2 November 2020
Penulis —  qsanta

Keluarga Maemunah

Hari demi hari telah terlewati. Munah mulai terbiasa dengan perlakuan yang diterima dari anaknya. Mulai dari mengurus libidonya, makan dari makanan yang dikasihkan anaknya, hingga makan makanan anjing.

Tahun baru tiba, enam bulan lagi Beni ujian.

“Kamu mau nerusin ke sma mana nak?”

“Gak tahu mah, Beni juga bingung.”

“Kok bingung. Kan kamu yang mau sekolahnya.”

“Kondisi keuangan kita sebenarnya gimana sih mah?”

“Yakin kamu mau ngomongin ini?”

“Iya dong, biar bagaimana pun kan Beni tetep sekolah, sementara mama gak kerja.”

“Mama juga usaha kok. Meski kecil - kecilan?”

“Usaha apa, kok Beni gak tahu?”

“Nitipin uang.”

“Nitipin uang gimana?”

“Suatu saat, temen mama curhat lagi kesusahan. Katanya suaminya belum dapat penjualan, sedang anaknya mesti bayar spp. Nah, mama tawarin buat titipin uang mama ke dia, biar dia balikin tiap hari. Ntar kalau ada rezeki lebih, siapa tahu mama dapat bagian.”

“Itu sih sama aja kayak kosipa.”

“Kamu tau kosipa juga?”

“Iya dong. Temen juga ada yang cerita kalau orang tuanya pinjem uang ke kosipa.

“Trus gimana hasilnya mah?”

“Ya lumayanlah buat nyambung hidup.”

“Resikonya gimana?”

“Resikonya yang tetap ada. Tapi mama bisa mengaturnya.”

“Ngaturnya gimana?”

“Ya awalnya tiap orang mama titipin sedikit dulu. Seratus dua ratus. Kalau abis, mama naikin lagi seratus dua ratus.”

“Sekarang kalau ada yang gak bayar gimana?”

“Ya mama gak bisa ngapa - ngapain. Dibiarian aja, kalau dia butuh lagi, mama suruh lunasin dulu yang kemarin. Baru mama kasih titipan lagi.”

“Rugi dong mah?”

“Kalau dilihat dari sisi itu sih rugi. Tapi kalau mama pake cara kekerasan, ntar takutnya yang lain jadi pada beralih.”

“Mama nih, kalau soal duit pinter aja. Tapi kok Beni gak pernah liat ada tamu sih mah?”

“Ya kan datangnya juga pas kamu lagi sekolah.”

“Siapa aja sih yang minjem mah?”

“Temen ada, tetangga juga banyak.”

“Kok tetangga juga banyak? Emang pada ngomongin utangnya ke mama ya?”

“Enggak dong. Mama gak pernah bilangin utang seseorang ke orang lain. Mama kan sering ngobrol sama tetangga. Kalau ada gelagat lagi kesusahan, mama deketin, main ke rumahnya. Ngobrol, eh tau - tau dia sendiri yang bilang butuh uang.”

“Canggih bener.”

“Kamu mau coba?”

“Coba apanya mah? Main ke tetangga?”

“Hahaha… ya enggak dong. Maksud mama minjemin uang.”

“Kan udah sama mama.”

“Ya kamu buat pelanggan baru. Temen sekolahmu misalnya.”

“Wah, ide bagus mah.”

“Kamu mulai aja dari yang sedikit. Ntar kalau lancar, naikin pinjemannya.”

“Siap mah.”

***

Begitulah kehidupan Beni kini. Selain menikmati hidup dengan dua peliharaan, dia juga mulai memainkan peran membantu sesama siswa di sekolahnya. Ternyata pelanggannya bervariasi. Laki, perempuan, murid pendiam, anak nakal. Tak pernah Beni beritahukan kepada pelanggannya kalau temannya yang lain pun meminjam uang padanya.

Di sisi lain, tingkah laku, pola pikir Munah mulai mendekati apa yang Beni inginkan. Tindak tanduk Munah sebagai peliharaannya juga makin lancar, meski saat anaknya tak ada, Munah kembali ke kehidupan manusia sewajarnya, sebagai seorang janda yang sering membantu sesama dengan meminjamkan uang.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu