2 November 2020
Penulis —  Ahnduk

Guru Ngaji Ryan

MENANTU SAYANG MERTUA SAYANG

POV FAISAL

“Ah sial” kataku sambil menghisap rokok

Kemana dia?

Apa yang dia lakukan?

Kenapa selalu ada suara laki laki tua saat aku menelponnya?

Apalagi aku pernah memergoki rania sempat menangis. Tentu saja jawaban khas wanita yang keluar dari mulutnya “ga papa”. Yang lebih gila lagi, aku baru tahu kalau calon mertuaku ternyata ada main dengan salah satu dosen tempat kuliahku berada. Dosen yang powerful karena mempunyai perusahaan besar. Perusahaan yang selalu membiayai kegiatan kampus sehingga bisa mengadakan event besar.

Angin malam memang berbahaya. Sepoi sepoi angin tidak hanya membuat masuk angin tapi juga meningkatkan libido seorang pria. Bukan libido yang baik karena faisal sedang beronani sambil membayangkan tubuh MERTUANYA.

“Ughhhh bu dina”

---

Dina sedang menyetrika. Kegiatannya berhenti karena dilihat hp nya menyala pertanda ada telfon yang masuk. Dina berharap itu bukan pak war atau pak rizieq atau pria hidung belang lain. Pasalnya privasi dina bukan miliknya lagi. Baru saja kemarin ada nomor iseng yang sms kurang ajar kepada dirinya. Usut punya usut ternyata dari temennya rania.

Dina melihat nama yang tertera. Syukurlah itu hendra. Dina dengan senang hati menjawab telfon dari suami tercintanya

“Assalamualaikum dina, urgentt urgentt”

“Walaikumsalam mas, urgent apa mas?

“Bapak din, lagi sekarat”

“Ya ampun, terus gimana”

“Segera kesana din, banyak saudara udah disana”

“I-iya mas. Segera kesana”

Entah mengapa cobaan silih berganti menghampiri keluarga dina.

---

Tempat yang dikunjungi dina adalah sebuah rumah sakit sekitar 3.5 Km dari rumahnya. Walau dina hanya memakai rok jins panjang dan kemeja tapi dina tetap anggun paripurna.

Dina mencari cari kamar bernomor 201. Sebuah kamar VIP yang terletak di ujung ruangan. Saat sampai disana nampaknya sudah banyak sanak saudara yang datang. Menangis sambil membaca doa.

Kabarnya pak handoko (ayah hendra) sekaligus mertua dina mengerang kesakitan. Salah satu saudara yang menjaga disana mengatakan bahwa itu merupakan sebuah tanda tanda jadi pihak ia menghubungi keluarga.

“Arghhhhhh” erang pak handoko

“Mbakk dinaa” tangis salah satu keluarga sambil memeluk dina. Tak kuasa juga dina juga merintihkan air mata.

Tangan pak handoko seperti menggapai gapai. Seperti memanggil, lalu salah satu saudara mendekat dan tampak pak handoko berbisik. Saudara tersebut mengangguk nampak paham

“Saudara saudariku yang kucintai, seperti yang kita ketahui bapak sedang mencapai batasnya, dan bapak tadi berpesan untuk ditinggal berdua saja bersama mbak dina agar wasiat dan keinginannya tersampaikan sehingga bapak bisa tenang”

Dina sedikit kaget dengan keadaan tersebut. Kemudian saudara saudara keluar. Satu demi satu ruangan yang ramai kini sepi menyisakan dina dan pak handoko

Dari saudara saudara hendra yang lain memang. Hendra lah yang paling sukses dan paling berbakti untuknya. Pak handoko pun semasa mudanya suka menganak emas kan hendra. Wajar saja kalau pesan terakhir atau wasiat diberikan kepada anak yang dianggap emas oleh keluarga tersebut. Walau begitu dina sedikit sungkan kalau diperlakukan spesial.

Baginya tanpa dukungan saudara yang lain baik finansial ataupun moral. Tentu saja ayah mertuanya tak akan bertahan dari diabetesnya sampai sekarang

Dina mendekat sebagai menantu yang baik. Ia berikan senyum terindahnya sebagai wujud rasa cintanya kepada ayah mertuanya. Dina mengusap pria yang sudah berusia sama dengan pak war tersebut walau memang kulit pak handoko lebih keriput dan kasar. Kontras dengan dina yang masih halus dan kencang

“Bapak sudah makan?”

“Su-sudah dinn”

“K-kamu cantik sekk kali hari ini” kata pak handoko

Dina tersipu malu mendengar pujian mertuanya. Bagi dina memang pak handoko orang yang baik dan ia hormati karena tidak cerewet seperti mertua lain.

“Din, bisa tolong ambilkan hp bapak”

Dina mengambil hp tersebut lalu memberikannya. Sambil tiduran dan tersenyum pak handoko mengutak atik hp nya seperti tengah melihat sesuatu

“Bapakk sakit kok main hp” kata dina menasehati

“Iyaa dinn bapak bosan”

Dina dan pak handoko kemudian bercerita panjang lebar. Dina paham memang ketika sudah tua akan kembali sifatnya seperti anak anak. Untung saja pak handoko tidam ngrepoti istilahnya. Lambat lau obrolan menjadi serius tentang masa depan keluarga. Dan tak lupa dina juga masih deg degan dan penasaran tentang wasiat apa yang bapak inginkan

“Dinaa sebelum bapak tiada, bapak ingin melakukan sesuatu, dan bapak rasa hanya kamu yang bisa membantu bapak”

“Iya pak dina siap bantu”

“Tapi kamu jangan marah atau membenci bapak ya din kalau permintaanya kali ini sedikit berat”

“Iyaa pak dina akan membantu”

Tentu saja bagi dina. Dia akan melakukan apapun agar ayah mertuanya bahagia. Amalan apapun akan dina kerjakan

“Sini din mendekat bapak mau utarakan”

Dina pun mendekatkan telinganya ke mulut pak handoko. Masih penasaran dengan wasiatnya

“Sebelum bapak tiada, bapak mau ngenthu sama kamu din”

Dinaa terperanjat dan kaget bukan mainn

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu