2 November 2020
Penulis —  Neena

Diario Segreto

Sebelum turun dari mobil, kuberikan sepuluh lembar uang seratusribuan kepada Ivan. “Ini uang untuk beli baju casual, jangan pakai baju satpam begitu, risih melihatnya. Cari di mall terdekat aja dari sini. Tapi jangan terlalu lama ya. Soalnya aku juga takkan lama - lama di rumah ibuku.”

“Siap Pam… !” sahut Ivan sambil memasukkan uang pemberian dariku ke dalam dompetnya.

Aku pun turun dari mobil. Dan melangkah ke pintu gerbang yang tidak dikunci. Lalu masuk dan melangkah menuju teras. Pintu depan terkunci. Maka kupijat bel di samping pintu depan.

Tak lama kemudian Mama membuka pintu dan tampak girang melihat kedatanganku. “Mela?! “seru Mama yang lalu merangkul dan menciumi pipiku. Teman - teman memangilku Pam atau Pampam, tapi Mama selalu memnanggilku Mela.

“Mama sehat - sehat aja kan?” ucapku sambil melangkah ke ruang tamu, lalu masuk ke ruang keluarga.

Di ruang keluar pandanganku tertumbuk ke asbak di atas meja kecil yang dikelilingi sofa - sofa. Sepintas pun tampak, banyak puntung rokok di dalam asbak itu.

Setahuku, Mama sama sekali tak pernah merokok. Lalu siapa yang merokok di ruang keluarga itu? Apakah ada famili yang datang ke rumah ini?

“Sudah dapat pembantu Mam?” tanyaku..

“Belum. Zaman sekarang sih susah nyari pembantu.”

“Terus… ini puntung rokok siapa? Mama gak pernah merokok kan?” tanyaku sambil menunjuk ke asbak itu.

“Oh itu… ta… tadi ada Pak RT datang ke sini…” sahut Mama tampak gugup

“Mau ngapain RT ke sini? Kan sjurat pindah dan sebagainya sudah dikasihkan padanya.”

“Cu… cuma silaturahmi aja…” sahut Mama, masih gugup kelihatannya.

“Pak RT diterima di ruang keluarfga? Kenapa gak di ruang tamu?” tanyaku bernada mendesak.

Mama cuma bengong dan kelihatannya tidak tahu harus menjawab apa lagi. Aku pun mengeluarkan kunci kamarku dari dalam tas kecilku, kemudian membuka pintu kamarku dan masuk ke dalamnya setelah menguncikan pintu dari dalam kamarku.

Aku melompat ke atas bedku yang sudah lama tidak kutiduri.

Namun… tiba - tiba aku ingat sesuatu. Ya… aku teringat monitor CCTV yang selalu aktif di dalam lemari khusus. Mama tidak tahu bahwa aku punya CCTV yang bisa memantau ke seluruh ruangan yang ada di dalam rumah ini.

CCTV itu sengaja dipasang oleh suamiku, untuk berjaga - jaga, agar kalau ada maling masuk ke dalam rumah, bisa dipantau dan direkam oleh CCTV itu. Dan setahuku CCTV itu dilengkapi oleh external hardisk yang besar sekali memorinya (4 Tb). Sehingga kejadian sebulan yang lalu pun bisa direkam oleh CCTV itu.

Lalu iseng - iseng aku membuka pintu lemari yang berisi monitor CCTV itu.

Hari itu adalah hari Kamis. Kuputar kejadian yang terpantau sejak hari Senin. Tanggal, bulan dan tahunnya selalu muncul di layar monitor bagian bawah sebelah kanan.

Aku langsung mengarahkan monitor ke kamar Mama.

Haaa… ternyata pada hari Senin ada seorang lelaki muda yang masuk ke kamar Mama. Dan ternyata Mama yang membawa lelaki muda itu masuk.

Lalu… setelah kuperhatikan dengan seksama, ternyata lelaki muda itu… Ricky!

O my God! Ternyata mantan pacarku yang dibawa masuk oleh Mama itu…!

Dan adegan selanjutnya membuatku merinding -rinding tak menentu. Karena kulihat Mama melepaskan daster, beha dan celana dalamnya. Lalu dalam keadaan telanjang bulat Mama menelentang di atas bed. Sementara Ricky pun sudah melepaskan segala yang melekat di tubuhnya. Lalu ia naik ke atas bed dan disambut oleh Mama dengan pelukan dan ciuman binalnya.

Aku serasa mau pingsan ketika melihatg adegan - adegan berikutnya. Bahwa Ricky memasjukkan penisnya ke dalam kemaluan Mama.

Lalu… Ricky mengentot Mama dengan garangnya. Disambut dengan goyangan pinggul Mama yang benar - benar binal di mataku…!

Mama sama sekali tidak tahu kalau setiap peristiwa yang terjadi di dalam kamarnya, terpantau oleh kamera - kamera kecil di setiap sudut yang tersamarkan.

Aku tidak tahan lagi menyaksikan semuanya itu. Tapi aku ingin menontonnya di rumah secara tenang nanti. Lalu kucari - cari external hardisk yang masih kosong. Karena seingatku ada tiga external hardisk cadangan di laci lemari ini.

Setelah kutemukan, kucabut external hardisk yang terpasang, lalu kuganti dengan external hardisk yang belum pernah dipakai.

External hardisk yang sudah ada isinya itu kumasukkan ke dalam tas kecilku, lalu aku keluar dari kamarku.

Kulihat Mama sedang duduk di ruang keluarga. Sementara asbak yang tadi penuh dengan puntung rokok itu sudah bersih. Pasti Mama sudah membuangnya ke tempat sampah, lalu mencuci asbak itu dan meletakkan kembali di tempat semula.

“Jadi puntung - puntung rokok tadi puntung rokoknya Ricky ya Mam?!” cetusku dengan nada mendakwa.

Mama tersentak kaget. Tapi bderusaha membohongiku, “Ricky mana?” ia balik bertanya.

“Ricky keparat yang bekas pacarku itu,” sahutku, Memangnya ada Ricky lain?”

“Ah nggak. Itu puntung rokok RT.”

“Iya RT singkatan dari Ricky Terkutuk! Tidak mendapatkan anaknya lalu ngentot ibunya! Mama gak usah membohongiku. Dia sering datang ke sini untuk menyetubuhi Mama kan?!”

“Si… siapa yang laporan begitu sama kamu?”

“Nggak ada yang laporan. Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri. Mama masih mau menghindar juga? Mama membawanya masuk ke kamar Mama. Lalu Mama lepaskan daster dan beha dan celana dalam Mama… lalu Ricky memasukkan kontolnya ke dalam memek Mama. Dan Mama menyambutnya dengan goyang Karawang yang gila - gilaan…

Mama tertunduk sambil menangis terisak - isak.

“Aku akan maafkan Mama, asalkan Mama mau berterus terang. Sejak kapan Mama biarkan Ricky menyetubuhi Mama?” tanyaku to the point.

Mama tewrdiam sambil terisak - isak. Lalu terdengar juga suaranya lirih, “Sejak masih di rumah lama, Mela. Kan mama udah laporin sama kamu, bahwa setelah kamu putuskan hubunganmu dengannya… dia datang sambil mencucurkan air matanya di depan mama. Pada saat itu mama hanya ingin melindungi kamu dari gangguannya.

“Lalu Mama kasih memek Mama padanya, agar dia tidak membuktikan ancamannya?”

“Iiii… iya…” sahut Mama sambil bercucuran air mata. “Karena dia yang memaksa mama. Dia mau tutup mulut asalkan mama dijadikan pengganti Mela.”

“Sudah berapa kali Mama disetubuhi oleh lelaki terkutuk itu?”

Mama terdiam.

“Aku ingin Mama bicara sejujurnya. Sudah sering kan dia ngentot Mama?” tanyaku dengan nada dan kata - kata vulgar. Saking jengkelnya.

“Seminggu dua kali… sudah gak terhitung lagi.”

“Terus kalau Mama hamil bagaimana?”

“Kalau hamil sih gak mungkin. Mama selalu minum pil kontrasepsi.”

“Berarti Mama sudah menikmatinya juga kan? Setiap kali terjadi, selalu suka sama suka kan?”

Mama terdiam lagi.

“Mama… kalau sekadar ingin kontol anak muda, nanti aku kasih. Tapi jangan dengan si Ricky…! Apakah mama gak sadar kalau dia akan menjadi ancaman bagi rumah tanggaku, akan menjadi ancaman bagi Mama juga kelak?”

Mama tetap membisu. Hanya isakan - isakannya yang terdengar.

Dan aku jadi pusing. Maka ketika terdengar bunyi mesin mobilku berhenti di depan, aku langsung bangkit dari sofa ruang keluarga. Kukunci lagi pintu kamarku. Lalu aku melangkah ke depan tanpa pamitan lagi kepada Mama.

Mama mengejarku sampai di pintu gerbang besi, “Mela… maafin Mama ya Mel…” ucapnya sendu.

“Akan kumaafkan kalau Mama tidak mengulanginya lagi dengan si Ricky jahanam itu,” sahutku yang lalu bergegas menghampiri sedanku. Membuka pintu depan sebelah kiri dan masuk ke dalamnya.

Dalam keadaan galau, aku jadi lupa bahwa seharusnya aku djuduk di belakang. Tapi saat itu aku sudah telanjur duduk di samping Ivan. Maka kataku, “Ayo jalan Van… !”

Ivan memindahkan tongkat persneling matic ke D. Lalu sedan merahku meluncur perlahan di jalan aspal.

“Yang barusan ibunya?” tanya Ivan di belakang setirnya.

“Iya,” sahutku singkat.

“Masih muda ya ibunya. Cantik pula,” ucap Ivan sambil tersenyum -senyum.

Aku cuma menghela nafas panjang. Karena masih teringat pada semua yang terjadi tadi.

Dan aku mencoba untuk berpikir secara objektif. Bahwa menurut pengakuannya, Mama ingin melindungiku, agar jangan sampai diganggu oleh Ricky yang telah melontarkan ancamannya. Seandainya Mama mengatakan yang sebenar - benarnya, mungkin aku tak boleh terlalu marah padanya. Karena biar bagaimana pun Mama itu ibu yang mengandung dan melahirkanku ke dunia ini.

Aku bisa memaafkan Mama. Tapi aku tidak bisa memaafkan kalau Mama tetap berhubungan dengan si Ricky keparat itu. Kalau Ricky mau membuktikan ancamannya, silakan. Malah akan kuadukan lewatg pengacaraku, bahwa dia sudah mengganggu ketentraman rumah tanggaku dengan Papie.

Bahkan kalau jengkel - jengkel amat, aku bisa minta bantuan pada bodyguard Papie yang banyak dan rata - rata bertubuh tinggi tegap kekar itu.

Tapi aku yakin, Ricky takkan berani membuktikan ancamannya. Lagipula kalau hubunganku ddengannya dilanjutkan, mau ke arah mana dia membawaku kelak? Untuk membiayai dirinya sendiri pun masih payah sekali, apalagi membiayai istri dan anak - anak…!

Tapi seandainya Mama sudah ketagihan oleh permainan Ricky, bagaimana mengatasinya?

Tiba - tiba aku mendapat ilham yang bagus. Diam - diam aku memperhatikan Ivan dengan sudut mataku. Ivan yang sudah mengenakan pakaian casual, bukan seragam satpam lagi.

Hmmm… kalau dibandingkan dengan Ricky, Ivan ini jauh lebih ganteng. Kulit Ivan pun putih cemerlang. Tidak seperti Ricky yang berkulit coklat kusam

(Sekarang aku baru nyadar kalau si Ricky itu jelek…! Tapi kenapa dahulu aku bisa menerima cintanya?).

“Ivan… bisa gak aku minta tolong sama kamu?” tanyaku tiba - tiba.

“Minta tolong apa Pam?”

“Aku butuh sesuatu…”

“Butuh apa?”

“Butuh ini…” sahutku sambil memegang celana panjang Ivan, tepat di bagian penisnya.

“Haaa?” Ivan menoleh padaku, “Nggak salah nih?”

“Ini serius Van. Aku butuh ini… tapi bukan buat aku.”

“Lalu buat siapa?”

“Buat ibuku itu…! Kan kamu bilang masih muda dan cantik. Makanya aku mau minta tolong sama kamu. Tolong gauli dia, supaya dia tidak terlalu jauh melenceng.”

“Sebentar… saya masih rada bingung Bu, eh Pam…”

Lalu kujelaskan semua yang telah terjadi itu. Bahwa mantan pacarku meminta Mama sebagai kompensasi atas kejadian diputuskannya hubunganku karena mau menikah dengan Tuan Mathias. Dan aku tidak suka Mama berhubungan dengan mantan pacarku itu. Untuk itu aku membutuhkan lelaki lain, agar pikiran Mama beralih ke lelaki yang kuajukan.

Dan Ivan ini sangat memenuhi syarat. Dia jauh lebih bagus daripada Ricky. Usianya pun lebih muda daripada Ricky. Karena Ricky sudah berusia 31 tahun, sementara Ivan ini seangkatan denganku di SMA dahulu. Jadi kira - kira umurnya pun sebaya denganku.

“Bagaimana Van?” tanyaku, “Kamu bersedia untuk mengikuti arahanku?”

Ivan tidak menjawab. Tetap berkonsentrasi pada setir mobilku.

Maka kataku lagi, “Kalau kamu bersedia membantuku… aku takkan melupakan jasamu. Aku akan berusaha agar kamu mendapatkan jabatan yang bagus di perusahaan nanti.”

“Tapi… saya bukan gigolo Pam.”

“Lho… siapa yang nganggap kamu gigolo? Aku tidak menjanjikan bayaran kan? Aku minta tolong padamu sebagai sesama teman lama. Bukan sebagai istri boss kepada anak buah suaminya. Bukan pula sebagai mak comblang yang akan menjodohkan kamu dengan ibuku. Bahkan aku dengan berat hati minta bantuan ini padamu.

“Tapi nanti saya harus menggaulinya secara rutin, begitu?”

“Iya,” sahutku, “anak muda zaman sekarang malah banyak yang terobsesi oleh wanita setengah baya seperti ibuku itu. Karena servis perempuan setengah baya pada umumnya sangat memuaskan. Daripada kontolmu dikocok sama tangan kan mendingan dimainkan di dalam memek. Ibuku itu sangat rajin merawat tubuhnya.

“Terus nanti Pampam mau nonton saya begituan dengannya?” tanya Ivan.

“Nggak lah. Aku hanya akan menemani ibuku pada awalnya aja. Kalau sudah siap main, aku akan keluar dari kamar ibuku dan tiduran di kamarku sendiri,” sahutku. Dengan hati tertawa, karena nantinya aku bisa nonton di kamarku lewat monitor CCTV.

Hihihiiii…!

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu