu nih nafsu gak kenal waktu sama tempat”.

“Abisnya aku gak tahan liat Mama kayak gini”. Kataku sambil memeluk tubuhnya erat-erat.

“Yaudah kalo gitu sekarang kamu beres-beres gih, Mama juga mau mandi sekarang”. Perintah Mama padaku.

Setelah berpakaian lengkap aku pun keluar dari kamar Mama. Kulihat kedua adikku dan Papa masih belum pulang. Aku bersyukur bahwa mereka tidak mengetahui apa yang terjadi antara aku dan Mama. Aku pun lalu mengambil handuk dan mandi di kamar mandi luar.

Setelah selesai mandi, kulihat Papa dan kedua adikku sudah ada dirumah. Aku pun menyapa Papa menanyakan kapan berangkat dari Medan.

“Papa, tadi pesawatnya berangkat jam berapa dari Medan?”

“Tadi jam 12 berangkat dari Kualanamu terus nyampe Cengkareng jam setengah 3 sore”.

“Dari Bandara ke rumah macet gak Pa?”

“Wah lumayan macetnya untung aja bisa cepet nyampe rumah, yaudah Papa mandi dulu ya, keringetan banget badan Papa baru nyampe tadi”

“Iya”. Jawabku pendek.

Malam harinya kami sekeluarga makan bersama seperti biasa. Tidak ada yang berubah hanya saja memang segi penampilan Mama keliatan lebih cantik dari sebelumnya. Ya malam ini Mama memakai riasan tipis di wajahnya dan mengenakan anting-anting yang baru saja dibeli tadi di Mall.

Setelah selesai makan malam aku menghabiskan waktu untuk mengerjakan tugas kuliah sedangkan adik-adikku menonton TV di ruang keluarga. Tepat jam 10 malam aku pun tertidur karena kelelahan.

Sekitar jam 2 malam, aku pun terbangun. Karena kebelet pipis dan juga haus aku turun ke lantai bawah untuk kencing dan mengambil minuman. Setelah kencing dan minum dan minum aku pun berinisiatif untuk kembali ke kamar. Namun saat melewati kamar Mama dan Papa aku mendengar suara desahan dan rintihan.

Ya kulihat Papa dan Mama sedang menjalani “ritual” suami-istri yaitu bersetubuh. Terlihat Papa sedang menindih tubuh Mama sambil menyodoknya dengan cukup kuat. Terlihat Mama memejamkan mata menikmati sodokan kontol Papa. Melihat mereka sedang bercinta otomatis membuat kontolku mengeras. 10 menit kemudian terlihat Papa memasukkan dalam-dalam kontolnya ke dalam memek Mama dan menyemprotkan spermanya ke dalam rahim Mama.

Entah kenapa nafsuku bangkit melihat Mama yang tidak puas dengan permainan seks Papa. Tak lama kemudian, mungkin karena haus dan ingin mengambil minum, Mama pun bangkit dari ranjangnya sambil merapikan kimono tidurnya lalu membuka pintu kamarnya. Saat membuka pintu kamar dia seketika kaget melihatku ada di depan pintu kamarnya.

“Alvin, ngapain kamu disini? Tadi ngintip Papa sama Mama gituan ya?” Tanya Mamaku dengan tatapan tajam.

“Maaf Ma, soalnya tadi aku kebelet pipis sama haus makanya aku turun ke bawah. Pas udah selesai pipis sama minum aku denger suara Papa sama Mama desah-desah dari dalam kamar. Karena penasaran aku ngintip eh tau Mama sama Papa lagi “ritual” malem hehehehe”. Kataku sambil tertawa kecil.

“Kamu nih nakal banget ya malem-malem ngintipin Papa sama Mama gituan”. Kata Mamaku agak marah.

“Ya abisnya tadi suara kenceng sih makanya aku bisa denger. Oh ya Mama mau ngapain keluar kamar malem-malem gini?”

“Ini Mama mau ambil minum sama bersih-bersih dikit di kamar mandi”. Katanya sambil berjalan ke arah kamar mandi dan dapur meninggalkanku.

“Oh yaudah”. Jawabku pendek.

Karena sudah kadung bernafsu aku pun mengikuti Mama dan menungguinya di ruang makan. Setelah keluar kamar mandi dia pun langsung mengambil gelas dan meminum air yang ada di dispenser. Setelah minum saat melewati ruang makan dia pun bertanya padaku.

“Lho kirain udah balik ke kamar, kok kamu masih disini”. Tanya Mama padaku.

“Ma, aku kepengen nih”. Kataku sambil mendekati dan memeluknya pelan.

“Aduh nanti kalo ketahuan Papa sama adik-adik kamu bahaya”.

“Udah tenang aja Ma, mereka juga udah pada tidur, lagian aku tau kok Mama tadi gak puas main sama Papa”. Kataku merayunya. Mendengar rayuanku membuat Mamaku berpikir sejenak. Setelah berpikir sebentar Mama pun bicara padaku.

“Yaudah tapi mainnya di kamar kamu aja ya, biar aman”. Jawab Mamaku.

“Ma, nanti pas main Mama dandan dikit dulu ya terus anting-anting yang dibeli tadi siang dipake juga, soalnya aku lebih bergairah kalo ngentotin Mama sambil dandan terus pake anting-anting”. Kataku merayu sambil memeluknya erat-erat.

“Ih kamu nih dasar maniak, udah gitu ngomongnya pake ngentot-ngentot segala”. Kata Mama sambil mencubit hidungku.

“Abisnya aku udah gak tahan sama Mama”.

“Yaudah kamu duluan gih ke kamarnya, Mama mau dandan dulu sebentar terus nanti Mama nyusul”.

“Jangan lama-lama ya Ma”.

“Gak kok, palingan 10 menitan aja”.

“Ok, aku tunggu di kamar ya”.

Aku pun meninggalkan Mama lalu menuju kamarku. Oh aku sudah tidak sabar akan “bertempur habis-habisan” dengan Mamaku yang cantik dan mempesona ini. Selama menunggu aku pun sudah melepaskan pakaianku hingga telanjang bulat. Kontolku yang putih bersih berukuran 18 cm kukocok-kocok pelan.

Setelah menunggu 10 menit akhirnya Mamaku masuk kamar juga. Benar saja kali ini dia masuk dengan riasan make up tipis wajahnya dan juga anting-anting yang dibeli di Mall tadi. Melihat aku yang sudah telanjang bulat Mamaku pun hanya tersenyum.

“Udah gak sabar ya anak Mama? Hihihihi”. Katanya sambil tertawa kecil.

Karena sudah tidak tahan, aku pun langsung mendekatinya dan melepaskan kimono tidur yang dia kenakan hingga telanjang bulat. Aku pun langsung menarik tangannya lalu mendorongnya hingga terlentang di atas ranjang.

Aku pun langsung naik ke atas ranjang lalu mencumbuinya dengan ganas. Kuciumi seluruh tubuhnya dan Mama juga meremas-remas kontolku dengan kuat. Kami pun melakukan posisi 69 dimana aku menjilati memek Mamaku sementara Mama menjilat dan menghisap-hisap kontolku.

Sekitar 10 menit dalam posisi 69 kami pun melanjutkan ke permainan utama. Kulihat Mama memejamkan mata ketika kontolku mulai memasuki memeknya “BLESS SREET BLESS SREET BLESS SREET BLESS” masuklah kontolku ke dalam memeknya.

“Ohh Ohh gede banget punya kamu sayang, mentok banget rasanya”.

“Ohh Ohh punya Mama juga sempit banget Ohh Ohh”.

Aku pun menggauli Mamaku dengan rakus. Aku benar-benar bernafsu malam ini. Ingin kubuktikan pada Mama bahwa aku jauh lebih perkasa dari Papa yang loyo dan tidak bisa memuaskan hasrat seksual Mama. Kusodok Mamaku dengan kuat hingga membuatnya merintih-rintih keenakan.

“Ohh Mamaku yang cantik pake anting-anting Ohh Ohh Ohh!”

“Ahh Ahh pelan sayang Ahh Ahh!”

Aku dan Mama pun melakukannya dengan berbagai gaya. Kadang doggie style, kadang memangku, kadang miring menyamping semua kami lakukan dengan penuh gairah.

Ketika akan klimaks, aku dan Mama pun kembali dalam posisi misionaris. Aku menyodok-nyodokkan kontolku semakin kencang dan semakin dalam hingga kepala kontolku menyentuh benda kenyal nan nikmat di ujung memeknya. “Oh ini kan rahim Mama tempat aku dan adik-adikku dikandung dulu” kataku dalam hati. Ohh aku jadi semakin bergairah untuk menuntaskan permainan ini secepatnya.

“Mama, aku mau keluar terima ini Ohh Ohh Ohh CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT Aaaarrrrggghhhh!!!” Lenguhku sambil menyemprotkan spermaku 7 kali ke dalam rahim Mama.

“Ahh Ahh Mama juga keluar sayang Ahh Ahh CREETT CREETT CREETT CREETT CREETT!” Rintihnya yang juga telah mencapai klimaks. Setelah itu aku pun ambruk menindih tubuh montok Mamaku.

Aku pun mengatur nafasku sejenak lalu kuciumi lehernya yang putih mulus dan anting-antingnya yang cantik. Setelah itu aku juga menciumi kening, pipi, dan bibir indahnya. Setelah itu aku pun membuka percakapan dengannya.

“Gimana Ma, lebih puas mana sama Papa atau sama aku?”

“Ya jelas sama kamu dong sayang, kamu masih muda kuat lagi”. Katanya sambil memelukku erat-erat.

Kami pun menghabiskan waktu untuk saling bercengkrama dan bercanda satu sama lain. Terlihat wajah Mama yang begitu ceria berbeda dengan beberapa hari sebelumnya dimana Mama selalu terlihat cemberut dan gampang emosi.

Tak lama kemudian, nafsu seksualku pun kembali bangkit, aku pun mengutarakan hal tersebut pada Mama.

“Ma, sekali lagi yuk”. Ajakku padanya.

“Ya ampun kamu masih mau lagi sayang?” Tanya Mama sambil mengusap kepalaku.

“Iya Ma, ayo ini yang terakhir kok”.

“Yaudah tapi cepetan ya, soalnya besok kamu kan kuliah nanti kesiangan lho”.

Aku pun tak menjawab dan langsung mencumbu Mamaku dengan ganas. Ya kuciumi seluruh tubuhnya dari wajah hingga ke memek dan pahanya. Mamaku membalasnya dengan mengocok-ngocok kontolku hingga tegang maksimal.

Saat memeknya sudah cukup becek. Aku memasukkan kontolku yang besar putih dan panjang ini ke dalam memeknya “BLESS SREET BLESS SREET BLESS SREET” masuklah kontolku ke tempat aku dikandung dulu.

Aku pun mulai menyodoknya dengan kecepatan sedang. Kulihat Mamaku hanya memejamkan mata menikmati sodokanku dalam posisi misionaris ini.

“Plak Plak Plok Plak Plok Plak Plok”. Begitulah bunyi sodokan kontolku pada memeknya.

“Hashh Hashh pelan sayang, punya kamu gede banget Hashh Hashh!” Desah Mamaku menahan nikmat.

Ronde terakhir ini berlangsung hampir 20 menit. Aku dan Mama menikmati permainan ini walaupun tenaga kami sudah hampir habis. Saat akan keluar kupercepat sodokan kontolku hingga membuatnya menjerit-jerit. Kumasukkan kontolku dalam-dalam hingga menyundul mulut rahimnya dan:

“OHH Mamaku yang cantik pake anting-anting aku keluar Ma OHH OHH CROOT CROOT CROOT CROOT CUPP CUPP CUPP!” Kusemprotkan spermaku sebanyak 4 kali ke dalam rahimnya sambil menciumi anting-antingnya yang cantik.

“Ahh sayang CREETT CREETT CREETT CREETT”. Mamaku pun juga teriak karena mencapai puncaknya.

Karena kelelahan tubuhku pun ambruk menindih tubuh Mamaku. Kulihat Mama juga sangat kelelahan karena habis melayani aku dan Papa bermain seks malam ini.

“Ahh Mama aku puas banget CUPP CUPP CUPP”.

“Mama capek banget nih sayang, emangnya kamu makan apa sih kok bisa kuat banget gituin Mama”.

“Kan aku suka fitness di gym deket kampus terus juga abis fitness aku suka makan telor setengah Mateng makanya jadi kuat hehehehe”.

“Pantesan kamu kuat banget, Mama sampe lemes kayak gini. Kalo gitu, Mama ikut aerobik ah, biar bisa ngimbangin kamu”.

“Kebetulan di tempat aku fitness ada kelas Zumba khusus buat cewek Ma. Nanti aku daftarin Mama buat ikut senang Zumba disitu”.

“Makasih ya udah perhatian sama Mama CUPP”. Katanya sambil mencium kening dan mengusap-usap kepalaku.

“Ma, hhhmmm… Mama itu Boru Batak tercantik yang pernah ada di hidup aku”. Kataku malu-malu lalu memeluknya erat-erat.

“Emangnya di kampus kamu gak ada Boru Batak yang cantik?” Tanyanya sambil tersenyum manis karena mendengar pujianku.

“Kalaupun ada mereka gak secantik Mama”. Pujiku lagi yang membuat senyumnya jadi semakin manis.

“Yaudah nanti kamu kalo cari istri, carinya yang Boru Batak juga ya kayak Mama”. Kata Mama sambil mengusap kepalaku.

“Iya Ma”. Jawabku pendek.

“Yaudah Mama balik ke kamar ya, kamu juga cepet tidur kan besok kuliah”. Katanya sambil mendorong tubuhku lalu dia berdiri mengambil kimono tidurnya yang tergeletak di lantai dan memakainya kembali. Aku pun juga memakai baju dan celanaku kembali seperti semula.

“Ma, peluk dong sebelum pergi”. Pintaku padanya.

“Sini peluk Mama sayang”. Aku pun langsung memeluknya erat-erat lalu menciumi wajahnya dan memegangi anting-antingnya yang cantik. Sekitar 5 menit kami bermesraan di pinggir pintu kamarku.

“Udah ya sayang Mama mau balik dulu kamar”.

“Ok Ma”.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu