2 November 2020
Penulis —  Neena

Malam Malam Jahanam

Setelah Kristina telanjang bulat, aku tidak sabaran lagi. Cepat ketanggalkan pakaianku, hanya celana dalam yang masih melekat di tubuhku (karena konon lelaki yang hanya bercelana dalam lebih seksi daripada yang telanjang bulat). Kemudian kuraih pergelangan tangan Tina ke atas bed. Perempuan muda yang berasal dari sebrang lautan itu tersenyum senang dan mengikuti raihanku.

“Besok kita refreshing ke luar kota ya. Besok kan Sabtu, kita weekend di luar kota aja,” ucapku sambil mengusap - usap memeknya yang tampak eksotis itu.

“Iya… saya siap untuk mengikuti apa pun ajakan Boss. Biar Boss makin sayang pada saya nanti.”

Aku tersenyum sambil berkata di dalam hati. Tak perlu jauh - jauh mencari perempuan. Di rumah dan di kantorku sendiri masih banyak perempuan yang belum kulibas. Satpam wanita yang tujuh orang itu belum pernah kujamah. Pembokat yang manis dan pernah kerja di Taiwan itu pun belum pernah kujamah. Memek anak orang tajir melintir, belum tentu lebih enak daripada memek pembokat.

Karyawati perusahaanku juga baru seorang ini yang mau kugauli. Padahal masih ada empat orang lagi karyawatiku yang bisa kujadikan TO.

Yang penting perusahaanku berjalan terus sebagaimana mestinya. Bahkan belakangan ini perusahaanku (yang sebenarnya perusahaan Tante Aini ini) mengalami perkembangan yang pesat sekali. Kalau suatu saat Tante Aini mengaudit, pasti beliau akan terperanjat kalau melihat perkembangan perusahaan yang atas namaku ini.

Tante Aini juga tidak tahu bahwa aku sedang menggumuli tubuh telanjang wanita belia yang berasal dari luar Jawa ini. Tidak tahu bahwa aku mulai menggerayangi memeknya yang menggiurkan ini.

Tapi Kristina bukan cewek pasif. Ketika aku mulai asyik mencolek - colek dan mencolok - colok celah memeknya, Kristina pun menarik celana dalamku sampai terlepas dari kedua kakiku. Dan memekik tertahan setelah melihat kontolku yang sudah ngaceng ini. Padahal tadi siang aku sudah kenyang menyetubuhi Tante Esther.

Tapi seperti biasa, aku tidak terlalu suka dioral oleh pasangan seksualku, kecuali kalau penisku sulit ereksi. Karena kalau sudah ngaceng berat begini lalu dioral oleh perempuan, pasti nantinya cepat ejakulasi.

Maka kudorong Kristina agar celentang, lalu aku menghempaskan dadaku ke atas sepasang toketnya yang ternyata masih sangat kencang dan indah sekali bentuknya.

Kristina menyambutku dengan rengkuhan di leherku, lalu dipagutnya bibirku ke dalam ciuman lahapnya, sambil menyedot lidahku ke dalam mulutnya. Lalu menggelutkan lidahnya dengan lidahku di dalam mulutnya yang harum penyegar mulut.

Setelah ciumannya dilepaskan, ia berkata setengah berbisik, “Sebenarnya sudah sejak lama saya gemes ingin mencium bibir Boss. Baru sekarang saya bisa merasakannya. Gak nyangka saya bisa merasakan indahnya mencium bibir Boss.”

“Jadi cuma ingin ciuman? Gak pengen ngerasain dientot oleh kontolku?” tanyaku setengah bercanda.

“Iiiih… pengen sekali Bossss… “lengan kiri Kristina melingkari pinggangku, sementara tangan kanannya memegang kontol ngacengku.

Bukan cuma itu. Kristina pun menggesek - gesekkan moncong kontolku ke celah memeknya. Agak lama ia melakukan hal ini. Setelah aku menghimpit perutnya pun, Kristina tetap asyik menggesek - gesekkan kontolku ke celah memeknya yang makin lama makin basah.

Aku mengerti bahwa aksi Kristina itu adalah usaha untuk membuat liang memeknya basah. Karena moncong kontolku digesek - gesekkan ke kelentitnya. Bukan cuma ke celah vaginanya doang.

Sampai pada suatu saat, Kristina menarik dan menekankan kontolku ke celah memeknya, sehingga alat kejantananku ini membenam sampai lehernya.

Kemudian ia berkata perlahan, “Silakan dorong penisnya Boss…”

Berarti tepat dugaanku tadi, bahwa aksi Kristina barusan adalah untuk memudahkan kontolku masuk ke dalam liang memeknya. Aku pun mendorong kontolku dengan kuat. Dan melesak masuk ke dalam liang memek Kristina… blessss…

Lalu permainan surgawi ini pun kumulai. Dengan mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek Kristina yang luar biasa legitnya ini. Gesekan antara batang kemaluanku dengan dinding liang memek Kristina memang fantastis. Membuat nafasku berdengus - dengus seperti kerbau sedang disembelih.

Kristina pun mulai berdesah - desah erotis. “Aaaaaah… aaaaaaahhhh… Bossssssss… aaaaaah… aaaaaaahhhhh… penis Boss luar biasa… terasa sekali gesekannya… aaaaah… baru sekali ini saya merasakan nikmat yang luar biasa Bosss… aaaaaah… aaaaahhhhh… Bosss… aaaaah… gak nyangka saya bisa dapetin Boss…

Seperti biasa, kalau sedang menyetubuhi perempuan selalu saja mulut dan tanganku ikut beraksi. Tanganku asyik meremas - remas toketnya, sementara mulutku asyik menjilati lehernya disertai dengan gigitan - gigitan kecil. Kristina pun semakin mendesah dan merintih. Sementara pinggulnya mulai beraksi, bergeol - geol dengan lincahnya.

Yang membuatku keenakan adalah liang memeknya seperti punya daya isap. Ketika aku sedang menarik kontolku, terasa ada tenaga seperti menyedot dari dalam liang memeknya. Inilah yang aku sukai. Bahwa memek Kristina jadi terasa legit sekali.

Namun caraku juga ternyata membuat Kristina klepek - klepek.

Rintihan dan desahan nafasnya semakin menjadi - jadi. Berbaur dengan dengus - dengus nafasku.

Ketika mulutku sedang mengemut dan menyedot - nyedot pentil toketnya, tanganku pun meremas - remas toket satunya lagi. Bahkan ketika aku menjilati ketiaknya, tanganku tetap asyik meremas - remas toketnya.

Cukup lama semua ini kulakukan. Sehingga keringat mulai membasahi tubuhku, bercampur aduk dengan keringat Kristina.

Yang membuatku heran, Kristina belum orgasme juga. Padahal sudah cukup lama aku mengentotnya. Sampai akhirnya aku malah sudah tiba di detik - detik krusialku.

“Lepasin di… di mana nih?” tanyaku agak panik.

“Di dalem aja Boss,” sahutnya, “Emang udah mau ngecrot?”

“Iya.”

“Saya juga udah mau orga lagi Boss…”

Orga lagi? Berarti dia sudah orgasme tadi. Tapi kapan terjadinya? Kok aku tidak menyadarinya.

Entahlah. Yang jelas aku sedang mempercepat entotanku sambil meremas - remas toketnya, sambil mencium bibirnya sensualnya juga.

Lalu terjadilah sesuatu yang takkan kulupakan di dalam hidupku. Bahwa Kristina menghentikan goyangannya sambil menyedot lidahku ke dalam mulutnya, dengan sekujur tubuh mengejang tegang. Pada saat itulah kurasakan liang memek Kristina seperti ular yang sewdang membelit kontolku, disusul dengan kedutan - kedutan kencangnya.

Croooottttt… croootttt… croooottttttt… crotcrotttt… croooooooootttt…!

Sedetik kemudian terdengar elahan nafas Kristina yang barusan tertahan selama 2-3 detik. “Ooooohhhhhhhh… indah sekali Bosssss…”

Aku terkapar di atas perut Kristina beberapa menit. Lalu menggulingkan badan ke samping perempuan muda yang hitam manis itu.

Kristina berbaring miring sambil mengusap - usap dadaku, “Terima kasih Boss. Ini peristiwa paling indah di dalam hidup saya. Tadi… sampai tiga kali saya orga Boss. Baru sekali ini saya bisa mengalami seperti itu.”

Kusahut, “Biasanya aku sadar kalau pasangan seksualku mau orgasme. Tapi tadi aku gak menyadarinya. Apalagi sampai tiga kali gitu orgasmenya.”

“Saya sudah terbiasa menyembunyikannya kalau sedang orgasme Boss.”

“Kenapa disembunyikan? Aku justru paling suka ikut menikmati pasangan seksualku yang sedang orgasme.”

“Hehehee… saya malu kalau ketahuan sedang orgasme Boss.”

“Lain kali kalau mau orgasme, bilang terus terang bahwa kamu mau lepas gitu ya. Supaya aku bisa ikut merasakan indahnya perempuan pada saat menikmati orgasme.”

“Siap Boss.”

Sebenarnya aku ingin membawa Kristina ke villa punya Tante Aini besok pagi. Tapi tiba - tiba handphoneku berdering. Ketika kulihat, ternyata call dari Papa.

Cepat kubuka dan… :

“Hallo Pap.”

“Kamu lagi di mana Chep?”

“Di rumah.”

“Mamie mau melahirkan Chep. Sekarang sudah di rumah sakit bersalin. Kalau bisa kamu ke sini sekarang.”

“Rumah sakit mana Pap?”

Papa menyebutkan nama rumah sakit bersalin itu.

“Oke Pap. Aku mau mandi dulu sebentar. Lalu ke rumah sakit.”

“Iya.”

Setelah hubungan seluler ditutup, aku berkata kepada Kristina, “Tadinya aku mau mengajakmu ke villa besok pagi. Tapi barusan papaku nelpon. Ibu tiriku mau melahirkan. Jadi aku harus nemenin Papa di rumah sakit.”

“Iya, iya… bakal punya adik dong Boss.”

Aku terhenyak mendengar mkata “adik” itu. Karena sebenarnya Mamie mau melahirkan anak pertamaku. Lalu kelak Tante Aini akan melahirkan juga. Mbak Susie juga. Hahahahaaaa… anakku bakal ada di sana - sini…!

Aku memang mandi dulu bersama Kristina. Kemudian kuantarkan Kristina sampai ke mulut gang menuju rumahnya, karena hari sudah sangat malam, kasihan kalau dia harus pulang sendirian.

Setelah mengantarkan Kristina, aku langsung menuju rumah sakit ibu dan anak yang paling terkenal di kotaku.

Ketika aku tiba di depan Papa, ternyata Mamie sudah melahirkan bayi cewek. Tapi Mamie masih di ruang bersalin. Belum dimasukkan ke kamar perawatan.

Papa cuma berdiri di depan pintu ruang perawatan yang masih kosong. “Melahirkannya normal apa lewat cezar Pap?” tanyaku.

“Normal. Mamie kan gak mau dicezar,” sahut Papa.

Beberapa saat kemudian, brankar Mamie tampak didorong oleh dua orang perawat. Yang seorang hanya mendorong, yang seorang lagi sambil memegangi botol infus.

Mamie tampak sadar seperti biasa. Ketika melihatku berdiri di samping Papa, Mamie menyunggingkan senyum manis di bibirnya.

Kemudian Mamie dipindahkan ke atas bed di ruang perawatan. Infusnya pun dipasang pada tiangnya.

“Bayinya masih dibersihkan, sebentar lagi akan diantarkan ke sini,” kata salah seorang perawat kepada Papa.

Setelah kedua perawat itu berlalu, aku menghampiri bed Mamie. Mencium sepasang pipinya dengan mesra, tanpa peduli dengan kehadiran Papa di kamar perawatan itu. Lalu aku berbisik, “Selamat ya Mam. Aku bahagia sekali.”

Mamie menatapku dengan sorot cinta. Lalu bibir sensualnya tersenyum lagi.

“Mau dikasih nama apa anakmu?” tanya Papa sambil menepuk bahuku.

“Terserah Papa aja. Kan hitam di atas putihnya anak Papa. Aku hanya penumpang gelap… heheheee…”

Papa mengusap - usap rambutku sambil berkata, “Ya udah nanti papa pikirkan dulu namanya.”

Tak lama kemudian bayi yang baru lahir itu diantarkan oleh seorang suster dan meletakkannya di samping Mamie. Aku terkagum - kagum menyaksikan bayi itu… anakku itu… cantik sekali kelihatannya.

Suster itu memberitahu Mamie, kalau bayinya sudah boleh disusui. Setelah disusui, bayinya bisa diletakkan di baby box yang terletak di samping bed Mamie.

“Sudah diadzani Pap?” tanyaku kepada Papa.

“Sudah, “Papa mengangguk, “Begfitu lahir juga papa adzani tadi…”

Ucapan Papa terputus karena seorang cewek cantik yang kira - kira sebaya denganku, muncul di ambang pintu kamar perawatan Mamie ini. Cewek itu mencium tangan Papa, lalu menghampiri bed Mamie.

“Eee… Anna?! Tau dari siapa aku melahirkan?” tanya Mamie kepada cewek itu.

“Tau dari Mama. Makanya disuruh menjenguk Kak Mel ke sini,” sahut cewek yang dipanggfil Anna itu sambil mencium sepasang pipi Mamie.

Lalu Mamie menoleh padaku. Dan berkata, “Chepi… ini adik bungsu mamie… jadi kamu harus manggil tante sama dia.”

Mendengar bahwa cewek bernama Anna itu adik Mamie, aku pun mencium tangannya sebagaimana layaknya seorang keponakan kepada tantenya. “Kok baru sekarang ketemu Mam?” tanyaku.

“Dia kan di Singapore sekolahnya. Mmm… setingkat dengan SMA di sini,” sahut Mamie.

Lalu kami ngobrol ke barat ke timur. Sementara adik Mamie yang bernama Anna itu berkali - kali memandang ke arahku sambil tersenyum. Entah apa maksudnya.

Tiba - tiba handphoneku berdering. Ketika kulihat, ternyata dari Tante Aini…!

Aku pun bangkit dan bergegas keluar dari ruang perawatan Mamie itu, untuk menerima call dari bossku alias Tante Aini.

Aku: “Selamat siang Tante. Apa kabar?”

T. A. : “Sehat. Kandunganku juga sehat. Kamu gimana? Sehat juga kan Sayang?”

Aku: “Sehat juga Tante.”

T. A. : “Ada kabar gembira nih Chep. Ketiga kapal tanker yang dibeli atas namamu itu sudah selesai service dan renovasinya. Sekarang sudah seperti baru semua.”

Aku: “Wah… bagus kalau begitu Tante. Apakah ketiga kapal tanker itu mau dijual lagi dalam keadaan sudah seperti baru lagi begitu?”

T. A. : “Iya. Kamu bisa nyariin calon buyernya Yang?”

Aku: “Memangnya Tante belum punya calon buyernya?”

T. A. : “Belum. Aku kan sedang hamil. Nggak berani pergi - pergian. Takut kandunganku kenapa - kenapa.”

Aku: “Ya udah, nanti aku cariin calon buyernya. Mudah - mudahan aja dapat. By the way, kandungan Tante sekarang sudah berapa bulan ya?”

T. A. : “Sudah hampir tujuh bulan Sayang. hak sampai tiga bulan lagi diem - diem sudah jadi ayah kan?”

Aku: “Hehehee… iya Tante. Semoga kandungannya sehat dan Tante bisa melahirkan dengan selamat dua - duanya, baik bayinya mau pun Tantenya juga.”

T. A. “Amiiin. Ohya, nanti kalau dapat buyernya dan terjadi transaksi, dananya pegang aja sama kamu Sayang. Jadikan untuk investasi buat perusahaan kita. Ohya, kantor barunya sudah selesai?”

Aku: “Belum Tante. Mungkin dua bulan lagi baru selesai. Ohya… ketiga kapal tanker itu mau dijual berapa?”

Tante Aini lalu menyebutkan jumlah yang harus dibayar oleh buyer nanti. Nominalnya menggeledek buatku. Nolnya juga ada duabelas. Tanted Aini juga mengirimkan banyak foto kapal - kapal tanker setelah diservice dan direnovasi itu lewat WA. Memang ketiga kapal tankier itu jadi tampak ginclong semua.

Kemudian kami hentikan obrolan by phone itu, setelah Tante Aini tahu bahwa aku sedang berada di rumah sakit bersalin bersama Papa.

Kemudian aku masuk lagi ke ruang perawatan Mamie. Menghampiri Papa sambil berbisik, “Ada bisnis Pap. Bisa kita ngobrol di luar sebentar?”

Papa mengangguk, lalu mengikuti langkahku ke luar. Kebetulan di luar ada bangku yang bisa dijadikan tempat duduk oleh aku dan Papa.

Lalu kutawarkan ketiga kapal tanker itu kepada Papa. Kuperlihatkan juga foto - foto yang tadi kuterima dari Tante Aini itu.

“Kapal - kapal tanker itu punya siapa?” tanya Papa.

“Hitam di atas putihnya punyaku Pap. Tapi sebenarnya punya Tante Aini,” sahutku.

Papa mengangguk - angguk. Lalu berkata, “Yang bisnis beginian itu Irenka.”

“Irenka?! Siapa dia Pap?”

“Istri Oom Safiq.”

“Oom Safiq adik Papa itu?”

“Iya. Kamu hafal nggak nama adik - adik papa?”

“Nggak tuh. Heheheheee. Abisnya, mereka jarang datang ke sini. Lagian adik Papa kan banyak ya?”

“Adik papa yang laki - laki tiga orang. Yang perempuan empat orang.”

“Siapa aja nama mereka Pap? Aku mau simpan deh di hapeku.”

“Yang laki - laki namanya Safiq, Gunther dan Pram.”

“Iya… udah disimpan semua. Yang perempuan siapa aja?”

“Yang perempuan, Sella, Lien, Connie dan Bonita.”

“Iyaaa… iyaaaa… sudah disimpan semua Pap. Terus yang istri Oom Safiq tadi siapa? Rasa aneh namanya.”

“Namanya Irenka. Tentu aja namanya asing di telinga kita. Dia kan orang Czech.”

“Oooo… istri Om Safiq orang Czech?”

“Iya. Oommu itu kan pernah tugas di Czech selama tiga tahun. Pulangnya bawa istri orang sana. Di Indonesia dia suka bisnis perkapalan. Tadinya cuma bisnis onderdinya. Lama - lama bisnis kapal - kapal bekas juga.”

“Wah boleh tuh dihubungkan sama dia Pap.”

“Sekarang sudah terlalu malam. Besok aja papa telepon Oom Safiqnya. Kalau butuh, pasti Irenka akan datang ke rumahmu nanti. Papa kasih aja alamat rumahmu ya.”

“Iya Pap.”

Lalu aku dan Papa masuk lagi ke dalam ruang perawatan Mamie dan anakku.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu