1 November 2020
Penulis —  Antingmama

Mbak Citra dan Kebaya Mama

POV Diana Nasution

Sudah hampir 3 bulan ini aku menjalin hubungan khusus dengan anakku sendiri yaitu Alvin. Selama 3 bulan ini aku menjadi lebih bersemangat dan terasa lebih segar. Aku pun mengikuti sarannya untuk latihan zumba selama seminggu 3 kali. Hasilnya tubuhku jadi semakin sehat dan berat badanku pun sedikit menurun dari 67 kg ke 64 kg.

Selanjutnya dalam masalah hubungan intim, kami berdua cukup pintar untuk menutupinya sehingga tidak ada yang mencium hubungan khusus antara aku dan anak lelakiku. Hal yang paling sensasional yang pernah kulakukan bersama Alvin adalah ketika kami melakukannya di dalam mobil saat pulang dari butik di pinggir lapangan kosong dan juga di samping Papanya saat sedang tertidur.

Satu hal yang jadi ketakutanku adalah Alvin selalu membuang spermanya di dalam rahimku. Sebenarnya aku sudah mencoba mengingatkannya namun mulutku sendiri sepertinya susah untuk berbicara padanya perihal kemungkinan kehamilan yang akan terjadi padaku jika dia tetap membuang spermanya ke dalam rahim.

Pagi ini aku tiba-tiba merasa pusing dan mual. Aku pun coba menahannya namun karena sudah tidak kuat akhirnya aku pun muntah-muntah di wastafel dapur. Saat kulihat bentuk muntahku berwarna putih. Aku pun merasa kaget dan panik dalam hati. “Ya Allah apakah aku hamil?” Sudah lebih dari sebulan ini aku tidak datang bulan alias menstruasi” kataku dalam hati.

Sampai di kamar Alvin pun menaruh badanku di atas ranjang sambil posisi kepalaku tegak lurus menyender ke tepi ranjang. Dia pun memberikan minum padaku dan mulai bicara.

“Ma, mendingan kita ke dokter yuk, mumpung aku lagi libur kuliah ini”.

“Makasih Vin, tapi kayaknya Mama cuma butuh istirahat sedikit deh”. Kataku bersikeras.

“Ma, aku khawatir sama Mama, udah deh gak usah sok kuat, mendingan sekarang Mama siap-siap ganti baju terus kita pergi ke dokter sekarang”. Paksa Alvin padaku.

“Yaudah kalo gitu anterin Mama ke dokter sekarang ya”. Kataku menurut pada Alvin.

“Ok aku ganti baju dulu ya”. Kata Alvin padaku.

Setelah berganti baju, aku dan Alvin pun pergi ke dokter menggunakan mobil Toyota Fortuner milik kami. Sepanjang perjalanan aku dan Alvin tidak banyak bicara satu sama lain. Dia lebih fokus menyetir mobil menuju rumah sakit.

Sampai di rumah sakit kami pun segera mendaftar untuk mendapatkan antrian dokter. Aku dan Alvin pun menunggu di depan ruang dokter. Setelah menunggu sekian lama akhirnya sampai juga giliranku untuk dipanggil. Aku pun masuk seorang diri meninggalkan Alvin yang menunggu di kursi tempat menunggu.

Saat masuk kulihat dokter yang bertugas seorang perempuan berjilbab berusia sekitar pertengahan 20an. Dia pun dengan ramah mempersilahkan aku duduk dan menanyakan apa keluhanku.

“Ibu apa keluhannya”

“Iya saya akhir-akhir suka ngerasa pusing gitu terus tadi pagi saya muntah-muntah dok”.

“Muntahnya kayak gimana Bu?”

“Ya muntahnya warna putih gitu”.

“Hhhmmm… Tanda-tanda orang hamil tuh Bu hihihihi”. Katanya tertawa kecil.

“Ah masak sih dok, umur saya kan udah 45 masak masih bisa hamil”. Kilahku padanya.

“Ya bisalah Bu. Perempuan itu selama masih menstruasi ya masih bisa hamil walaupun usianya udah diatas 40 tahun. Apalagi Ibu orangnya cantik terus awet muda gini, ya masih pantes lah buat nimang anak lagi hihihihi”. Katanya lagi sambil tertawa kecil.

“Ah dokter bisa aja”. Kataku padanya.

“Yaudah sekarang Ibu tiduran di ranjang ya biar saya periksa”. Perintahnya padaku. Aku pun menurutinya lalu naik ke atas ranjang periksa.

Setelah memeriksa tubuhku dengan stetoskop dan menekan-nekan perutku akhirnya kami pun kembali ke meja konsultasi untuk memberitahukan hasilnya.

“Selamat ya, Ibu positif hamil 4 minggu”. Katanya tersenyum padaku.

“Ha… hamil dok? 4 Minggu?” Kataku kaget serasa tak percaya.

“Iya Bu, memangnya kenapa?” Tanyanya lagi.

“Tapi usia saya udah 45 dok, gimana nanti resikonya?” Tanyaku agak panik.

“Udah Ibu tenang aja, memang sih dari segi medis usia Ibu memang usia yang rawan untuk hamil. Tapi asalkan Ibu bisa jaga kesehatan terus asupan gizinya cukup insyaallah bayinya bakalan lahir sehat kok kayak bayi-bayi lainnya”.

“Oh gitu ya dok, Ok kalo gitu saya permisi dulu ya”. Pamitku padanya menuju pintu keluar.

“Iya Ibu, jangan lupa kasih tahu suami ya hihihihi”. Sahut sang dokter tertawa kecil seraya meledekku.

Setelah keluar dari kamar periksa perasaanku pun campur aduk. “Anak siapa bayi yang kukandung ini? Apakah anak Alvin atau anak Papanya? Kalo dilihat dari intensitas hubungan seksual jelas aku lebih sering melakukannya dengan Alvin dibandingkan dengan Papanya. Apalagi sebagai anak muda jelas sperma Alvin jauh lebih banyak dan lebih kental dibandingkan Papanya yang lebih encer dan lebih sedikit spermanya.

“Ma, tadi kata dokter kenapa?” Tanyanya padaku.

“Gak apa-apa, kita ngomongnya di mobil aja ya”. Kataku sambil menarik tangannya untuk berdiri.

Kami pun keluar dari pintu rumah sakit menuju parkiran mobil. Saat sudah masuk mobil dan menyalakan mesin dan AC Alvin pun bertanya kembali padaku.

“Ma, tadi gimana kata dokter”. Tanyanya kembali dengan nada khawatir.

“Vin, sebenarnya Mama…“. Kataku dengan nada tertahan.

“Iya, Mama kenapa ayo ngomong”. Desaknya padaku.

“Mama hamil Vin”. Kataku sambil mengambil tangannya lalu meletakkannya di atas perutku.

“Apa? Hamil? Kok bisa? Terus itu anak siapa? Anakku atau anak Papa?” Tanyanya padaku dengan nada tak percaya.

“Iya Mama hamil Vin. Walaupun umur Mama udah 45 tapi Mama masih rutin menstruasi. Mama yakin ini anak kamu soalnya kamu paling sering gituin Mama dibandingkan Papa. Apalagi sperma kamu jauh lebih banyak dan lebih kental dibandingkan punya Papa. Mama yakin kamu jauh lebih subur dibandingkan Papa kamu”.

“Ma, maafin aku Ma. Aku gak bermaksud buat hamilin Mama, niat awalku cuma buat senang-senang aja main sama Mama hiks hiks hiks”. Katanya meminta maaf dan menangis di perutku.

“Udah Vin, kamu gak usah merasa bersalah gitu. Lagipula Mama juga sebenarnya pengen punya anak perempuan dari dulu. Ya semoga aja anak yang ada di perut Mama ini perempuan”. Kataku sambil mengusap kepalanya dengan lembut.

“Ma, aku sayang Mama CUPP”. Katanya mencium bibirku dengan lembut

“Yaudah kalo gitu kita keluar dari rumah sakit sekarang ya sekalian cari makan siang”. Kataku sambil melepaskan ciumannya pada bibirku dan mengajaknya untuk makan siang.

Akhirnya kami pun pergi dari rumah sakit dan mencari restoran terdekat untuk makan siang.

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu