1 November 2020
Penulis —  ropek

WINCEST

Saat ini sekitar jam 7 malam, Dia lagi masak di dapur. sekitar setengah jam dia memanggilku disuruh makan, selesai makan, aku kembali ke kamar sambil bawa segelas air panas dan satu gelas kosong. Membuat dua ramuan yang sudah kuracik kini tinggal dituangi air panas, Sambil menunggu dia nyantai didepan Tv.

Baiklah akan kumulai aksiku, beberapa hari lalu kutancapkan paku di tembok sebelah kanan dan kiri meteran listrik. Sekarang

kuambil perlengkapanku, obat nyamuk, 2karet gelang, lem, potongan kardus yang sudah ku buat menjadi kotak kecil dengan panjang, lebar, tinggi sekitar 5cm, 3cm, 2cm, menuju TKP.

Posisi Meteran Listrik berada di samping rumah agak depan, aku keluar lewat jendela kamarku, agar mama tidak tahu. Lalu kuikat karet jadi satu kutautkan pada masing masing paku, kupasang lem pada obat nyamuk yang sudah kupotong sekitar 10cm, kulem pada kardus kecil tadi, kusulut dan kutempelkan pada tembok, kuatur sedemikian rupa, agar nanti pada waktu obat nyamuk menyala, ada saatnya mengenai karet.

Aku sudah mencobanya 2 kali saat mama sedang keluar rumah, dan ternyata berhasil.

Setelah selesai aku kembali ke kamar, ku ganti celana pendekku dengan sarung tanpa Cd, tidak lupa minum dua gelas ramuan tadi. 😎. Hujan diluar mulai diiringi sambaran petir.. Wah manteb nih…

Aku susul mama yang lagi nonton tv.. Dia memakai baju tidur model biasa, kaos bermotif bunga warna ping sewarna dengan celananya. Kurebahkan tubuhku disebelah kanannya, dia lagi duduk sila sambil melipat setumpuk pakaian di depannya.

“Ma ganti moto Gp dong”, Pintaku.

“Bentar ih, lagi seru serunya nih, ntar kalo udah iklan”. jawab Mama serius, terbawa suasana sinetron yang lagi ada drama adu cek cok.

“Bagusnya paan sih ma, sinetron gini gini aja, paling intinya cuma rebutan harta warisan, rebutan suami orang, rebutan jabatan…!”

Sial gak digubris,

Kumiringkan tubuhku dan kuarahkan tanganku ke remot tv, yang berada disebelah kirinya.

“Eit eit… bentar dulu napa sih!”

Tangannya menahan tanganku sehingga mendarat di pahanya. Karena dia fokus melihat tv, telapak tanganku menangkap pantatnya dan sedikit kuremas. Wahh empuk, kubiarkan sebentar, tidak ada reaksi, kulanjutkan aksiku, aroma tubuhnya yang wangi namun tidak menyengat membuat darahku mulai memanas. Kumasukkan tanganku kedalam kaosnya dari sisi kanan, pelan pelan mulai kuraba perutnya yang agak berlemak, namun karena empuk, aku malah lebih bernafsu.

“HAh.. “. Lenguhnya.

Tiba tiba.

‘jeglek’

Listrik padam. akhhirnya, saatnya tiba.

“Hah.. li.. listriknya padam Her”.

“Aduh ga bisa nonton Moto GP ni”.

“Mama lupa beli bola lampu yang otomatis itu, kalo listrik padam langsung nyala”.

Untung aja rumah ini belum terpasang lampu otomatis, kadang saat listrik padam seperti ini kami menggunakan senter yang ada lampu emergency pada pegangannya.

“Waktu ganti lampu kamar mama, senternya disimpan dimana ma?” Kami mulai bangkit dari posisi sebelumnya.

“Biasa di sebelah Tv”. Jawabnya.

“Ya udah ma biar aku cari, mama tunggu aja disini”.

Aku berjalan beberapa langkah sambil melepas ikatan sarung dan pura pura menjatuhkan tubuhku.

‘Bruug’

“Aduh ..”

“Eh.. kenapa her?”

Ku dengar Ia beranjak dari tempatnya, saat kakinya menyentuh kaki kananku, kuangkat sedikit kaki kiriku, agar menghalangi langkahnya.

“Hah…??” Dia ikut terjatuh.

‘brug’

“Aduh.. Aduh Ma..!”

Aku pura pura kesakitan, kurasakan dia menindihku.

“Eh.. kamu gak papa Her?”

“I iya ma… tadi waktu mau berdiri sarungku keinjek, terus jatuh”.

“Eh..??” Dia kaget karena menindih kontolku yang ngaceng. Lalu menjauhkan tubuhnya dari tubuhku.

“T.. tadi pas jatuh sarungku ikut lepas ma..”

“Tapi kamu gak papa kan?”

“Iya ma gak papa kok”.

Sarung yang masih menutup sebagian kakiku, kucopot sekalian.

“Ma sarungku yang mana nih, kecampur pakaian yang belum mama lipat.!” Tanyaku bohong.

“Tunggu bentar biar mama cari senternya”.

“Aku bantu ma!”

Kami berdiri dan berjalan mengandalkan indra sentuhan. Beberapa kali tanganku menyentuh tybuhnya, demikian dengan mama. Setelah mengira ngira posisi, kuatur tubuhku dibelakangnya. Bergerak maju kedepan, setelah kurasa tanganku menyentuh kayu… mungkin saat ini kami sampai didepan rak tv, kedua tanganku kuarahkan kedepan mengapit tubuh mama.

“Kira kira lemarinya sebelah mana ma?” Tanyaku pura pura.

“Eee bentar bentar.. mama juga belum tahu” Jawabnya.

Saat dia mau bergerak kumajukan kontolku menempel pantatnya, mulai kugesek pelan pelan keatas kebawah, searah belahan pantatnya.

Tanganku kugerakkan seolah olah mencari sesuatu. Sesekali beesenggolan dengan tangannya yang juga meraba raba mencari letak lemari.

Kami tidak merubah posisi itu sampai beberapa menit. Kudengar nafasnya mulai cepat.

“Se.. senternya benar mama taruh disini??” Jawabku agak grogi.

“Ee.. e. iya Her!” Jawabnya terbata.

“Di rak bagian mana ma?? atas, tengah atau bawah”,.

“Se.. seingatku dirak tengah..!”

“Iya biar kucari dulu ma,“.

“Ah..“. Desahnya saat kuremas kedua susunya, pelan pelan, lalu ku masukkan kedua tanganku kedalam kaosnya dari bawah, kuremas lagi susunya, perlahan namun pasti, kumasukkan telapak tanganku kedalam BH nya, sehingga ketek kenyalnya dapat kurasakan langsung. ku plintir plintir putingnya juga.

“Mmh.. ah..”. kudengar desahannya mulai cepat.

“Di.. ditengah gak ada ma!” Kataku.

“Ah.. ma.. ma… juga. lupa her”. Jawabnya.

“Biar kucari dibawah ya!” Kataku lagi.

Kupelorotkan celana beserta CDnya sampai kelantai. saat kupegang pergelangan kakinya, dia mengangkat sendiri kakinya bergantian, memudahkanku melepas celananya.

Aku kembali berdiri memeluk tubuhnya dari belakang, kugesekkan lagi kontolku dibelahan pantatnya, tangan kiriku menelusup kaosnya dan meremas lagi keteknya. tangan kananku meraba memeknya, kurasakan bulu jembutnya tipis, mungkin dia sering mencukurnya, kumasukkan jaritengahku kedalam, jempolku bermain di clitoris, membuatnya mendesah desah.

“Mmmmohhhm.. mm. ahh”

“Dibawah gak ada ma, biar kucari diatas”. Bisikku di telinganya.

“Mmmh.. ma.. ma.. Lu.. lupa her.” jawabnya terbata sambil mendesah.

Kulumat bibirnya, tak kusangka dia menyambutku dengan ganas, kami saling sedot lidah dan gigit bibir.

Lalu kubalikkan tubuhnya menghadapku,

Perlahan kulepas kaosku sendiri dan kaosnya, masih saling menikmati ciuman dan lumatan dibibir. Aku tidak berhasil melepas BH nya, karena kesulitan, namum posisinya sudah tidak menutup kedua susunya, kini berada di area perutnya.

“Ma..!!”

Kupegang tangnnya…

“Mmhh. hah.”

Dia tidak menjawab hanya sisa lenguhan yang keluar dari bibirnya.

Kutuntun dia merebah diatas kasur lantai, kurasakan ada beberapa pakaian menghalangi tubuh kami, kuambil dan ku buang ntah kemana. Kutindih mama, kucium lagi, kurasakan tangannya mencari kontolku, ia pegang dan mengelusnya. Ciumanku turun ke leher, kujilati sampai pada kedua susunya, kusedot sedot putingnya bergantian.

“Mmhh.. ohh.. ahh..” Dia terus mendesah. Suara hujan deras yang diselingi petir membuat cuaca dingin, namun tubuh kami sebaliknya, semakin memanas.

Saat jilatanku sampai diperut kuputar tubuhku, sehingga kontolku mengenai kepala mama, kumajukan tubuhku sedikit sehingga tercita posisi 69, namun aku yang berada diatas, kubuka kakinya, kusedot memeknya, kontolku ia pegang dengan dua tangannya, dan mulai menjilatinya. perlahan mulai dimasukkan palkonku kemulutnya, walau hanya seperampat panjang yang masuk,.

‘sllrrpt sllrpt..’ suara sedotanku

‘mngogg.. hogg.. khugg.. slurtp.. mmgog kwahh.’ suara blowjob mama.

Beberapa menit kemudian kugigit pelan clitorisnya, dengan refleks, ia mengapit kepalaku sambil menjerit.

“Aahh.. aggghh.. hggg… ohh.” Pantatnya terangkat mengejang beberapa kali sambil memuntahkan cairannya. Nafasnya tersenggal senggal. Kuputar lagi posisiku kucium mulutnya, kubiarkan ia beristirahat sejenak… aku berbaring disampingnya…

Sesaat kemudian tangannya menarik tubuhku, lalu kutindih lagi tubuhnya, kakinya ia lebarkan mengangkang, lidahku menelusuri leher sampai ketiaknya, tangannya bergerak lagi mencari kontolku, ia gesekkan ke memeknya.

Kurasakan memeknya sudah sangat basah,

Kupegang kontolku, tangan mama kini berubah memelukku, kakinya melingkari pantatku. Palkonku sudah siap meluncur ketika menemukan pintu masuk memeknya.

“Aku sayang mama”.. Kubisikkan ditelinganya.

Ia semakin rapat memelukku, perlahan kugerakkan pantatku dan ..

‘Bless’..

Tak bisa kujelaskan rasa nikmat ini. Terasa mencengkeram kontolku, hangat, lembut, licin,

“Ahh… mmh..” Desah mama saat separuh kontolku masuk. Kutekan lagi.

“Hggggg…” Ia menahan teriakannya saat kontolku masuk seluruhbya.

Mulai kupompa pelan..

“Ahh.. mmmmh. ssst”. Suaranya membuatku semakin bernafsu. Kutingkatkan ritme pompaanku.

“Ahh.. mmmh.. ssst… hhgggg’“.

“Hoh.. ma… ahh.. hah”

Suara kami bersautan.

“Hah.. te.. terus.. nik.. nikmat.. sa.. yang”… mama mulai bicara terlebih memanggilku sayang, karena dari tadi hanya desahan yang ia keluarkan.

Ku sangga tubuhku dengan kedua tanganku, kufokuskan pada gerakan pantatku.

‘Plok.. plokk… plokk.. plookkk.’

“Aaaaahh.. ahhh.. hahh.. mmgghhggg..”

Suara mama semakin kencang.

Kudekap kedua pahanya, lanjut genjot lagi, sesekalu meremas dan memlintir putingnya.

“Ahh.. mam.. ma.. mau s.. sampai ..” kata mama.

Aku semakin bersemangat,

“Keluarin ma.. a.. ku si.. ap puasin ma.. ma.. kappan ssajja”..

“Ahh.. ahh. mmg gmggg hyaaaa… mmmhhggg”

Dia menarik dan mencakar punggungku, pundakku juga ia gigit, sakit, namun tidak kurasa karena nikmat ini lebih besar. Kakinya melingkar lagi dipantatku dan ia rapatkan sekuat tenaga sampai aku kesukitan bergerak.

Seluruh tubuhnya bergetar, memeknya mengeluarkan cairan hangat membasuh kontolku yang terrancap penuh

‘serrrr… seerrr. seeerrrr..’

“Hah.. hahh.. mmh. hah.”

Kubiarkan dirinya menikmati puncak yang ia dapat.

Kurasakan lilitan kakinya mengendur, saat kontolku akan kucabut, ia merapatkan lagi

dia berbisik.

“Biarkan dulu sayang..”

“Iya ma…” Jawabku singkat.

Setalah beberapa menit nafasnya mulai teratur,

Kontolku yang masih tegang maksimal kucabut, kurebahkan tubuhku disampingnya lagi, namun tidak kusangka, tubuhnya menaikiku, ia pegang kontolku, lalu dituntun ke memeknya, ia gesek sebentar dan..

‘Blesss.’

“Ahh…” Suara kami berbarengan.

Ia diamkan sebentar, menundukkan tubuhnya, mengecup keningku, lalu turun melumat bibirku.

Sensasi luar biasa yang kudapat,

Ia goyang pelan tubuhnya, tangannya bertumpu didadaku,

“Ahhh.. mmhh.. ahh.”

“Ahh.. ma.. enak.. ma”

Goyangannya bervariasi, kadang naik turun, maju mundur, memutar, benar benar luar biasa. Satu hal yang perlu kubanggakan, aku belum merasakan tanda tanda mau ejakulasi. Aku mengimbangi goyangannya dengan menggenjot dari bawah.

Beberapa menit kemudian.

Mama mulai menjerit lagi..

“Ahh.. agghhh.. mmhggg.. aakk.. u.. kkkeluar..”

‘Serrr… serrrf.. serrr..”

Dia merubuhkan tubuhnya diatasku. Nafasnya ngos ngosan..

Aku tidak tahu berapa lama durasi saat pertama kami mulai bergumul sampai ia keluar 3kali, karena suasana yang gelap gulita.

Ia cabut kontolku, merangkak kebawah tubuhku, lalu ia blowjob lagi,

“Slrrpt mhoogg.. hoogggh hooghhhh hueegg.”

Ia berusaha memasukkan kontolku sedalam yang ia bisa, kukira saat ini separuh kontolku yang ia bisa masukkan.

“Ahh.. ma… jangan dipaksain, nanti tenggorokan mama sakit” Kataku..

“Mmgg.. kwagh. ga papa sayang mama akan berusaha… hoogghh hogghgg”

Kupegang kepalanya agar tidak terlalu cepat, aku kasihan padanya.

Lalu ia merangkak lagi diatas tubuhku, kali ini kurasakan tubuhnya membelakangiku.

“Mama masih kuat??” Tanyaku.

“mmh.. kamu belum keluarkan?” Dia balik tanya.

“Gak papa ma, aku senang bisa membuat mama puas”. Jawabku.

“Gak adil dong… masak mama sendiri yang dapet puncak”

Ia masukkan lagi kontolku. dan menggoyangnya.

“Ahh.. hmm. sst..”

“Hooh.. uhh.. haaah”

Mungkin karena capek Ia perlahan berbaring diatasku, ku imbangi lagi dengan dorongan dari bawah.

“Hah.. huhh. mama capek??” Tanyaku..

“Hmmh. hah… gak.. pa.. pa. kok mmh. sst.” Jawabnya.

Kumiringkan tubuhnya, kuangkat sebelah kakinga, lalu ku genjot dari samping..

“Ahh.. ter.. uss sayang..” Kata mama

“Hohh.. mmhh me.. memk mama.. nikmat” jawabku.

“Ahh. kon. tolmu.. ju.. ga mantab.. ahh.. ssyang” Timpanya.

Mendengarnya bilang kontol, aku jadi semakin membara,

Karena kugoyang agak keras, tubuh mama jadi semakin telungkup, lalu tindih dari belakang dan ku pimpa lagi.

“Mgg.. mggg.. haggghh.. hhmm”

kudengar suaranya agak berat, kelihatannya susah bernafas, karena posisi telungkup, jadi kutarik tubuhnya, jadi posisi dogy.

“Ahh.. mggmmhh.. hohh..”

“hahh.. hoohhh.. hossh..”

Mulai kurasakan tanda tanda nikmat di kontolku. Kupompa lebih keras lagi dengan menarik kedua tangan mama dari belakang.

“Ahh.. add.. duhh.. heerr.. pell.. lan di.. kit.. m.. ma.. ma nannti.. kelluar.. lagi”

Tidak kupedulakan kata katanya, niatku dari awal ingin membuatnya keluar berkali kali agar dia puas.

“Ahh.. ah.. mmhh. ssst. Hagghhh mgghhh tti.. dakk..”

Serrr.. serrr.. serrr..

Kurasakan semprotan yang banyak seperti kencing membasahi perut dan pahaku.

Tubuhnya mengejang hebat, aku sampai khawatir..

Sementara kuhentikan lagi.. Kurebahkan tubuhnya disampungku

“Hah.. ka.. mu belum ke.. luar her.?” Tanya mama.

“Tenang aja ma…”

Dia diam, hanya nafasnya yang masih memburu,

Tiba tiba Ia nenaiki tubuhku lagi,

“Ma.. jangan paksain diri!” Kataku.

“Hah.. j. jangan remehin.. mama ya!” Jawabnya.

Aku tersenyum dalam kegelapan,

Dia masukkan lagi kontolku, karena mungkin memek mama sudah menyesuaikan dengan ukuran kontolku, kali ini langsung masuk semuanya… kurasakan dia tidak menggoyang tubuhnya, namun tiba tiba kontolku seperti disedot sedot, sensasi apa lagi ini, seperti dipelintir dalam memeknya. sial nikmat banget.

Tanpa sadar kugoyang dari bawah, ia perlahan mengimbangi, tapi anehnya otot vaginanya masih tetap menyedot nyedot kontolku, dari info seputar seks, tehnik ini memang jarang wanita yang mengetahuinya.

tak kusangka mama lincah memainkannya.

“Ahh.. ma.. nikmat. m. banget..” Kugoyang lebih keras lagi..

“Ahh.. g gimana.. ud.. dah mau.. nyammpey?” tanyanya.

“Huhh.. ii.. ya ma bentar lagi.”

Ia juga semakin cepat menggoyang pinggulnya,

“Ahh.. ahh.. mmhhh.. sstt.”

Aku bangkit, kupeluk mama, dipangkuanku, ia terus bergoyang, sambil mengempot kontolku, seakan mengeluarkan jurus rahasianya.

“Ahh.. hoohhs.. maa.. akk. ku mau.. ke.. luar”.

“Hmmhg.. hggg.. hh… hgg.. ma.. ma juga..”

Kupeluk erat tubuh semoknya, Ia melumat dan menyedot lidahku.

‘Croot.. croottt.. crooot..“.

‘seerrr.. serrr.. serrr’

Kami meraih puncak bersama.

Aku berbaring, memeluk mama diatasku,

kontolku masih menancap di memeknya,

Sebenarnya aku masih kuat untuk ronde berikutnya, namun aku kasihan mama, sepertinya ia sudah kelelahan, sebenarnya sih gak fair, soalnya tadi aku sempet minum ramuanku, sedang dia mungkin tidak ada persiapan.

Kurasakan tanganku menyentuh kain, mungkin ini sarungku tadi, kutarik menyelimuti kami berdua, ada beberapa pakaian yang berserakan disampingku, kuambil juga kutumpuk diatas tubuh kami, agar lebih hangat, kudengar diluar hujan mulai reda.

“Makasih ma.. Aku sayang mama” Bisikku ditelinganya.

Sebenarnya jika ku ewek mama tanpa rencana matiin listrik segala mungkin bisa saja, tapi kupikir aku dan mama jadi agak canggung dan malu. Kalo listrik padam gini kan kita bisa saling lepas birahi tanpa rasa malu. 😃.

Dia tidak menjawab malah kupingku digigit. kudengar tawa kecilnya. Setelah nafas kami sudah teratur.

Perlahan mama mulai mendengkur halus, kubelai punggung dan rambutnya, kucium keningnya… kuputuskan untuk tidur juga…

🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu