2 November 2020
Penulis —  qsanta

Keluarga Maemunah

Menjelang ebtanas, Munah jadi merasa terpinggirkan. Maklumlah, anaknya kini jadi rajin belajar meski tanpa Munah suruh. Mungkin dia ingin masuk sma favoritnya, pikir Munah. Munah ingin dimanja - manja, tapi anaknya cuek - cuek aja.

Detik - detik berganti dengan menit dan menit pun terus berganti. Hari - hari pun terus berganti. Kini saat Beni ujian untuk menentukan kelulusannya.

“Gimana ujiannya?”

“Lumayan pusing mah.”

“Tapi udah selesai kan?”

“Iya dong. Sekarang waktunya nunggu mah.”

“Sabar menanti.”

“Si Oni mana mah?”

“Tuh di luar. Tapi mama perhatiin kok dia jadi beda ya?”

“Beda gimana?”

“Dia jadi suka makan rumput. Terus kontolnya digesek - gesekin ke tanah gitu.”

“Terus?”

“Coba kamu bawa dia ke dokter.”

“Iya deh mah.”

***

Esoknya Beni membawa peliharaanya ke dokter hewan untuk diperiksa. Setelah menunggu beberapa saat, Oni pun masuk ditemani tuannya.

“Selamat siang, ada keluhan apa nih…”

“Ini dok, anjing saya …”

“Oh begitu, coba saya cek dulu.”

Sementara Oni diperiksa, Beni menunggu dengan sabar. Iseng, matanya memperhatikan sang dokter. Rambut pendek diponi, berkacamata. Wajahnya pun biasa, menurut Beni tidaklah cantik. Tubuh yang pendek membuat sang dokter terlihat gemuk berlebih.

Merasa diperhatikan, sang dokter tersenyum, meski matanya tetap fokus pada pasiennya.

Melihat dokter tersenyum, Beni seperti tersadar, lantas memperhatikan sekelilingnya. Meski tempat praktek dokter ini terletak di jalan yang agak ramai, namun ternyata tempatnya malah sepi. Hanya ada dokter dan penjaganya.

“Hm… Siapa namanya saya lupa?”

“Oh, Oni dok.”

“Jadi begini. Oni terjangkit virus.”

“Bisa disembuhkan gak dok?”

“Nah, biar kita langsung saja. Sekarang permasalahannya bukan pada disembuhkan atau tidak. Tapi pada sumbernya.”

“Maksud dokter?”

“Adek beruntung bawa anjing adek ke sini. Karena ibu bisa jaga rahasia.”

“Beruntung gimana nih?”

“Oni terjangkit virus akibat kawin.”

“Kalau itu sih biasa dong dok.”

“Sabar, maksud ibu, bukan kawin sembarang kawin. Tapi terjangkit virus akibat kawin dengan bukan anjing. Sampai sini, adek ngerti maksud ibu?”

Beni terkejut mendengar paparan dokter.

“Iya dok, saya paham. Terus gimana ini?”

“Saya jelaskan dulu biar gak ada salah paham diantara kita. Kalau adek berobat ke dokter lain, bisa jadi dokter itu bertanya dan memojokan. Atau malah lebih parah, tanpa bertanya langsung menghubungi polisi.”

“Polisi dok? Kok sampai bawa - bawa polisi sih?”

“Karena, seperti yang ibu bilang, virus ini ada akibat anjing ini kawin dengan selain anjing. Atau katakanlah manusia.”

“Oke dok, katakanlah si Oni ini kawin sama orang. Terus?”

“Fase awalnya, memang pertama anjing ini yang akan merasakan efeknya. Selang beberapa saat kemudian, si orang yang kawin dengan anjing ini bakal terinfeksi. Kalau tak diobati bisa bahaya. Bahkan bisa menjadi penyakit menular seksual.

“Terus, kalau secara kebetulan adek bawa orang tersebut ke dokter umum, bisa jadi pertanyaan, bisa jadi berabe lagi.”

“Terus gimana dong dok solusinya?”

“Kalau anjing ini sekarang juga bisa ibu kasih vaksin. Dijamin asli vaksinnya. Tapi, orang yang berhubungan dengan anjing ini juga mesti divaksin. Kalau adek mau, ibu bisa sekalian beri vaksin orangnya.”

“Terus, soal polisi tadi gimana?”

“Kalau orang tersebut berobat ke dokter lain, ada kemungkinan dokter tersebut melibatkan polisi. Tapi kalau berobat sama ibu, dijamin aman.”

“Baiklah dok, kalau gitu akan saya bawa orangnya ke sini. Secepatnya.”

“Bagus. Lebih cepat lebih baik.”

***

“Gimana si Oni? Diobati belum?”

“Udah. Kalau soal si Oni sih gampang. Tapi…”

“Tapi apa?”

“Jadi gini mah. Ternyata si Oni terjangkit virus akibat kawin sama mama.”

“Hah? Terus gimana dong?”

“Ya mama juga mesti diobati. Biar gak menular.”

“Ya udah, ntar mama ke dokter.”

“Tunggu mah. Jangan sembarang ke dokter. Bisa celaka.”

“Celaka gimana?”

“Kata dokter tadi, kalau mama sembarang ke dokter, ntar ada kemungkinan dokter tersebut laporin mama ke polisi. Karena si dokternya pasti tau kalau mama kena virus akibat kawin sama binatang.”

“Terus gimana dong solusinya?”

“Mama tinggal datang aja ke dokter yang tadi.”

“Masa mama ke diobati dokter hewan sih nak?”

“Daripada daripada mah. Mending cari aman saja.”

“Terus, emang kalau sama dokter itu aman?”

“Iya, ntah kenapa perasaan Beni mengatakan kalau dokter itu bisa dipercaya.”

“Ya udah. Terserah kamu aja deh.”

“Kalau gitu, sekarang aja yuk mah. Mumpung matahari masih menyinari.”

***

Munah dan anaknya tiba di tempat praktek dokter hewan tersebut. Sementara Munah duduk di ruang tunggu, Beni menghampiri pegawai jaga lantas bilang kalau dia kembali atas perintah dokter. Petugas jaga lapor ke dokter, lantas menyilakan Beni dan mamanya masuk.

“Sore dok. Ini saya bawa yang mau divaksin.”

“Sore juga dek. Silakan duduk bu.”

“Iya dok. Makasih.”

“Jadi begini bu, tadi telah saya jelaskan panjang lebar ke adek ini perihal persoalannya. Apakah ibu sudah mendengar penjelasannya?”

“Iya dok sudah.”

“Baiklah, biar saya tidak terlalu banyak membuang waktu ibu, silakan berbaring di sini.”

“Di sini dok?”

“Iya.”

Munah lantas berbaring di tempat yang biasa dipakai oleh binatang. Proses injeksi pun berlangsung dengan tidak terlalu cepat. Setelah selesai, mereka kembali duduk.

“Setelah ini, ibu dan peliharaan ibu jangan dulu bersenggama, kepada siapa pun. Setidaknya selama satu bulan.”

“Baik dok.”

“Baiklah. Ada lagi yang mau ibu dan atau adek tanyakan lagi?”

“Sementara ini tidak dok.”

“Kalau nanti ada pertanyaan atau keluhan, datang saja langsung. Biar saya bilang ke penjaga agar memprioritaskan ibu dan atau adek kalau datang lagi.”

“Iya dok. Makasih.”

***

Munah pun pulang dengan hati girang. Atas anjuran sang dokter, ibu dan anak serta anjingnya tidak bersenggama selama sebulan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu