1 November 2020
Penulis —  Antingmama

Mbak Citra dan Kebaya Mama

POV Diana Nasution

Perkenalkan namaku Diana Nasution. Aku adalah seorang wanita keturunan Batak Mandailing sekaligus istri dan Ibu dari tiga orang anak lelaki yang beranjak dewasa yaitu Alvin 21 tahun, Zafran 17 tahun, dan Arkan 13 tahun. Usiaku saat ini 45 tahun dengan wajah cantik, kulit putih mulus serta postur tinggi 165 cm berat 67 kg dan ukuran payudara 36C.

Awalnya pekerjaanku hanyalah Ibu rumah tangga biasa. Namun sejak 3 tahun belakangan ini usaha suamiku sedang menurun drastis akibat dari jatuhnya harga kelapa sawit. Hal itu menyebabkan kami harus menjual banyak aset kami di Medan sementara kami mempunyai tiga orang anak lelaki yang masih sekolah. Untuk menyelamatkan keluarga dari kebangkrutan berbekal modal dari suamiku Rizal, aku pun membuka usaha butik pakaian wanita dan menerima pesanan secara online.

Belakangan ini hubunganku dengan suamiku agak renggang. Ya selain sibuk dengan usaha masing-masing, aku menangkap ada rasa “minder” dari Bang Rizal melihat kesuksesanku berbisnis pakaian wanita. Padahal sebagai seorang istri aku tidak pernah mempermasalahkan materi, selama kami bisa hidup berkecukupan bagiku itu sudah baik bagi kami.

Kesibukan Bang Rizal mengurusi bisnisnya berdampak pada performa seksnya diatas ranjang. Aku tidak tahu apakah ini karena kelelahan atau karena dia “minder” denganku yang jelas performanya kurang memuaskan untuk wanita yang masih membutuhkan seks sepertiku. Ya kuakui di usiaku yang pertengahan 40an ini nafsu seksku masih cukup berkobar-kobar berbeda dengan Bang Rizal yang sudah masuk kepala lima dimana nafsunya sudah lumayan menurun.

Karena itulah belakangan ini aku suka uring-uringan dan sering marah-marah karena hal kecil. Parahnya seringkali ketiga anakkulah yang jadi sasaran kemarahanku. Apalagi aku tahu bahwa mereka semua adalah anak laki-laki jadi biasa agak malas jika harus berurusan dengan kebersihan rumah. Jika saja aku memiliki seorang saja anak perempuan, mungkin aku akan punya teman curhat untuk menumpahkan keluh kesahku.

Hari Sabtu ini aku ingat bahwa aku harus mengambil baju kebaya yang kutitipkan di rumah sahabatku Nita yang juga seorang penjahit untuk dipermak bagian pinggangnya. Karena sedang kecapean, aku pun menyuruh anak tertuaku Alvin untuk mengambilkan baju kebayaku karena besok rekan bisnis suamiku Dodi akan menikahkan anak perempuannya yang sulung.

Saat menyuruh Alvin untuk pergi, awalnya seperti biasa dia terlihat malas-malasan dan menolak perintahku. Mendengar itu sontak emosiku pun naik dan memarahinya. Karena tidak ingin berdebat terlalu panjang akhirnya dia pun menuruti perintahku dan pergi ke rumah Nita.

Selama menunggunya aku merenung di kamar sambil menangis. Aku merasa malang sekali nasibku ini. Sudah punya suami yang bisnisnya hampir bangkrut, performa seksnya pun payah di ranjang. Punya 3 anak lelaki pun seakan mereka tidak ada yang peduli denganku dan sibuk dengan urusannya sendiri. Hah dosa apa aku ini Ya Allah.

Aku pun menunggu kebayaku lumayan lama. Entah apa yang dilakukan Alvin sampai mengambil kebaya di rumah Nita yang jaraknya tak jauh dari rumahku saja lamanya hampir 3 jam. Mungkin saja dia bermain atau nongkrong dulu di rumah temannya jadinya sampai sekarang dia belum pulang. Tak lama kemudian Alvin pun pulang membawakan kebayaku dengan wajah berseri-seri.

Keesokan harinya tepat di hari Minggu. Aku pun meminta Alvin untuk menemaniku kondangan karena suamiku masih berada di Medan mengurus bisnisnya. Dia pun mengiyakan permintaanku dan bersedia menemaniku pergi kondangan malam ini.

Aku pun berdandan maksimal untuk malam ini karena banyak pejabat pemerintah dan rekan bisnis suamiku yang akan datang. Aku pun memakai make up yang agak tebal dan hair spray yang lumayan banyak untuk mensasak rambutku. Aku juga memakai anting-anting hoop bulat emas untuk menambah kecantikanku. Ya setelah selesai berdandan aku pun keluar kamar untuk mengajak Alvin pergi ke acara pesta.

Saat keluar kamar kulihat Alvin melongo melihat penampilanku. Ya dia begitu terpesona sampai-sampai bengong melihat Mamanya tampil begitu cantik malam ini. Aku pun senang rupanya penampilanku masih bisa menarik perhatian anak muda seperti Alvin. Karena takut telat aku pun langsung mengajaknya pergi ke tempat pesta meninggalkan Zafran dan Arkan yang sibuk bermain game di rumah.

Sepanjang perjalanan menuju ke tempat pesta selama di dalam mobil kulihat Alvin sering mencuri-curi pandang ke arah belahan dadaku. Ya kuakui kebaya yang kupakai ini cukup ketat dan berbelahan dada cukup rendah sehingga membuatku tampak semakin seksi. Aku pun berencana menutupnya dengan selendang saat akan tiba di tempat pesta nanti.

Saat tiba di tempat pesta, karena tak ingin risih dengan pandangan orang-orang nanti, aku berusaha menutupi belahan dadaku dengan selendang. Ketika aku akan menutupi dadaku dengan selendang Alvin pun menolaknya. Dia bilang untuk apa malu memiliki Mama yang cantik dan seksi sepertiku. Aku pun tersenyum mendengar kata-katanya dan langsung menggandeng tangannya menuju tempat pesta.

Di tempat pesta suasana cukup ramai, aku pun banyak menemui relasi bisnis suamiku dan juga pejabat pemerintah yang aku kenal. Saat akan memperkenalkan Alvin, banyak yang mengira dia adalah suamiku. Aku pun tertawa namun juga senang, karena dengan begitu aku dianggap masih pantas bersanding dengan Alvin anakku yang masih muda ini.

Saat acara berlangsung aku pun selalu menggandeng tangan Alvin kemana pun aku pergi. Ya aku senang bisa ditemani oleh anakku yang tampan dan gagah ini. Wajah Alvin mengingatkanku pada almarhum Ayahku atau biasa dipanggil Oppung Doli oleh cucu-cucunya. Ya mereka berdua sangat mirip bagai pinang dibelah dua.

Saat sedang asyik berputar-putar di area pesta, kondisi lampu yang sengaja dibuat remang-remang di bawah pohon hias yang rindang, tanpa sengaja kulihat ada wanita seumuranku yang sedang berciuman mesra dengan seorang lelaki. Alvin yang sedang menggandeng tanganku langsung menghindarinya dan bertanya apakah aku melihat orang yang sedang berciuman tadi.

Karena makanan di acara pesta lumayan enak, aku pun jadi lupa diri disitu. Aku makan banyak sekali malam itu. Sebenarnya belakangan ini aku sudah berusaha diet karena melihat postur tubuhku yang kurasa agak

“over weight” dengan tinggi 165 cm dan berat 67 kg sekalipun ukuran payudaraku 36C namun aku merasa tubuhku masih terlihat gemuk. Namun makanan malam ini membuatku lupa dengan dietku.

Setelah acara selesai kami berdua pun memutuskan untuk pulang. Saat berada di dalam mobil, aku pun menyenderkan kepalaku pada bahunya dengan manja. Dia pun membalasnya dengan mencium pipiku lalu menghisap-hisap payudaraku yang keluar dari atas baju kebayaku. Aku pun mengingatkannya untuk tidak berbuat lebih jauh karena ini adalah tempat parkir yang bisa saja ketahuan.

Singkat cerita kami pun sampai dirumah. Kulihat keadaan rumah sudah sangat gelap karena kedua anakku yang lain yaitu Zafran dan Arkan beserta Mbok Nur sudah tidur. Alvin pun langsung masuk ke kamarku sementara aku menaruh sepatuku di rak baru menuju kamar.

Saat tiba di kamar, aku pun langsung mengunci pintu dan kulihat Alvin sedang rebahan di ranjangku dalam keadaan hanya menyisakan kaos singlet dan celana panjang. Aku pun ikut rebahan di sampingnya sambil menyenderkan kepalaku di bahunya.

Aku pun menanyakan padanya apakah dia makan banyak tadi. Dia hanya menjawab lumayan. Aku pun menjawab dengan manja bahwa aku terlalu banyak sehingga gagal diet malam ini. Mendengar desahan manjaku rupanya membuat Alvin tidak tahan. Dia pun langsung menciumiku dan membuka kebayaku sambil menaikkan BH-ku.

Singkat cerita setelah saling bercumbu sebentar, karena sudah sama-sama tidak tahan aku pun langsung naik ke atas tubuhnya dan memasukkan kontolnya yang berukuran jumbo itu ke dalam memekku. Aku pun menggenjotnya dengan cepat. Ya karena sudah beberapa hari ini tidak mendapat jatah dari suami membuatku sangat bernafsu.

Tak lama kemudian kurasakan Alvin menyemprotkan spermanya dengan cukup banyak ke dalam rahimku. Aku yang juga sudah tidak tahan mempercepat goyanganku pada kontolnya. Tak lama kemudian aku pun klimaks dan memeluknya erat-erat.

Setelah klimaks aku pun melepaskan kontolnya dari memekku. Setelah itu semua pakaianku aku lepas hingga telanjang bulat lalu tidur menyamping menghadap Alvin. Aku dan Alvin pun menghabiskan waktu sambil berciuman dan mengobrol ringan.

Alvin pun menanyakan tentang perangai ku belakangan ini yang dia nilai jadi lebih emosian dan suka marah-marah. Awalnya aku hanya berkelit dan bilang aku marah karena sikapnya yang pemalas. Namun karena dia terus mendesak akhirnya aku pun menceritakan tentang kondisi keuangan keluarga kami sambil berlinang air mata.

Tak lama kemudian dia pun menagih ronde kedua. Kami melakukannya dengan berbagai gaya seperti misionaris,

_doggie style, _ menyamping dll. Selama 30 menit kami bercinta di ronde kedua ini sampai akhirnya Alvin kembali memuntahkan sperma kentalnya ke dalam rahimku dan karena kelelahan tubuhnya pun ambruk menimpa tubuhku.

Selama dia menyetubuhiku, Alvin seringkali mencium dan memegang anting-antingku yang masih terpasang di telingaku. Aku pun menanyakan perilakunya ini. Dia hanya menjawab bahwa aku terlihat lebih cantik jika memakai anting-anting. Aku tak lantas percaya begitu saja. Karena dari tatapan mata dan denyutan kontolnya di memekku aku merasakan ada hal lain.

ngeres jika melihatku memakai anting-anting. “Dasar anak aneh hihihi” kataku dalam hati. Namun aku memaklumi tingkahnya ini karena pemuda seumuran dirinya memang sedang panas-panasnya dengan perempuan.

Singkat cerita malam itu kami melakukannya hingga 3 kali. Aku pun lemas karena tenaga Alvin luar biasa kuatnya. Saat menjelang tidur aku pun mengelap sperma Alvin yang keluar dari memekku lalu memutuskan untuk tidur sambil memeluknya dari samping.

Paginya aku pun terbangun, saat terbangun dan berdiri ternyata aliran sperma Alvin keluar lagi dari memekku. “Ya ampun sayang, banyak banget sih spermamu, nanti kalo Mama hamil gimana?” Kataku sambil menatap Alvin yang masih tertidur lelap. Aku pun langsung bergegas mandi karena ingin ke Mall untuk belanja dengan Alvin seperti yang aku janjikan tadi malam sebelum tidur.

Setelah mandi dan berpakaian ada suara ketukan dari luar, saat kulihat rupanya Mbok Nur pembantuku mau masuk ke dalam kamar untuk menyapu di pagi. Aku pun merapikan selimut Alvin supaya dia tidak tahu Alvin tidur telanjang.

“Bu, kok Mas Alvin tidur disini?” Tanya Mbok Nur.

“Iya Mbok soalnya tadi malem tiba-tiba badannya anget gitu makanya daripada gak ada yang ngurusin di kamarnya ya mendingan tidur sama saya”. Kataku berbohong.

“Tapi Mas Alvin udah dikasih obat sama dikompres kan Bu?” Tanyanya lagi.

“Udah kok Mbok, tadi malem udah dikasih obat sama dikompres, palingan hari ini juga udah baikan”. Jawabku padanya.

“Yowis kalo gitu Mbok mau bersih-bersih dulu ya Bu”

“Ya Mbok silahkan”.

Setelah Mbok Nur selesai merapikan, aku pun langsung pergi ke ruang makan lalu memanggil kedua anakku yang lain Zafran dan Arkan untuk sarapan dan pergi sekolah. Mereka berdua pun turun dan sarapan bersamaku.

“Ma, Bang Alvin mana kok gak keliatan?” Tanya anak bungsuku Arkan.

“Abang tadi malem badannya demam, makanya Mama biarin dia istirahat dulu di kamar”. Jawabku padanya.

Selesai makan Zafran dan Arkan pun pamit cium tanganku untuk pergi sekolah. Mereka boncengan naik motor karena sekolah mereka searah. Aku pun berpesan pada Zafran agar hati-hati dalam berkendara.

“Zafran, hati-hati ya di jalan, jangan ngebut-ngebut nanti adekmu celaka”.

“Beres Ma, yaudah aku pergi dulu ya Assalamualaikum”. Katanya sambil pamit padaku.

“Waalaikumsalam”.

Selesai mengurus Zafran dan Arkan aku pergi ke kamar Alvin untuk mengambil baju dan handuknya lalu membangunkannya. Dia pun bangun dan bertanya kemana kedua adiknya. Aku hanya menjawab bahwa kedua adiknya telah berangkat sekolah. Aku menyuruhnya untuk mandi cepat karena hari ini kami mau belanja ke Mall.

Pagi itu aku memakai baju warna coklat lengan pendek dan celana jeans warna putih. Aku juga memakai anting-anting hoop bulat emas seperti yang kupakai di acara kondangan semalam dan kalung emas bertuliskan huruf D yaitu inisial dari namaku Diana. Aku juga merias wajahku dengan make up yang tidak terlalu tebal supaya mengesankan aku lebih muda.

Alvin pun selesai mandi lalu dia pun memakai baju yang aku pilihkan. Saat melihat penampilanku dia pun takjub dan memuji kecantikanku. Aku pun hanya tersenyum dan mengajaknya bergegas untuk pergi ke Mall.

Sampai di Mall sekitar jam 10 kulihat sudah banyak toko yang mulai buka. Aku pun langsung berburu pakaian yang aku inginkan. Aku juga menyuruh Alvin untuk membeli pakaian karena aku tahu banyak pakaiannya yang sudah kekecilan dan robek-robek. Setelah selesai berbelanja pakaian, aku pun pergi ke tempat yang menjual aksesoris wanita.

Selesai belanja aku dan Alvin pun makan siang di restoran fast food yang menjual ayam goreng. Selama makan kulihat banyak pasang mata yang melihat ke arah kami. Mungkin mereka berpikir kami adalah sepasang kekasih yang tengah kencan di siang hari. Dalam hati aku pun senang jika mereka berpikir aku masih pantas dianggap sebagai pacarnya Alvin.

Setelah makan aku dan Alvin pun pulang ke rumah. Selama dalam perjalanan pulang kami berdua asyik bercanda dan bercengkrama tentang banyak hal satu sama lain.

Sampai dirumah sekitar jam 3 sore, aku dan Alvin pun masuk ke dalam kamarku untuk mencoba semua pakaian dan anting-anting yang kubeli tadi. Kulihat Alvin begitu terpesona melihatnya. Karena tergoda dia pun mengajakku berhubungan seks sore itu. Awalnya aku menolak karena takut ketahuan oleh suami dan kedua anakku yang lain.

Selesai orgasme kami pun berpelukan sejenak lalu setelah itu aku menyuruhnya untuk keluar kamar dan mandi. Aku pun juga mandi di kamar mandi dalam untuk membersihkan sisa-sisa persetubuhan kami. Selesai mandi aku pun berpakaian dan berdandan sebentar dengan memakai make up tipis dan anting-anting yang kubeli tadi.

“Papa, kapan sampe di Jakarta?” Tanyaku sambil mencium tangan dan mencium pipinya.

“Tadi jam setengah 3 sore Papa sampe di Cengkareng abis itu Papa pesen taksi online buat jalan ke rumah”.

“Tadi macet gak Pa?” Tanyaku padanya.

“Wah lumayan macet Ma soalnya tadi hampir bersamaan sama jam pulang kantor. Untung aja tadi lewat jalan pintas jadingnya Papa cepet sampe rumah”.

“Yaudah kalo gitu Papa mandi dulu gih biar seger lagi”.

“Iya, eh tumben Mama dandanannya cantik kayak gini”. Puji suamiku.

“Ah Papa bisa aja, emangnya dulu-dulu Mama gak cantik apa?” Kataku memanyunkan bibir.

“Ya cantik sih cuma hari ini keliatan agak beda gimana gitu”. Kata suamiku terpesona.

“Udah ah, Mama mau ke dapur dulu bantuin Mbok Nur masak buat makan malem. Papa mandi dulu aja gih”. Kataku ngeloyor sambil meninggalkan suamiku di ruang keluarga

“Iya Ma”. Jawab suamiku pendek.

Malamnya kami sekeluarga berkumpul untuk makan malam. Selama makan tidak banyak pembicaraan yang ada namun kulihat Alvin sering curi-curi pandang melihat dandananku malam ini yang memang berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Selesai makan Alvin pun langsung menuju kamar untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Aku suami dan kedua anakku yang lain pun menghabiskan waktu di ruang keluarga untuk menonton TV, ketika waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, aku menyuruh Arkan dan Zafran untuk tidur karena besok mereka masih harus sekolah.

Selama di kamar aku dan suamiku pun mengobrol tentang bisnis sawit kami di Sumatera Utara.

“Pa, gimana kemaren urusannya disana?”

“Ya begitulah Ma, karena harga dunia lagi turun makanya bisnis sawit lagi lesu belakangan ini”. Keluh suamiku.

“Yaudah Papa sabar aja, lagian Mama kan masih punya usaha butik buat menuhin kebutuhan. Jadi kita gak bakalan jatuh miskin”. Terangku padanya.

“Tapi kan Papa malu. Masak suami bergantung sama istrinya”. Kata suamiku malu.

“Udah Papa gak perlu malu, kan modal buka butik itu dari uang Papa juga jadi secara gak langsung itu usaha kita berdua cuma ya secara operasional Mama yang jalanin butik itu”. Kataku membesarkan hatinya.

“Iya juga sih Ma”. Balas suamiku.

“Yaudah sekarang tidur yuk, Papa juga pasti capek banget kan baru pulang dari Medan”.

“Yuk Ma”. Katanya sambil memeluk tubuhku dari samping.

Sekitar jam 2 kurang aku merasakan tubuhku bergoyang-goyang. Saat kubuka mata kulihat suamiku sedang menggenjotku dari atas. Ya kontolnya yang tidak sebesar Alvin sedang sibuk mengaduk-aduk memekku. Aku pun hanya memejamkan mata menikmati permainan ini. Namun di tengah-tengah kenikmatan itu suamiku mulai menyodokku dengan cepat.

“Ahh Papa keluar Ma, CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT CROOT!” Keluarlah cairan sperma suamiku mengisi memekku.

“Yah Papa, Mama kan belum dapet”.

“Maaf ya Ma, abisnya punya Mama legit banget Papa jadi gak tahan Ohh”. Katanya sambil melepaskan kontolnya dari memekku lalu tidur membelakangi tubuhku.

Karena kesal, aku pun keluar kamar untuk minum dan membersihkan tubuhku. Saat membuka pintu aku kaget setengah mati. Ternyata Alvin mengintip apa yang aku lakukan tadi bersama Papanya. Dia pun meminta maaf tidak sengaja mengintipku karena dia malam itu juga haus dan kebelet kencing. Mendengar penjelasannya aku lalu meninggalkannya untuk minum dan kencing.

Setelah selesai dari kamar mandi dan juga minum kulihat ternyata Alvin masih di ruang tamu menungguku. Melihatku selesai menuntaskan hajat dia pun kembali meminta jatah seks untuk malam ini, awalnya aku menolak karena ini sudah malam. Namun karena dia terus mendesak akhirnya kuturuti kemauan dirinya dengan syarat dilakukan di kamar Alvin dan tidak boleh berisik.

Saat sampai di kamar aku pun berdandan sebentar, memakai parfum dan juga anting-anting yang dibeli tadi untuk menggodanya malam ini. Saat akan keluar kamar kutatap wajah suamiku yang sedang tertidur dan berkata.

“Pa, maaf ya, malam ini Mama mau main sama Alvin soalnya tadi Papa gak bisa puasin Mama, nanti kalo udah selesai Mama balik lagi ya”. Kataku lalu keluar dari kamar.

Ketika sampai di kamar Alvin ternyata dia sudah tidak berpakaian sama sekali alias telanjang bulat. Terlihat kontolnya yang putih bersih berukuran 18 cm dan diameter 4 cm sudah mengacung-acung ke arahku. Aku pun tersenyum melihat tingkahnya kali ini. Karena sudah bernafsu dia pun melucuti kimono tidurku lalu menyeretku ke atas ranjang.

Malam itu kami melakukannya sampai dua ronde. Dia pun menyemprotkan spermanya sampai habis ke dalam rahimku. Terakhir ketika selesai berhubungan dia memujiku kalo aku adalah Boru Batak tercantik yang pernah ada di hidupnya. Aku pun tersenyum mendengarkan pujiannya. Setelah selesai bercengkrama akhirnya aku pun bangkit dari ranjangnya dan mengenakan kimonoku kembali lalu memeluk Alvin dengan erat sebagai tanda perpisahan malam ini lalu kembali ke kamar untuk tidur bersama suamiku.

Saat tiba di kamar dan duduk di tepi ranjang, kurasakan sperma Alvin meluber keluar dari memekku. Spermanya keluar banyak sekali dan terasa sangat kental. Jujur ada perasaan was-was dalam diriku mengingat aku masih tergolong produktif alias rutin menstruasi setiap bulannya walaupun usiaku sudah menginjak 45 tahun.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan