2 November 2020
Penulis —  Neena

Diario Segreto

BAB 0**5**

Akhirnya Ivan sepakat untuk mengikuti arahanku. Dan aku yakin bahwa kalau Ivan sudah dihadirkan di dalam kehidupan Mama, maka Ricky akan segera ditinggalkan. Karena dalam segala hal Ivan lebih berbobot kalau dibandingkan dengan Ricky.

Aku pun menjanjikan, kalaju Ivan sukses meraih Mama, aku akan mengangkatnya sebagai aspriku (asisten pribadiku), tentu dengan gaji yang jauh lebih tinggi daripada sopir pribadi.

Keesokan paginya, Ivan tampak sudah siap berangkat. Sudah mandi dan mengenakan pakaian yang pantas di mataku. Dan secara jujur aku menilai, bahwa di balik pakaian yang “layak” itu, Ivan tampak ganteng sekali di mataku. Mudah - mudahan saja Mama akan mengikuti arahanku nanti.

Ivan juga sudah menguasai point - point yang sudah kurancang tadi malam.

Lalu sedan merah metalic-ku meluncur di jalan aspal, menuju rumahku yang ditempati Mama itu.

Jam tanganku baru menunjukkan pukul 09.30 pagi ketika mobilku sudah dimasukkan ke dalam garasi. Mama pun keluar dari rumah, menghampiriku dengan senyum ceria, “Kirain kamu masih marah sama mama,” ucapnya sambil memegang pergelangan tanganku dan menuntunku masuk ke dalam rumah.

Ivan pun mengikuti langkahku, masuk ke dalam rumah megah hadiah dari Papie menjelang perkawinanku dengannya dahulu.

“Ini siapa Mel?” tanya Mama sambil menunjuk ke arah Ivan yang ikutan masuk ke dalam rumah…

“Dia asisten pribadiku Mam,” sahutku.

Lalu Ivan pun menjabat tangan Mama dengan sikap sopan.

“Dia ini akan menjadi obat bagi Mama,” kataku sambil memegang bahu Ivan, “Obat untuk melupakan buaya darat itu.”

“Buaya darat?” Mama menatapku.

“Iya… buaya bernama Ricky sialan itu.”

Lalu kami bertiga duduk di ruang keluarga. Di situlah aku melanjutkan pembicaraan, “Coba Mama bandingkan Ricky dengan Ivan ini… bagusan mana?”

“Kok harus membanding - bandingkan dengan Ricky?”

“Iya. Harus dibandingkan sekarang juga. Bagusan siapa?”

“Yaaa… bagusan ini lah… siapa namanya tadi?” Mama menoleh ke arah Ivan.

Ivan menyahut, “Saya Ivan, Tante.”

“Berarti bagusan Ivan kan?” tanyaku kepada Mama.

Mama mengangguk dengan sikap salah tingkah. “Lalu kenapa Ivan ini disebut obat buat mama?” tanyanya.

“Begini Mam,” kataku, “Mama memang belum tua - tua banget. Karena itu aku yakin bahwa libido Mama masih berkobar. Masih jauh dari padam.”

Lalu aku berdiri sambil menarik pergelangan tangan Mama dan mengajak masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar Mama, aku berbisik ke telinganya, “Ivan kutugaskan untuk memanjakan gejolak birahi Mama. Jangan menolak ya Mam. Kalau Mama menolak, berarti Mama masih ingin melanjutkan hubungan dengan si Ricky keparat itu.”

“Jadi Mama harus bagaimana?” tanya Mama dengan sikap bingung.

Kujawab dengan bisikan, “Ivan siap buat menggauli Mama sekarang dan di hari - hari yang akan datang. Mama jangan menolak ya. Ini tanda perasaan sayangku kepada Mama.”

Kemudian kulambaikan tanganku ke arah Ivan. Maka Ivan pun berdiri dan melangkah masuk ke dalam kamar Mama.

Dengan cepat kuambil kunci pintu kamar Mama. “Titip Mama, ya Van. Silakan enjoy sepuasnya. Pintu ini akan kukunci. kalau mau pipis atau bersih -bersih gampang, karena kamar ini ada kamar mandinya. Ayo terkam Mama Van… !”

Pintu kamar Mama kututup dan kukuncikan dari luar. Lalu aku bergegas menuju pintu kamarku. Membuka kuncinya, lalu masuk ke dalam kamarku yang sudah lama tidak kutiduri ini.

Cepat kubuka lemari berisi monitor dan perangkat CCTV itu.

Karena aku hanya ingin memantau keadaan di dalam kamar Mama, aku bisa mendengarkan suaranya (kalau kejadian jauh di luar rumah, hanya bisa dilihat gambarnya saja), maka kuambil headphone dan kutancapkan jack kabel kontaknya ke perangkat, lalu kupasangkan ke kepalaku.

Monitornya sudah aktif… hmmmm… Mama sedang duduk di pinggiran ranjang, sementara Ivan sudah melepaskan celana jeans dan t-shirtnya.

Mama: “Ini serius Van?”

I v a n: “Serius Tante. Saya gak berani maen - maen, takut dipecat oleh Pampam.”

Mama: “Hihihihi… rasa ngimpi, tau - tau dikasih cowok ganteng gini, “(Mama mencolek dagu Ivan… hmmm Mama sudah mulai “on”)

I v a n: “Dasternya lepasin aja ya Tante”(kedua tangan Ivan berada di punggung Mama)

Mama: “Atur - atur aja lah. Tante juga gak berani menentang niat baik Mela”

I v a n: “Tante manggil Mela ya sama dia”(daster Mama sudah dilepaskan, kedua tangan Ivan masih berada di belakang Mama. Oooo… lagi melepaskan kancing beha Mama).

Mama: “Iya. Teman - temannya sih manggil Pam atau Pampam.”

I v a n: “Duh… payudara Tante masih bagus gini. Diapain bisa kencang gini Tan?”(Ivan menggenggam kedua toket Mama. Ivan masih berdiri di belakang Mama)

Mama: “Tante kan gak pernah menyusui anak. Suka pake sufor, karena tetek tante sedikit sekali asinya”

(Mama menelentang dalam keadaan cuma mengenakan celana dalam)

I v a n: (menelungkupi perut dan toket Mama)

Mama :(meraih leher Ivan ke dalam pelukannya… mencium bibir Ivan sambil memejamkan mata)

I v a n: (menciumi pentil toket Mama, lalu mengemutnya)

Mama: “Van… tante langsung horny nih. Ivan ganteng banget sih.”

I v a n :(melorot turun… wajahnya berada di atas celana dalam Mama yang sedang dipelorotkan olehnya… hmm memek Mama memang selalu dibersihkan jembutnya… mulai dijilati oleh Ivan).

Mama: “Dudududuuuuh Ivaaaan… tante kalau dijilatin gini, gak tahan lama… bisa langsung lepas… ooo… ooooo… oooooh… apalagi kalau itilnya yang dijilatin gini… bisa langsung orgasme Vaaan… aaaaa… aaaaaah… masukin aja kontolnya Vaaan… hssss… pake kontol aja…”

I v a n: “Iya Tante, ini juga udah mau pake kontol… kalau gak dijilatin dulu takut Tante kesakitan… soalnya kontol saya segede gini… “ (Ivan sudah melepaskan celana dalamnya, memperlihatkan kontolnya kepada Mama… anjriiiittttttttt… kontol Ivan gede banget… !)

Mama: “Waaaw…! Ini kontol kuda apa kontol orang?”(mama memegangi kontol Ivan sambil melotot)

Diam - diam aku mulai horny menyaksikan perbuatan mereka. Apalagi setelah Ivan memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang memek Mama… wooow… memang gede sekali penis teman lamaku itu… gak nyangka sedikit pun kalau Ivan punya alat vital sedahsyat itu… sehingga Mama harus merentangkan sepasang pahanya selebar mungkin…

Mama: “Ooooh… Vaaaan… kontolmu gede sekali Vaaaan… ooooh… tapi ini mantap sekali Van… ayo entotin sekarang… iyaaaaa… iyaaaaa… iyaaaaa… iyaaaaaaa… enak sekali Vaaan… aaaah… aaaaah… gak nyangka Mela bakal ngirim kamu Van… aaaaaah… tante bakal ketagihan nih dapetin kontol segede gini siiih…

I v a n: “Stttt… jangan keras - keras Tante. Nanti kedengaran sama Pampam…”

Mama: “Biarin aja… sekarang kita beginian atas permintaan dia juga kan?”

Menyaksikan perbuatan Mama dan Ivan itu, makin lama membuatku semakin horny. Sehingga aku merasa harus melepaskan gaunku, behaku dan terutama celana dalamku…!

Dalam keadaan telanjang bulat kulanjutkan kembali menonton aksi Mama dan teman lamaku itu. Namun kini jemari tangan kananku mulai mempermainkan memekku sendiri. Sementara tangan kiriku meremas - remas toketku sendiri.

Ya… jemari tangan kananku sengaja kusodok -sodokkan ke dalam liang memekku sendiri, sambil membayangkan tengah dientot oleh penis Ivan yang dahsyat kitu. Tangan kiriku pun meremas - remas toketku sendiri, sambil membayangkan tengah diremas oleh tangan Ivan…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu