2 November 2020
Penulis —  Neena

Malam Malam Jahanam

**Part 03

Tadinya kupikir Mama ingin main dalam posisi WOT, karena beliau berlutut dengan kedua lutut berada di kanan - kiri panggulku. Tentunya dengan memek berada di atas kontol ngacengku. Tapi ternyata tidak. Mama bergerak terus ke atas, sehingga memeknya persis berada di atas mulutku. Pada saat itulah Mama berkata, “Jilatin dulu memek Mama sampai basah ya.

“Siap Mam. Memek Mama seperti enak ngejilatinnya,” sahutku sambil membiarkan memek Mama turun sampai “hinggap” di bibirku.

Kedua tanganku mengangakan memek tembem Mama yang bersih dari jembut ini. Sehingga tampaklah bagian dalamnya yang berwarna pink itu. Bahkan kelentitnya pun tampak menonjol. Kata Mamie, kalau kelentit sudah muncul dari “persembunyian”nya, berarti pemilik kelentit itu sudah horny berat. Dalam kalimat lain, Mama juga sudah horny, makanya bersedia mengabulkan keinginanku.

Mama mulai mendesah - desah ketika aku mulai gencar menjilati memeknya. Bahkan ketika aku fokus menjilati kelentitnya, Mama mulai merengek - rengek histeris, “Ooooh… Chepiiii… iyaaaaaa… jilatin terus itilnya Cheeeep… aduududuuuhhhh… kamu kok seperti sudah pengalaman… bisa jilatin itil segala …

Kuhentikan jilatanku sejenak untuk menjawab, “Aku kan sering nonton bokep Mam…”

Lalu kulanjutkan menjilati itil Mama secara lebih intensif. Sehingga dalam tempo singkat saja memek Mama terasa sudah sangat basah.

Tampaknya Mama pun menyadari hal ini. Karena ia cepat menelentang. “Ayolah masukin kontolmu sini… mumpung memek mama sudah basah,” kata Mama sambil menarik kontolku dan meletakkan moncongnya di ambang memek Mama yang sudah ternganga basah. Lalu mencolek - colekkannya sebentar, seperti mencari arah yang ngepas.

Lalu Mama merentangkan sepasang paha gempal tapi putih mulus itu sambil berkata, “Ayo dorong kontolmu Chep.”

Sebenarnya aku sudah berpengalaman dengan Mamie. Sehingga tanpa diberi instruksi pun aku sudah tahu apa yang harus kulakukan.

Maka kudorong batang kemaluanku sekuatnya. Dan langsung membenam lebih dari separohnya… blesssskkkk…!

“Oooo… oooooh… sudah ma… masuk Sayang, “Mama spontan merengkuh leherku ke dalam pelukannya, lalu merapatkan pipinya ke pipiku. “Kita kok jadi begini ya?”

“Mama kan pasti merasa kesepian setelah berpisah dengan Papa,” sahutku, “Jadi biarlah aku menggantikan Papa untuk mengisi kesepian Mama…”

Aku pun mulai mengayun kontolku di dalam liang memek Mama yang kunilai tidak kalah dengan lezatnya memek Mamie.

Mama pun mulai menggeliat - geliat sambil berdesis, “Mama berdosa besar ini Chep. Tapi ooooooh… kontolmu kok enak banget Cheeeeep…”

“Soal dosa sih di dunia ini gak ada manusia yang steril dari dosa Mam,” sahutku sambil menghentikan entotanku sejenak.

“Iya… kenapa berhenti?”

“Aku mau menyampaikan sesuatu Mam.”

“Mau nyampaikan apa?”

“Memek Mama ini luar biasa enaknya. Hal itu akan mendorongku untuk sering - sering datang menjenguk Mama, sekaligus menikmati enaknya memek Mama.”

Mama tersenyum sambil memijat hidungku. “Ayo lanjutin lagi…” ucapnya sambil menepuk pahaku yang tengah menghimpit pahanya yang gempal tapi sangat mulus. Tidak bergerinjal - gerinjal seperti paha orang kegemukan.

Dan yang jelas kurasakan, liang memek Mama ini luar biasa enaknya. Empuk - empuk kenyal, namun setelah kuentot terasa sangat menjepit.

Selain daripada itu, mungkin aku merasakan daya sugestif, yang membuatku sangat nyaman mengentot ibu kandungku ini. Sehingga tiap gesekan antara kontolku dengan dinding liang kewanitaan Mama ini terasa nikmat dan sangat berarti bagiku.

Mama pun sepertinya mulai menikmati persetubuhan ini. Karena desahan dan rintihan histerisnya mulai terdengar. “Aaaaaaah… aaaaaah… Chepiiiii… sebenarnya kita tidak boleh melakukan ini… tapi… oooooh… kamu membuat mama jauh lebih nyaman daripada papamu Cheeep… kontolmu enak sekali sayaaaang …

Perjalanan seksualku dengan Mama ini ternyata sangat variatif, karena Mama benar - benar ingin mengajariku tentang hubungan seks. Mama memang sangat atraktif. Ini yang tidak kuduga sebelumnya, karena tubuh Mama yang semok begitu. Tadinya kusangka Mama susah bergerak saking semoknya. Tapi ternyata sebaliknya.

Mama mengajakku mengubah posisi, menjadi posisi WOT. Lalu dengan lincahnya pinggul Mama naik turun, sehingga kontolku terasa dibesot - besot dan dipilin - pilin oleh liang memeknya.

Setelah Mama bercucuran keringat, Mama merebahkan diri, dalam keadaan miring membelakangiku. Mama menyuruhku memasukkan kontol ke dalam liang memeknya, tapi dari arah belakang tubuhnya.

Aku menurut saja. Lalu mengentot Mama yang sedang membelakangiku.

Tak cuma itu. Mama pun mengajakku ganti posisi lagi, menjadi posisi doggy. Aku pun setuju saja, karena memang ingin tahu banyak tentang posisi - posisi seks.

Lalu Mama merangkak dan menungging sambil menyuruh memasukkan kembali kontolku ke memek Mama yang tampak nyempil di antara sepasang pangkal pahanya.

Lalu sambil berlutut aku mengentot lagi Mama dalam posisi doggy ini.

Ya… di malam jahanam ini aku menikmati lagi keindahan dan kenikmatan hubungan seks, meski dengan ibu kandungku sendiri.

Sementara aku yang sudah diajari oleh Mamie untuk mengatur pernafasan dan konsentrasiku, cukup lama menyetubuhi Mama ini. Aku tahu bahwa Mama sudah berkali - kali orgasme, sementara aku masih bertahan juga.

Akhirnya Mama mengajakku ganti posisi menjadi posisi missionary lagi. Aku mengiyakan saja. Dan Mama langsung celentang sambil merentangkan sepasang paha putih mulusnya selebar mungkin.

Lalu kubenamkan lagi kontolku ke dalam liang memek Mama yang sudah becek itu dengan mudahnya. Blesssssss… kontolku langsung masuk sepenuhnya. Disambut dengan pelukan Mama dan ucapan, “Mama udah berkali - kali orgasme. Tapi kamu kok belum ngecrot juga sih? Mungkin kamu udah berpengalaman ya?”

“Nggak Mam,” sahutku, “Aku hanya sering nonton bokep dan baca buku tentang masalah seks.”

“Ngocok juga sering ya?”

“Nah… kalau ngocok sih sering. Daripada main sama pelacur kan lebih aman ngocok.”

“Iya sih. Tapi mulai saat ini jangan suka ngocok lagi ya. Kalau lagi kepengen datang aja ke sini. Mama akan selalu siap untuk meladeni anak semata wayang mama ini.”

Percakapan itu terhenti ketika aku sudah mulai mengayun kembali batang kemaluanku di dalam liang surgawi Mama.

Meski pun chubby, Mama sangat atraktif. Ketika aku menggencarkan entotanku, Mama pun mengayun pinggulnya dengan binal sekali. Sehingga meski liang memeknya sudah becek, aku dibuat terpoejam - pejam saking nikmatnya. Ya, dengan goyangan pinggul Mama yang memutar - mutar dan meliuk - liuk, terkadang menghempas - hempas ke kasur, kontolku terasa dibesot - besot dan dipilin - pilin oleh liang memeknya.

Keringat kami pun semakin membanjir.

Sampai pada detik - detik krusialku, “Mam… lepasin di dalam boleh?”

“Boleh,” sahut Mama, “Mama sudah steril Sayang… ooooh… kamu udah mau ngecrot?”

“Iii… iya Mam…”

“”Ayo deh kita lepasin bareng - bareng. Mama juga udah mau lepas lagi sayaaang… aaaaa… aaaaah… mau… mau lepaaaaassssssss… “Mama gedebak - gedebuk berkelojotan. Sampai akhirnya sekujur tubuh Mama mengejang tegang.

Pada saat yang sama kubenamkan kontolku sedalam mungkin. Lalu terasa lubang memek Mama berkedut - kedut kencang. Pada detik - detik itu pula kontolku mengejut - ngejut, sambil meletuskan lendir kenikmatanku.

Crooootttt… croootttt… croooottttt… croooootttt… croooottttt… croootttt… crooootttt…!

Lalu aku terkapar di atas perut Mama.

Mama pun terkulai lemas. Tapi Mama masih menyempatkan diri untuk mencium bibirku, disusul dengan ucapan, “Terima kasih Sayang. Ternyata kamu malah jauh lebih memuaskan daripada papamu.”

Esok paginya aku duduk - duduk di pekarangan belakang yang luas dan hijau itu. Mama berasal dari keluarga yang terpandang. Karena ayahnya berdarah biru, sementara ibunya wanita Pakistan yang kaya.

Karena itu setelah kakek dan nenekku meninggal, peninggalannya pun cukup banyak. Antara lain rumah yang ditinggali oleh Mama ini, adalah rumah gedung antik, seperti gedung - gedung peninggalan zaman kolonial Belanda. Tapi rumah ini tampak kokoh sekali.

Rumah peninggalan kakek dan nenek cukup banyak. Tapi karena anaknya pun banyak, maka rumah itu pun dibagi - bagi. Rumah dan tanah yang Mama tempati ini, adalah jatah untuk Mama sendiri. Karena saudara - saudaranya yang 8 orang itu lebih memilih rumah di kota besar. Sementara Mama lebih suka tinggal di kota kecamatan ini, karena mengingat kakek dan nenekku di masa tua sampai meninggalnya tinggal di rumah antik ini.

Mama mencintai rumah antik ini. Karena tanah di belakangnya cukup luas. Hampir dua hektar. Tanahnya pun sangat subur, sehingga bisa ditanami beraneka pohon buah - buahan. Bisa ditanami sayur mayur pula. Mama pun bisa bebas memelihara ayam kampung sampai ratusan jumlahnya. Kalau ada sisa - sisa makanan, bisa ditaburkan ke ayam - ayamnya.

Bukan cuma itu. Di belakang reumah Mama ada kolam ikannya segala. Yang dipelihara adalah ikan yang bisa dikonsumsi. Bukan sekadar ikan hias.

Ketika aku sedang asyik menaburkan makanan ikan ke kolam itu, terdengar Mama memanggilku, “Chepiiii… !”

“Iya Mam,” sahutku sambil benaburkan sisa makanan ikan ke kolam. Lalu bergegas masuk ke dalam rumah antik dan kokoh itu.

“Ada apa Mam?” tanyaku.

“Sayang… mama punya nazar,” kata Mama sambil memegang bahuku, “Bahwa kalau kamu datang ke sini, mama akan membelikan sebuah mobil bagus. Sekarang lihatlah ke depan… itu mobil barumu sudah menunggu.”

Aku menengok ke depan rumah. Ternyata benar. Sebuah sedan hitam yang semerk dan setype dengan sedan Mamie, sudah menungguku di depan.

“Mama…! Ooooh… itu kan sedan mahal Mam…”

“Iya Sayang. Mama gak mau ngasih mobil Jepang. Karena itu mama beli mobil buatan Jerman, sahut Mama sambil membimbingku berjalan ke pekarangan depan.

Di samping mobil baru itu kucium sepasang pipi Mama sambil membisikinya, “Terima kasih Mama. Aku tak pernah membayangkan punya mobil sekeren ini.”

“Mama mengumpulkan duit hampir setahun untuk membeli mobil ini. Bahkan tiap bulan mama transfer ke dealer untuk membeli mobil ini. Bulan lalu sudah lunas. Tapi mama minta jangan dikirimkan dulu, karena kamunya belum datang.”

“Berarti Mama sudah punya feeling kalau aku mau datang ya?”

“Iya… feeling seorang ibu tentu tajam Sayang.”

“Mama sendiri gak punya mobil, kenapa mendahulukan aku?”

“Aaah, kalau mama punya mobil, harus gaji sopir dan sebagainya. Mama kan gak bisa nyetir, gak ngerti mesin dan sebagainya. Nanti malah ditipuin aja terus sama sopir. Makanya mama mengutamakan kamu, anak mama satyu - satunya. Supaya kamu tampil lebih bagus nanti. Kamu sudah punya SIM kan?”

“Ada Mam. SIM motor punya, SIM mobil juga punya. Kan kalau di rumah suka pakai mobil Papa. Ayo kita coba mobilnya sekarang Mam.”

“Iya, “Mama mengangguk sambil tersenyum ceria.

Tak lama kemudian aku sudah berada di belakang setir sedan hitam itu. Sementara Mama sudah duduk di sebelah kiriku.

“Bagaimana? Enak gak mobilnya?” tanya Mama setelah aku nyetir lebih dari setengah jam di jalan raya.

“Sangat - sangat enak sekali Mam. Tapi dibandingkan dengan memek Mama sih tetap aja enakan memek Mama. Hahahaaaaa…”

Mama menyahut perlahan, “Mama juga ketagihan sama kontolmu Sayang…”

Begitulah… aku bukan hanya mendapatkan sebuah sedan mahal, tapi juga mendapatkan jatah memek Mama selama liburan di rumahnya. Sehingga hari - liburanku menjadi hari - hari sibuk dengan hubungan seks…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu