1 November 2020
Penulis —  ropek

WINCEST

Karena posisi ini menyulitkannya. Kugeser tubuhnya, aku bersandar diujung kasur. Lalu kubalik tubuhnya sehingga pahaku tertindih kedua dadanya. dan wajahnya berhadapan langsung dengan kontolku.

Sekilas ia melirikku, kubalas dengan senyuman, dan perlahan mulai memainkan kontolku dimulutnya. walaupun hanya si palkon yang ia manjakan.

“Ah… yangg..!” Pekikku, agak kaget, terkena gigi sih😄. Perlahan mulai menyedot dan menjilatinya nya seperti saat dia makan es krim.

Kusibak rambut panjangnya yang menutupi wajahnya, kesamping telinga.

Gak heran sih sepongannya tidak senikmat mama atau tante Tuti. Karena ini emang pertama kali baginya.

Kuputar tubuhku sehingga berubah jadi posisi 69.. Kulebarkan kakinya, kujilat memek dan kusedot itilnya dari bawah.

“Mmmhh.. pwahh..” Dia melenguh, kontolku terlepas dari mulutnya.

Sayup sayup aku mendengar motor matic masuk area depan rumah… Mungkin karena dari tadi telingaku memang sudah ku konsentrasikan menunggu kedatangan mama. Sementara Ratna yang lagi terbuai kenikmatan mungkin tidak menyadarinya.

Pasti mama sudah pulang ..

‘Slllrrrppt… mpyuppp.. cup.. cupp slllrrp’

“Aaaahhmm… Ahh.. ahhm. ohhh.”

Semakin ku sibukkan mulutku di memeknya agar dia tidak menyadari kedatangan mama.. sampai dia lupa tugasnya nyepong kontolku.

Kuangkat pantatku sehingga kontolku mengenai wajahnya, di masukkan lagi kontolku kemulutnya..

Hmmm… Sudah hampir 10 menit, sejak kudengar suara motor tadi. kenapa mama tidak memergoki kami?? apa tadi bukan mama?? siall.. kalo bukan mama bisa gawat nih..

Kusudahi posisi ini.. Saat berganti posisi ada bias cahaya, dicelah pintu, kutarik tubuhku kebelakang, Karena situasi kamar yang gelap, aku bisa melihat ada seseorang yang mengintip kami, karena diluar kamarku suasana lebih terang. Aku bersyukur dia adalah mama, bukan orang lain, bias cahaya tadi dari perhiasan dilengannya yang memegang tas.

Sebenarnya inilah yang kutunggu selama ini, alasanku pacaran sama Ratna, aku ingin tahu bagaimana reaksinya saat melihatku sama Ratna dalam ini..

Kuposisikan diriku siap tempur di depan Ratna.

Aku ragu.. dan merasa bersalah.. tentang alasanku, kenapa harus sampai sejauh ini, jika hanya ingin mengetahui apa yang ada dalam hati mama?

dan harus mengorbankan mahkota seorang wanita, yang tidak bersalah..

Ku gesek kontolku di bibir vagina Ratna.

Kulihat matanya sayu… dan meneteskan air mata.. tapi tidak terucap sepatah katapun.

Aku merasa sedih…

Ayo lah ma.. hentikan kami.. aku ingin kau cemburu, aku ingin kau memandangku sebagai lelaki, bukan menghentikan kami karena kau memandangku sebagai anak, yang seharusnya belum saatnya melakukan hal ini.. batinku..

“A.. aku rela sayang…” Kata kata Ratna memecah lamunanku.

Mendengar kalimatnya sungguh membuat hatiku tertusuk.. tanpa terasa air mataku ikut mengalir.

Jika mama tidak menghentikan kami dan pura pura tidak tahu.

Aku mempunyai dua asumsi. Pertama dia membiarkanku menikmati pengalaman masa muda, walaupun sebenarnya melanggar norma, dan yang kedua dia menikmati adegan yang akan kami lakukan. Jadi masih ada kemungkinan dia tertarik padaku dalam arti lawan jenis, jika dia tidak menghentikanku dan masuk dalam asumsi kedua.

Tapi bagaimana dengan Ratna nanti? Apa harus kuputuskan begitu saja?

Aku akan jadi pecundang seumur hidup, karena telah menodai wanita yang tulus dan tak bersalah.

Sial… Aku jadi bingung sendiri..

Baiklah.. Sudah kuputuskan.. Jika Mama benar benar tidak menghentikan kami, sedangkan saat ini Ratna telah memperlihatkan ketulusan cintanya padaku… Aku berjanji dalam hati…

Aku akan bertanggung jawab dan menikahi Ratna suatu hari nanti, dan terpaksa aku menyerah mengejar mama. Aku tidak ingin menjadi bajingan dan pecundang yang tidak bertanggung jawab.

“ROOOOYYYYY!”

Mama berteriak sambil membuka pintu.

“Mama???”

Entah kenapa ada perasaan lega dihatiku… Mama telah menghentikan kami.

Sementara Ratna kaget sekali dan spontan menarik selimut menutup tubuhnya, menunduk, menangis, menutup wajahnya.

Aku berdiri meyuruh mama krluar kamarku.

Kututup pintu, kuhampiri Ratna.

“Hikks.. hikkkss.. hikkss… Ratna malu Roy!” Jawabnya.

Kupeluk tubuhnya.

“Tenang sayang.. gak papa.. maafin aku.. tadi keterusan.” Ku coba menenangkannya.

Kuberikan pakaiannya. dia pakai, aku juga memakai pakaianku.

Ratna langsung berlari keluar kamar sambil menangis, tidak peduli mama masih mematung di depan pintu kamarku.

Saat aku keluar kamar.

“Roy/Ma!!”

Suara kami bareng.

Mama sepertinya merasa bersalah melihat Ratna berlari sambil menangis, sampai dia sendiri masih mematung di depan pintu.

“Nanti aja deh ma!” Jawabku berlalu mengejar Ratna.

Di depan pintu rumahku, kupegang tangannya. Kupeluk lagi.

“Sayang tenanglah… oke oke.. tenang.. ayo kuantar pulang.. jangan nangis gitu dong.. kayak ansk kecil aja sih..!” Ku bujuk lagi agar lebih tenang.

Ku starter motorku. Mengantarnya pulang.

Sampai dirumahnya, aku ragu.. gimana nanti ngomong sama ortunya ya? Sial.. aku tidak mengira semua bakal jadi gini.. Ku kira Ratna tidak apa apa, jika tadi kepergok mama. Aku baru sadar, dia masih ABG labil. tidak seperti tante Tuti yang sudah dewasa, dan berpengalaman menghadapi affair dan resiko kepergok.

Tentu saja beribu pertanyaan dari kedua ortunya menghujamku.

Kami masih diam, terutama Ratna yang shock berat. Ku tenangkan pikiranku,

“Ee… gini om… tante.. tadi.. pas jalan kami bertemu mantanku.. Sepertinya dia tidak terima melihat aku punya pacar baru, di makinya kami berdua di depan banyak orang.

Kami sangat malu, terutama Ratna, jadi dia shock karna dapet cacian di publik dan mengira aku masih berhubungan dengan mantanku, sudah kujelaskan, tapi dia sudah terlanjur gak percaya sama aku…”

Jawabku mengarang bebas 😓.

“Owww.. gitu..” Reaksi kedua ortunya Ratna.

Ratna mulai diam, hanya sesekali sesegukan.

sambil memeluk Tante Arum.

“Yahh. Rat.. anak muda… biasa ajalah… ini suatu proses pembelajaran menuju kedewasaan yang suatu saat akan kalian temui nanti jika sudah berumah tangga!” Kata Om Yanto.

“Iya om, sekali lagi aku minta maaf Om, Rat, tante Arum!” Jawabku menunduk.

“Iya Roy, kami mengerti situasi kalian!” Jawab tante Arum tersenyum sambil mengelus rambut Ratna.

Lalu aku pamit pulang.

Semoga aja sih Ratna gak cerita kejadian yang sebenarnya pada ortunya..

Setiba dirumah mama duduk di ruang keluarga,

“Roy..!” Mama memanggilku, namun aku sendiri bingung dengan situasi ini, kuputuskan langsung ke kamar dan menguncinya. Kulihat ada BH dan celana dalam Ratna yang ketinggalan.

Kurebahkan tubuhku, sekarang apa yang harus kulakukan?

‘Tok.. tokk. tookk’

“Roy… Buka pintunya..!” Pinta mama.

Kulihat kamarku, pas jam 5 sore.

Kuputuskan memejamkan mata, dan tertidur..

“Dimana aku?? kok bisa ada di Taman??”

Aku duduk dikursi taman. didepanku seperti lapangan luas, dibelakangku pohon dan bunga tertata rapi..

Tiba tiba Ratna berada disampingku.

“Eh Ratna?? Kenapa kamu bisa ada disini?”

Dia tidak menjawab, menggandeng tanganku, melangkah pergi.. Aku ngikut aja.. Tiba tiba..

“Rooy… Tunggu Roy.. Jangan tinggalin Mama!”

Mama menangis sambil berlari mengejarku, tapi entah kenapa malah semakin jauh, saat hampir tak terlihat..

“Ma…!” Aku mencoba mengejarnya.

Namun Ratna menarikku.

“Sekarang kau milikku Roy!” Jawabnya dingin..

“Tidaaaaaaakkkk…!”

🌫️🌪️🌫️🌪️🌫️

“Haahh.. hah.. hahh..”

Aku kaget dan tersadar dari mimpiku. Nafasku ngos ngosan, sial.. apa apaan tadi.

Kulihat jam 10 malam. Terasa haus kerongkonganku.

Aku beranjak dari tempat tidur, kubuka pintu, menuju dapur.

“Eh… Ma… ma?”

Kulihat mama tidur dikursi, dengan tubuh dan kepalanya diatas meja makan, disampingnya ada makanan, dan segelas teh yang tinggal separuh isinya. tapi makanannya masih utuh, belum dimakan.

Kuambil gelas, kuisi air dingin dari kulkas, lalu duduk disampingnya..

Ku minum hampir habis.. terasa segar.. kutaruh gelas diatas meja..

Aku diam mematung.. kulihat wajahnya entah benar atau salah, sepertinya mata mama agak lebam, seperti baru menangis.. Aku jadi kasihan.

Kupegang tubuhnya kugoyang goyang pelan.

“Ma… mama.. Bangun ma, pindah kamar gih, disini dingin!” Kataku pelan.

Perlahan matanya terbuka, dan bangun sambil ngucek ngucek matanya, yang agak memerah.

“Eh.. Roy.. !” Suaranya serak, terdengar suara ingus yang masuk kedalam hidungnya saat ia menarik nafas, seperti orang lagi flu, Sambil melap hidungnya.

“Tuu.. kan mama kedinginan, jadi kena flu!”

Jawabku, padahal aku yakin, hal itu disebabkan karena dia habis nangis.

“Gak kok..!” Jawabnya,

Aku diam sebentar..

“Maafin Roy Ma!” Kataku sambil menunduk.

“Mama sendiri gak tau mau bilang apa.. Dulu kamu janji gak akan ngulangin itu lagi, tapi tadi?? Mama tahu kamu masih muda, punya hasrat tinggi, tapi apa kamu udah mikir apa jadinya nanti, jika Ratna hamil? kalopun tidak, apa benar kamu bisa menjaga hubungan kalian sampai nanti menikah? atau akan kamu tinggalkan begitu saja?

Mama mengambil tehnya dan meminumnya sedikit. Sedari tadi dia menasehatiku, aku tidak berani menatap wajahnya.

“Sebenarnya mama gak ngelarang kamu untuk pacaran, tapi yah.. harus sewajarnya lah, jangan terus mengumbar nafsu begitu saja… Ini makan dulu… kamu tadi belum makan kan? Mama mau tidur dulu.”

Mama melangkah pergi…

“Ma…!” Panggilku lagi. Ia berhenti lalu memandangku.

“Sekali lagi Maafin Roy…”

Kataku lagi, hanya senyum tipis yang ia berikan sebagai jawaban.

Huhhh.. Memang benar semua berjalan sesuai rencanaku. l… tapi jawaban yang kudapat dari mama, ternyata tidak sesuai dengan apa yang kuharapkan. Mama memang hanya menyayangiku sebagai seorang anak, bukan sebagai lelaki.

Sial… beginikah rasanya patah hati??? Sakit sekali.. walau tak berdarah..

Sambil makan, tanpa terasa air mataku mengalir dipipiku..

🌃🌃🌃🌌

Sudah dua minggu berlalu, sejak kejadian itu, sepertinya memang tidak ada kesempatan lagi bagiku. Saat ku goda minta blowjob padanya, dia marah sekali, padahal sudah kuberi bubuk perangsang padanya.

Sepertinya rasa keibuannya telah mengalahkan nafsunya sendiri. Sejak itu aku tidak pernah memintanya lagi.

Entah kenapa aku juga tidak ada niatan minta bantuan Kak Heru.. Mungkin karena shock.. semua rencanaku berjalan lancar, tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan..

Saat ngobrol Mama sering menanyakan bagaimana hubunganku dengan Ratna, aku bilang baik baik saja. Aku juga sudah minta maaf pada Ratna, dan berjanji tidak akan melakukan hal itu padanya lagi. Aku masih sering main kerumahnya. Tapi saat kuajak kerumahku, entah kenapa dia seperti trauma, tidak pernah mau.

Namun yang kurasakan… semuanya hampa, hambar, dan membosankan. Aku berusaha bersikap selayaknya sebagai kekasih pada Ratna. Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku. Rasa frustasi dan kegelisahan selalu menyelimuti hatiku.

Sabtu sore, aku nonton TV diruang keluarga. Tapi pikiranku terbang entah kemana.. Tiba tiba pandanganku mengarah pada album foto keluargaku. Segera kuambil. Kubuka satu per satu. Mulai dari masa muda papa mama, saat pernikahan mereke, saat aku bayi, sampai foto terakhir saat aku kelas 6 SD, Selalu ada Mama disampingku…

Aku kembali ke kamar, pandanganku tertuju pada langit langit dengan tatapan kosong. “Mama”…

Paginya ku sms Ratna, aku mau kerumahnya dan ada hal yang ingin kubicarakan..

Setiba dirumahnya, aku terkejut dengan penampilannya yang tidak biasa, memakai celana pendek, mirip celana dalam, hanya sebatas pantatnya, pahanya mulus putih bersih, dan kaos berlubang dipunggungnya.. Papa mama nya gak ada dirumah, katanya pergi kondangan kerumah temannya.

“Ada apa yang?” Sapanya sambil memeluk lenganku, dan membimbingku kekamarnya dengan senyum manisnya.

“Eh.. yang.. anu..!” Kurasakan sangat berat lidahku untuk berkata.

“Bentar yang aku ambilin minum dulu ya..” Senyumnya terus menghiasi bibirnya dari tadi..

Setelah kembali dengan nampan berisi buah, snack, dan kopi hangat, dia langsung memelukku manja.

“Eemmm.. anu yang…“!

“Eh besok kita ke pameran buku dan kreasi seni di balai kota yuk yang… pasti seru nih.. aku pungin beli… bla bla bla.”!

Dia terus nyerocos, hampir tidak memberiku kesempatan ngomong..

Setelah selesai.. Kumulai lagi bicaraku.

“Ehm.. Unt… mmmhh”!

Belum selesai aku bicara dia melumat bibirku.

‘Mhhmm.. mhhhmmm.. mwah…’

“Tidak Roy… jangan katakan itu… kumohon.. please… jangan… sekali kali katakan itu” Dia mulai menangis sambil memelukku erat.

“Jika kau mau sekarang cepatlah, ambillah keperawananku.. !” Dia mulai melepas kaosnya. Saat mau melepas bhnya kutahan tangannya.

“Sudah hentikan Rat..” Kataku pelan..

“Kenapa… kenapa Roy… Kenapa Kamu jahat sekali padaku.. Kenapa kalo cuma mau mainin aku, kamu harus membuatku tergila gila padamu dulu… hikss.. hikkss.. Aku tahu kamu mau putusin akukan.. hikks.. aku sudah berusaha membuatmu bahagia, hikkss selalu perhatian sama kamu, selalu ada buat kamu… tapi…

Insting wanitanya benar benar tajam, semua yang dikatakannya benar sama seksli tidak ada yang salah. Aku hanya diam..

“Maafin aku Rat.. Aku juga tersiksa oleh perasaanku sendiri..”

“Hiksss.. kamu jahat roy.. kamu kejammm… hikss..“!

“Aku tidak bisa melupakannya, hanya dia cinta sejatiku, sekali lagi maafin aku.. semoga kamu dapat yang lebih baik dari aku yang brengsek ini..” Kataku sambil memeluknya.

“Hwaaaa… hwaaaa… hwaaaa…” Tangisnya pecah mendengar kata kataku.

Aku meninggalkannya menangis dikamar..

Tanpa terasa air mataku jatuh bercucuran membasahi pipi.

Sepulang dirumah aku mengunci diri dikamar lagi. Kucoba untuk tidur.. lari dari semua kenyataan ini…

Sayup sayup kudengar seperti orang lagi debat..

Saat aku keluar.. aku kaget melihat papa mama, Ratna serta kedua ortunya, berada diruang tamu. Seperti waktu itu, Ratna nemeluk mamanya, diam, matanya lebam, tante Arum mengelus rambutnya.

“Roy sini..!” Panggil papa agak marah.

Aku menghampiri mereka.

“Roy, kenapa tiba tiba kamu putusin Ratna?” Tanya Pak Yanto dengan nada agak marah.

Aku diam sambil duduk..

Kami semua diam menungguku bicara.

“Maafin Roy, Om Yanto, Tante Arum, ee terlebih kamu Rat.. Saat ini emang aku yang paling bersalah… menjadikan Ratna sebagai pelarian… Sebenarnya aku juga sudah menyerah mengejar orang itu, tapi jika kupaksakan melanjutkan hubungan ini dengan Ratna, aku akan semakin menyakitinya, ini juga demi kebaikannya, bayangkan jika kita menjalin hubungan, yang dilandasi keterpaksaan, tanpa dasar cinta?

Mereka diam mencerna jawabanku.

“Maksudmu siapa dia Roy?” Dengan cepat Mama mewakili pertanyaan mereka.

”… Aku gak bisa jawab siapa dia…” Kataku.

Mereka diam…

“Kalo emang itu seseorang yang penting buatmu, nggak papa kamu rahasiakan.” Jawab tante Arum memandangku.

“Dan kalo itu emang udah keputusan Roy, kita harus bisa menerimanya pa, jika kita memaksakan mereka, apalagi jika sampai menikah, aku tidak akan rela melihat ratna tidak bahagia.” Kata Tante Arum memandang pak Yanto.

Pak yanto hanya bisa menghela nafas panjang.

“Sekali lagi maafin aku om, aku tidak ingin kalian salah paham, dan tidak ingin memicu kebencian diantara keluarga om, dan keluargaku, kuharap, yang awalnya baik, sampai nanti tetap baik” Kataku.

Akhirnya mereka bisa menerima keputusanku.

Aku bersyukur, masalah ini selesai dengan baik, Pak Yanto tante Arum dan Ratna sepertinya sudah menerima keputusanku.

Dan mereka pamit pulang.

Setelah mereka pergi, tentu saja Papa dan Mama menghujaniku banyak pertanyaan, Namun aku diam tak berkomentar, dan kembali ke kamar. Mama terlihat mencemaskanku, apa dia pikir wanita yang kumaksud adalah tante Tuti?? Haha… Bukan Ma, wanita itu adalah dirimu…

Perasaanku jadi agak plong.. Dikamar aku mengingat semua kejadian dari awal kenal Tante Tuti sampai tadi. Aku hanya bisa tersenyum dalam tangis…

🏘️⌛⏳⏳⏳

Beberapa hari kemudian aku masih belum menanggapi pertanyaan Papa sama Mama, Karena aku masih diam, jarang ngomong, hanya seperlunya saja. Akhirnya mereka tidak menyinggung atau menanyakan masalahku dengan Ratna lagi, dan menganggap tak ada masalah, mereka sudah bersikap biasa. Tapi aku sendiri yang jadi seperti orang linglung, sering bengong, ngalamun, kadang tertawa dan menangis sendiri, jika kuingat kejadian yang telah kualami.

Baiklah mungkin kini saatnya mengakhiri semuanya…

Hari jumat kuputuskan bolos sekolah.. Mama mengetuk pintu kamarku, karena sudah jam setengah 7 namun aku belum bangun. kubilang padanya kalo hari ini aku gak masuk. lagi gak enak badan. Hari ini aku berencana mengungkapkan semuanya pada mama, aku sudah siap jika aku diusir mama dari rumah, dan mungkin orang pertama yang ku hubungi adalah tante tuti, akan kutawarkan diriku sebagai simpanan tante tante kenalannya.

Jam 8 dia ketuk lagi kamarku, disuruh sarapan, kalo mau diajak periksa kedokter.

‘Tokk. took. tokk’

“Roy… Bangun.. Sarapan dulu.. Nanti kutelfon Heru buat anter ke dokter”.

Ku buka pintu, langsung dia periksa keningku dengan telapak tangannya.

Aku hanya tersenyum,

“Hehe gak papa kok ma, pengen bolos aja!” Kataku.

“Apa?? Hehhh Kamu ini, Mau jadi apa nanti kalo sekolah males malesan!” Marahnya.

Aku diam langsung menuju meja makan, lalu sarapan.

“Roy… Dibilangin gak mau dengerin, awas ntar ku bilangin ke papa… Huh!”

Di dapur masih terdengar omelannya yang gak mau berhenti.. Selesai sarapan aku kembali ke kamar. Menyiapkan dan memantabkan hati serta pikiran akan keputusan ini.

Jam 9 Kudengar mama lagi nonton tv, biasa kalo dia libur gini, abis beres beres rumah terus nyantai. Entah kenapa dia nggak nyari pembantu. padahal sih oke oke saja. Mungkin karena dikeluarga ini cuma ada 3 orang, dan dia pikir masih bisa urusin sendiri jadi gak mau nyari pembantu.

Aku keluar kamar kutemani dia di tuang keluarga. Disambutlah diriku dengan omelannnya lagi.. Aku hanya diam, lama lama juga berhenti sendiri. Setelah Mama diam, aku baru bicara..

“Udah ma?”

“Eeee kamu ini… bla bla bla”. Dilanjut lagi omelannya.

Setelah berhenti lagi. baru aku bicara lagi..

“Udah lah ma… Roy cuman pingin nenangin diri dulu, dari pada disekolah gak bisa konsentrasi!”

”… Gara gara Ratna ya!” Jawabnya.

“Mama pengen tahu masalahnya?” Ku tawari dia sebuah alasan.

“Emang kenapa?.. Terus kemarin waktu kamu bilang ada cewek lain yang kamu kejar kejar itu siapa? Jangan bilang kalo dia tante tante gatel itu ya!” Mama melotot memandangku.

”.. mmmm tapi tunggu dulu, aku mau cerita, mungkin ceritanya agak panjang.. Mama siap mendengarnya?” Kataku.

”… Oke… mama dengar!” Jawabnya.

Aku beranjak mengambil album foto keluarga. Kulihat mama agang bingung mengernyitkan dahinya.

Kubuka di meja…

Kutanyakan dan kuingatkan satu persatu foto nostalgia itu.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu