2 November 2020
Penulis —  qsanta

Keluarga Maemunah

Karena tiada aktifitas berarti selain menunggu hasil pelulusan, Beni mencoba berpikir kreatif. Sedari sore, beni mematikan lampu di kamarnya. Setelah itu, Beni meminta agar mamanya jangan mengganggunya dan atau memasuki kamarnya hingga hari yang belum ditentukan.

Munah merasa was - was dan terkejut akan permintaan anaknya. Namun Munah mencoba meyakinkan diri bahwa anaknya tahu apa yang akan diperbuatnya.

Malam hari pun tiba. Purnama mengambang di angkasa, bintang berkelipan dan juga awan. Rupanya Beni telah memperhitungkan segala. Di kamarnya, Beni melepas pakaian hingga telanjang. Beralaskan lantai yang dingin, Beni lantas duduk bersila. Tangannya diposisikan di depan perut. Matanya ditutup. Lantas Beni mencoba melakukan tapa brata.

Semalam suntuk Beni tetap diam dalam posisi tersebut, hingga akhirnya Beni tersadarkan oleh suara ayam berkokok. Beni membuka mata lantas menyadari adanya suatu keanehan. Selama ini, meski kadang Beni begadang hingga tidak tidur, belum pernah Beni dengar suara ayam berkokok. Namun kali ini, entah kenapa Beni malah mendengarnya.

Setelah memikirkan perkara ayam, mendadak Beni mendapat ide. Setelah berpikir sebentar, Beni lantas mandi membuat kopi.

Munah yang sedang beres - beres terkejut mendapati anaknya telah bangun sepagi ini dan membuatkannya segelas susu untuk perawatan tulang. Paginya, Beni lantas pergi ke tukang las. Beni memesan cap untuk kuda. Cap tersebut berupa tulisan tiga baris. Baris pertama kata - katanya adalah “Anjing.

Rupanya tukang las tersebut sering mendapat pesanan serupa, sehingga Beni tak kesulitan menjelaskan pesanannya.

Selesai dari tukang las, Beni mendatangi tempat praktek dokter hewan. Daftar lantas menunggu. Rupanya Bu Dokter sedang memeriksa pasien. Setelah beberapa saat, Beni pun masuk.

“Wah, kebetulan nih. Silakan duduk.”

“Makasi dok.”

“Ada keluhan apa sekarang?”

“Gini dok. Saya kan bikin cap dari besi. Rencananya cap itu mau saya panaskan hingga membara, terus saya tempelkan ke wanita yang kemarin.”

“Gila. Liar, tapi Ibu suka dengan ide dan keterusteranganmu. Lanjutkan.”

“Nah, pertanyaan saya, setelah cap itu saya tempelkan, untuk luka bakarnya saya mesti gimana?”

“Oh, untuk itu. Itu masuknya luka bakar tingkat satu. Nih saya kasih resep salep dan cairannya, biar kamu tebus nanti di apotek. Cara pakainya, setelah besi panas tersebut dilepas, biarkan dulu sepuluh detik. Setelah sepuluh detik, seprot dengan cairan ini. Setelah kering, olesi salepnya.”

“Masa penyembuhannya kira - kira berapa lama dok?”

“Kira - kira dua minggu dek. Oh ya, kalau boleh ibu tanya, wanita kemarin itu, siapanya adek ya?”

“Oh, itu ibu saya dok.”

“Siapa? Gak salah?”

“Iya dok. Ibu saya.”

“Gila. Benar - benar luar dari pada biasa.”

“Hehe…”

“Tenang, tidak perlu khawatir. Ibu tidak akan buka mulut kok.”

“Iya dok makasih.”

“Jadi pingin main nih kapan - kapan ke rumah adek.”

“Ide bagus tuh dok. Biar saya ada teman medis. Ditunggu dok kunjungannya.”

***

Setelah Beni dan dokter bertukar kontak serta alamat, Beni pun pergi ke apotek untuk membeli obat luka yang diresepkan. Esoknya, Beni mengambil cap pesanan di tukang las.

“Mah, sini dong.”

“Ke mana?”

Siangnya, Munah merangkak ke belakang rumahnya, mengikuti anaknya, tentu dengan telanjang.

“Telungkup mah?”

“Kamu tuh ada - ada aja. Emang mau ngapain lagi?”

“Ada deh, kejutan buat mama. Hehehe.”

Setelah Munah telungkup, kaki dan tangannya diikat hingga tubuh Munah telungkup seperti membentuk huruf X. Setelah ikatannya dirasa kuat, mata Munah ditutupi kain hitam. Mulutnya pun disumpal cd Beni.

“Hmm… mmm…”

“Diam sebentar mah. Jangan banyak gerak.”

Beni lantas memanaskan besi cap di kompor gas. Sambil nunggu, Beni menyiapkan lantas menaruh cairan obat di dekat tubuh mamanya. Setelah melihat besi cap menyala, Beni mengambilnya lantas ke belakang rumahnya. Besi cap tersebut Beni tancapkan di pantat kanan mamanya.

Munah merasakan pantatnya seperti ditempeli es, dingin. Namun rasa dingin tersebut hanya bertahan secuil. Kini, rasa dingin tersebut berubah menjadi rasa panas seperti terbakar. Otomatis Munah menggerakan tubuh sambil mencoba berteriak. Namun, teriakan Munah tertahan oleh cd anaknya yang tertanam di mulutnya.

Setelah itu, Munah merasakan pantat kanannya disiram cairan. Rasanya perih hingga Munah pun tak sadarkan diri.

***

Beni panik melihat mamanya pingsan. Beni lantas menghubungi dokter menanyakan hal ini. Dokter mengatakan kalau itu wajar dan biarkan saja karena nanti juga sadar sendiri.

Setelah telepon ditutup, Beni merasa lega. Beni buka ikatan di tangan dan kaki mamanya. Beni juga buka penutup mata dan sumpal di mulut mamanya.

***

Munah tersadar dengan rasa perih tiada terkira di pantat kanannya.

“Baru bangun ya mah?”

Munah melihat anaknya sedang duduk di kursi di dekatnya. Terlihat kopi di sebelah kursinya.

“Kamu ngapain mama sih?”

“Tenang mah, cuma Beni kasih tanda.”

“Tanda, tanda apaan?”

Munah berdiri, lantas memiringkan kepala mencoba melihat pantat kanannya. Namun usahanya tak begitu sukses, Munah tak bisa melihat secara jelas.

“Nih mah kalau pingin lebih jelas.”

Munah mengambil hp anaknya. Di layar terpampang jelas pantatnya yang kini bertuliskan “Anjing Peliharaan Beni,” dalam tiga baris.

“Gila kamu. Bener - bener gila. Panas tahu.”

“Iya Beni tahu. Tapi tenang saja, Beni udah nanya ke dokter kok. Aman, apalagi Beni juga udah beli obatnya. Kata dokter, tinggal oles aja pagi dan sore selama dua minggu. Dijamin cepet kering.”

“Terus mama mesti gimana nih?”

“Ya sementara ini mama tidurnya telungkup aja dulu. Biar gan konveksi, mama tidur di kasur aja dulu.”

“Gak di kandang lagi?”

“Iya.”

“Salah kamu.”

“Salah apanya?”

“Yang benar tuh infeksi, bukannya konveksi.”

“Eh iya, itu maksud Beni.”

***

Begitulah kehidupan Maemunah selama beberapa hari kemudian. Jarang duduk. Apabila capek, telungkup di kasur. Apabila bersosialisasi dan atau menerima tamu yang akan menyerahkan sedikit rupiah, diterimanya dengan berdiri. Apabila ada yang bertanya kenapa, dijawabnya menderita bisul di pantat.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu