2 November 2020
Penulis —  qsanta

Keluarga Maemunah

Beberapa hari berlalu, dengan kegiatan yang sama. Awalnya Munah merangkak dengan perlahan, karena belum terbiasa dan lututnya pun lecet akibat gesekan dengan lantai dan atau rumput. Namun, setelah beberapa hari, pergerakan Munah mulai cepat akibat terbiasa. Bahkan bisa dibilang berlari. Suatu sore, setelah kegiatannya selesai, Munah makan kudapan bersama anaknya sambil menunggu suaminya pulang.

“Mah, kok mama doyan bener sih nyiksa si Oni. Emang gimana rasanya?”

“Kan kamu yang punya idenya. Mama hanya mencoba merealisasikannya.

“Awalnya mama juga gak menyadari, namun setelah si Oni ditarik beberapa kali sebelum akhirnya ngentot mama, membuat pejunya mengalir lebih banyak lagi. Juga kontol dan buhulnya serasa lebih besar.

“Dapet ide dari mana kamu?”

“Dari temen mah.”

“Apa? Kamu ceritakan semua ini ke temenmu?”

“Oh, tentu tidak dong mah. Itu sama saja bunuh diri.”

“Bagus deh kalau kamu mengerti.”

***

Seorang anak kecil baru dibelikan sepeda oleh orang tuanya. Setelah berlatih beberapa hari, anak itu pun jadi bisa bersepeda, meski belum mahir. Awalnya dia bersepeda di lingkungannya, yang aman dari kendaraan bermotor. Namun suatu hari, dia tergelitik untuk bermain sepeda di jalanan.

***

Memikirkan anaknya yang sedang dirawat di puskesmas membuat seorang bapak tidak bisa fokus bekerja. Pekerjaannya sebagai sopir bis kota membuat dia harus berkonsentrasi penuh saat mengendarai kendaraannya. Namun apa daya, beban pikirannya membuat dia tak bisa fokus.

***

Ingat akan istrinya membuat seorang pria ingin membelikan makanan kesukaannya. Beruntung penjual makanan tersebut jaraknya hanya beberapa ratus meter dari kantornya. Saat jam makan siang, pria itu putuskan untuk berjalan kaki di trotoar menuju tempat penjual makanan. Terbayang olehnya ekspresi terkejut istrinya saat dia pulang sambil membawakan makanan kesukaannya.

***

Seorang anak begitu riang mengendarai sepedanya di jalan raya, meski hanya di sisi jalan.

***

Seorang supir terus berkomunikasi melalui pesan pendek dengan istrinya. Terus bertukar kabar mengenai kondisi anaknya terkini, yang sedang dirawat di rumah sakit.

***

Seorang pria memperhatikan seorang anak yang sedang bersepeda dengan riang, meski di sisi jalan. Namun baru beberapa detik dia memperhatikan anak itu, anak itu terjatuh dari sepedanya.

***

Tak seperti biasanya yang selalu ngebut kejar setoran, seorang sopir memutuskan untuk mengendarai busnya di sisi jalan sambil bertukar pesan dengan istrinya. Namun saat matanya memandang ke depan, di hadapannya sudah tergelak anak kecil di samping sepedanya. Otomatis tangannya membunyikan klakson beberapa kali.

Mendengar suara klakson membuat seorang pria menoleh ke belakang. Dia terkejut menyadari ada bus yang akan menabrak seorang anak kecil. Tanpa pikir panjang, pria tersebut mendekati anak kecil, meraihnya dan mendorongnya ke trotoar hingga si anak kecil tersebut terjatuh ke trotoar. Namun saat sang pria tersebut akan lari ke trotoar, ternyata laju bus tak tertahankan lagi, hingga pria itu pun tertabrak bus.

***

Beberapa saat setelah Munah bercakap - cakap dengan anaknya, telepon rumah berbunyi, memanggil empunya rumah agar mengangkat gagangnya.

“Halo…

“Iya pak…

“Kenapa? Betul pak.

“Di mana sekarang pak?”

***

“Ada apa sih mah? Kok kayak yang panik gitu?”

“Papamu ketabrak. Kita ke rumahsakit sekarang.”

“Rumahsakit mana mah?.”

“Rumahsakit bersalin nak. Ya rumahsakit umum dong.”

***

Ternyata apa yang Munah takutkan benar - benar terjadi. Mitos yang diceritakan oleh kakeknya benar - benar nyata. Suaminya tertabrak hingga meninggal. Hati Munah hancur mengenang itu semua. Berkeping - keping jadinya. Air matanya jatuh bercucuran, seolah tiada lagi harapan. Tiada seindah sebelumnya, dunia berseri - seri.

***

Beberapa minggu Munah lewati dengan dirudung kesedihan. Namun akibat penghiburan yang didapat dari anaknya, perlahan - lahan Munah pun mulai merelakan kepergian suaminya.

“Udah mah, relakan ayah pergi, apalagi yang mama tangisi?”

“Iya nak. Semogalah pengganti ayahmu dapat lebih mengerti hati mama.”

“Memang berat Beni rasakan, ditinggalkan ayah sekarang. Namun harus bagaimana, semua ini harus kita jalani.”

“Mama hanya bisa mendoakan, agar ayahmu selalu bahagia.”

“Iya, biar Beni coba jadi pengganti ayah.”

“Makasih nak.”

Air mata Munah jatuh tak tertahankan mendengar ketegaran dan usaha anaknya untuk menghibur dirinya.

***

“Nih mah, kado buat mama!”

“Wah, apaan nih?”

Beni pulang lantas menyerahkan kado untuk Munah. Munah terlihat senang dan langsung mengambil kadonya.

“Boleh mama buka sekarang?”

“Iya mah. Buka aja!”

Seperti anak kecil, Munah langsung membuka kadonya. Namun saat melihat isinya, Munah tak bisa menyembunyikan kebingungannya. Di dalamnya terdapat sebuah kotak berisi kalung anjing dan tali kekangnya. Namun berwarna merah muda.

“Apa ini? Kan si Oni udah punya. Lagian yang dulu juga masih bagus.”

“Hehe… Itu bukan buat si Oni mah, tapi buat mama?”

“Buat mama gimana?”

“Gini aja, mama berlutut dulu deh.”

Tanpa pikir lagi, Munah langsung berlutut. Ternyata kalung anjing baru itu langsung dipasangkan anaknya ke lehernya. Lantas tali kekangnya ditarik dua kali.

“Terus gimana?”

“Jalan mah, ikuti Beni.”

“Oh, kamu ada - ada aja.”

Munah merangkak sambil lehernya terikat kekang yang dipegang anaknya. Beni lantas berjalan lambil menarik tali kekang. Otomatis Munah merangkak mengikuti kekang hingga ke kandang si Oni yang ada di halaman belakang. Sebuah kandang yang berbentuk seperti bui atau penjara, dengan panjang dua meter dan lebar lima meter.

“Nah, biar mama gak sedih lagi, Beni pasangkan deh sama si Oni. Biar si Oni bisa berduaan bareng sama mama.”

“Kamu tuh bener - bener gila.”

“Ya udah, kalau mama gak suka tinggal lepas aja kalungnya. Gampang kok.”

“Gak ah, biar mama lihat dulu seberapa jauh kamu melangkah.”

Melihat pemiliknya yang kini sama - sama merangkak, bahkan sama - sama memakai kekang membuat Oni girang. Lidahnya kini sibuk menjilati pantat Munah mencari liang memeknya. Munah langsung kegelian menahan nikmat. Birahi Munah langsung naik. Tanpa menunggu lama, Munah langsung bicara.

“Oni, entot mama!”

Mendapat perintah itu membuat Oni langsung naik ke punggung Munah sementara kontolnya berusaha menerobos memek Munah. Kini Oni dibiarkan langsung ngentot, tanpa ditarik - tarik terlebih dahulu. Tekanan tangan Oni di punggung membuat kepala Munah tergeletak di rumput, sedang pantatnya masih di atas, tertahan oleh pahanya.

Pembesaran buluh dan tusukan Oni membuat Munah mudah meraih orgasmenya lagi dan lagi. Kali ini Munah dibiarkan berdua dengan Oni. Saat Oni akhirnya menyemprotkan peju, Munah telah beberapa kali orgasme. Kontol Oni terus menyemprotkan peju membuat rahim Munah serasa penuh.

Puas ngentot, Oni berbalik sehingga posisinya saling memunggungi Munah. Hanya saja mereka berdua masih terikat oleh buluh anjing yang masih besar mengganjal. Oni seperti ingin maju, namun tertahan oleh diamnya Munah karena kecapean.

Beberapa saat kemudian, buluh itu akhirnya mengecil dan kontol Oni pun lepas. Oni langsung duduk sambil menjilati dirinya sendiri. Sedang Munah disodori kontol oleh anaknya.

“Isep dong mah, jilatin juga yah.”

“Hm, kamu mau yah…”

“Iya dong mah. Abis mama seksi deh.”

“Ah, gombal aja kamu.”

“Iya mah, serius.”

“Masa mama kotor gini kamu bilang seksi.”

“Tapi mama cocok terlihat kotor kayak gini. Biar kayak betinanya si Oni.”

Tangan Beni meraih rambut Munah dan mengarahkan kepalanya hingga kontolnya bisa dijilati Munah. Munah langsung melahap kontol anaknya dengan riang. Jilatan demi jilatan, hisapan demi hisapan, Munah lakukan sambil tetap berlutut.

“Ah… jilat mah… enak…”

“Mmmmhhh…”

“Mama jadi betinanya si Oni aja ya mah.”

“Ssllrrppp…”

“Biar Beni jadi punya dua peliharaan.”

Munah melepaskan kontol dari mulutnya.

“Masa mama sendiri kamu jadiin peliharaan sih?”

“Iya mah. Jadi Beni punya sepasang anjing. Kasihan si Oni kalau sendirian terus. Mau gak mah?”

“Iya deh sayang.”

“Asik. Terusin dong mah nyepongnya!”

Tangan Beni kembali menarik rambut Munah. Munah kembali menyepong Beni hingga akhirnya Beni menyemburkan peju di mulut mamanya sendiri.

“Telen mah, bagus proteinnya buat tubuh.”

“Hmmm… glp… glp…”

Munah berusaha menelan peju anaknya hingga habis, namun tetap ada beberapa tetes yang mengalir keluar dari mulutnya.

Malamnya, Munah dan anaknya kembali bersenggama di kamar anaknya, berdua saja tanpa si Oni.

“Ingat gak apa yang kamu minta tadi siang sayang?”

“Iya mah, Beni ingat. Kenapa memang?”

“Mama mau melakukan apa yang kamu minta, dengan satu syarat.”

“Apaan syaratnya mah?”

“Asal kamu mesti makin rajin belajar hingga dapet rangking satu. Mama ingin kamu bisa dapet beasiswa saat kuliah nanti.

“Seandainya nilai kamu malah menurun, mama akan hentikan permainanmu ini. Ngerti kamu?”

“Ngerti dong mah. Galak bener sih.”

“Mama galak kan demi masa depanmu juga sayang.”

“Iya mah, makasih. Hehehe…”

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu