2 November 2020
Penulis —  Neena

Diario Segreto

BAB 07

Setelah makan siang bersama, mobil Kent meninggalkan restoran itu dan mengarah ke utara lagi, semakin jauh meninggalkan kotaku.

“Ini mau terus ke mana Bob?” tanyaku kepada Bobby.

“Snatai aja Mam. Pokoknya kita akan menuju tempat yang aman dan nyaman,” sahut Bobby sambil mempererat dekapan lengan kanannya, sementara tangan kirinya mulai mengelus - elus betisku. Membuatku degdegan. Tapi rasanya aku seperti tak punya tenaga untuk menepiskannya.

Bahkan ketika tangan Bobby merayap terus ke atas… kubiarkan saja. Namun tangan anak tiriku yang gagah itu menyelinap terus ke balik gaunku… merayap sampai ke pangkal pahaku. Bahkan mulai menyelinap ke balik celana dalamku. Membuat lututku semakin lemas. Dan tiada daya untuk menepiskan tangan yang mulai menggerayangi kemaluanku.

Yang bisa kulakukan hanyalah mendekap dada Bobby seerat mungkin. Dengan hasrat birahi yang semakin menagih - nagih.

Tapi ketika aku melihat ke luar, tampaknya mobil ini sudah berada di tengah hutan pinus.

“Kok masuk hutan segala Kent?” tanyaku.

“Santai aja Mam,” sahut Kent, “Hutan pinus ini punya Papie. Nanti kita akan nyantai di gubuk yang indah sekali pemandangannya. “

Mobil Kent terasa berada di jalan tanah, tidak diaspal. Dan terasa sedang menanjak dengan jalan yang berliku - liku. Sampai akhirnya berhenti di depan sebuah gubuk yang bukan sekadar gubuk. Karena tiang - tiangnya terbuat dari besi seperti yang biasa dipakai untuk tiang listrik. Atapnya pun terbuat dari genteng alumunium berwarna biru langit.

“Lihat itu Mam,” kata Bobby sambil menunjuk ke satu arah. Ke arah lembah yang banyak rumpun - rumpun bambunya, diselingi oleh pesawahan yang sedang menghijau, “Indah kan?”

Aku yang sedang berdiri di samping Bobby, spontan melingkarkan lenganku ke pinggangnya. “Iya, indah sekali,” sahutku.

“Lembah pesawahan dan rumpun - rumpun bambu itu, semuanya punya Papie,” kata Bobby lagi.

“Ohya?!” cetusku dalam kaget dan kagum. Ternyata harta Papie ada di mana - mana.

“Hutan pinus ini pun punya Papie. Luasnya sekitar limapuluh hektar,” kata Bobby lagi, “Nantinya hutan ini akan dijadikan kompleks villa yang akan mulai dibangun tahun depan. Tapi lembah pesawahan dan hutan bambu itu akan dibiarkan tetap begitu, supaya penghuni villa - villa di sini nanti kerasan menyaksikan pemandangan yang indah itu.

Aku cuma mengangguk - angguk. Sementara Kent kulihat sedang asyik mendengarkan musik deep house yang berdentum - dentum suara bassnya.

“Mamie gak keberatan kalau kita lakukan di situ?” tanya Bobby sambil menunjuk ke alas lantai gubuk yang empuk dan bertilamkan kulit sintetis itu.

“Nanti kalau ada orang lihat gimana?” aku balik bertanya, sambil mempererat dekapanku di pinggang Bobby.

“Gak mungkin ada orang ke sini Mam. Mamie gak lihat sebelum kita masuk ke hutan ini? Kan sekeliling hutan ini dipagar oleh kawat berduri. Ada tulisan Dilarang Masuk pula di pintu masuknya. “

“Ooo, begitu ya… terus Kent bagaimana?”

“Biarin aja Kent dengarin musik dulu. Dia takkan merecoki kita Mam. Nanti kalau aku sudah selesai, baru dia akan turun dari mobilnya. “

Bobby melepaskan sepatu dan kaus kakinya. Lalu menjatuhkan diri ke lantai bertilamkan kasur yang sangat lebar itu.

Aku pun melepaskan sepatuku, lalu menghempaskan diri ke dekat Bobby.

“Empuk sekali busanya ya?! Emang biasanya gubuk ini suka dipakai apa?” tanyaku.

“Dulu, waktu aku dan Kent masih di Indonesia, Papie suka ngajak makan rame - rame. Sekarang sih gak tau, apakah Papie masih suka makan di sini atau gak. Aku kan sudah lama tinggal di Kanada, Kent juga di Amerika,” sahut Bobby yang lalu merayap ke atas tubuhku. Untuk mencium bibirku dengan hangatnya.

Lalu Bobby berkata setengah berbisik, “Gaunnya lepasin aja ya Mam. Supaya gak kusut. “

“Bobby aja yang lepasin,” sahutku tetap celentang.

Kancing - kancing gaunku memang berderet di depan semua, dari bagian leher sampai ke bagian terbawahnya.

Tiba - tiba handphoneku berdering. Cepat kukeluarkan hapeku dari dalam tas kecilku. Ternyata dari Boyke…!

“Hallo Boy… !”

“Hallo Mamie… lagi di mana neh?”

“Lagi di hutan pinus, nganterin kedua abangmu. “

“Haaa?! Bang Bobby dan Bang Kent pada pulang?”

“Iya. Ada apa Boy? Tumben nelepon mamie seperti serius gitu. “

“Anu Mam… aku mau laporan… aku mau beli mobil. Mamie setuju gak?”

“Haaa?! Setuju banget. Berarti pikiranmu sudah dewasa tuh. Pakai motor terus kan besar resikonya. Mau beli mobil apa?”

“Yang sesuai dengan saldo tabunganku aja. Beli SUV juga gak apa - apa… “

“Hmmm… anak mamie udah belajar mandiri ya. “

“Iya Mam. Setelah deket sama Mamie, rasanya banyak yang harus kuperbaiki dalam hidup ini Mam. Pokoknya demi Mamie tewrcinta, aku mau melakukan apa aja. “

“Iya baguslah. Kalau duitnya kurang, jangan malu - malu, minta aja sama mamie. Nanti mamie tambahin. “

“Gak usah Mam. Duitku sudah cukup banyak kok. Kan uang jajanku dinaikkan sama Papie. Makanya daripada duitnya nganggur, mendingan dibeliin mobil. Supaya kalau sedang hujan gak kehujanan. Naik motor kan sering kehujanan, sampai kena flu terus. Makanya motorku mau dijual aja, uangnya mau digabung dengan tabunganku.

“Iya.. iyaaa. “

Bobby menatapku, “Siapa barusan? Boyke Mam?” tanyanya.

“Iya. Dia titip salam sama Bobby dan Kent katanya. Barusan dia laporan, mau beli mobil. “

“Haaa?! Boy mau beli mobil?! Hahahaaa… teraphi dari Mamie sangat manjur ya. Boy udah mau kuliah, udah mau mobil pula. Berarti dia mau setop pakai motor. “

“Iya. Dia bilang motornya mau dijual buat nambahin uang untuk beli mobil. “

“Baguslah. Dia mau belajar mandiri rupanya. “

“Iya, duit jajan dari Papie dibiarkan ngendap di rekening tabungannya. Ternyata dia punya niat ingin beli mobil sendiri, bukan minta duit lagi sama Papie. “

“Bagus itu Mam. Dan sekarang… aku mau lepasin gaun Mamie yaaa,” ucap Bobby sambil membuka kancing - kancing gaunku satu persatu. Lalu gaunku dilepaskan olehnya dan menggantungkannya di kapstok dinding gubuk modern ini. Bobby seperti mau melepaskan behaku juga, tapi aku menepiskan tangannya sambil berkata, “Bobby sendiri masih pakaian lengkap gitu.

Bobby tersenyum. Lalu menanggalkan busananya sehelai demi sehelai. Tinggal celana dalam yang masih melekat di tubuhnya. Lalu dengan senyum macho di bibirnya, Bobby melepaskan behaku secara hati - hati. Disertai bisikan, “Mamie memang luar biasa cantik dan seksinya. Beruntung Papie bisa mendapatkan Mamie, sehingga kami bisa mewakili Papie seperti sekarang ini.

Sebagai perempuan, tentu saja aku senang mendengar pujian dari Bobby itu.

Dan… ketika Bobby menciumi toketku, lalu mengemut pentilnya, aku pun tak mau kalah. Kuselinapkan tanganku ke balik celana dalamnya. Wow… ternyata penis Bobby tak kalah “gagah” dari penis adik bungsunya (Boyke). Sudah ngaceng berat pula.

Jujur… aku semakin dibelenggu oleh nafsu birahiku. Sehingga tanpa malu - malu lagi kupelorotkan celqana dalam Bobby. Dan kupegang penis ngacengnya ini, sambil membayangkan nikmatnya kalau penis ini sudah dibenamkan dan dientotkan di dalam liang memekku…!

Lalu, tanpa canggung - canggung lagi kujilati puncak dan leher penis anak tiriku ini. Sesaat kemudian penis Bobby bahkan kukulum dan kuselomoti dengan lahap sekali.

Sehingga Bobby pun menggeliat - geliat. Sementara penisnya jadi semakin ngaceng dan kemerah - merahan.

Tapi aku tak mau terlalu lama menyelomoti penis Bobby. Lalu menelentang dengan nafsu birahi yang sudah semakin menguasaiku.

Dan kubiarkan Bobby menarik celana dalamku sampai terlepas di kedua kakiku.

Ternyata Bobby pun langsung menyerudukkan mulutnya ke… memekku… Kemudian ia menjilati memekku dengan lahapnya. Bahkan jari tangannya pun ikut campur, menyodok - nyodok liang memekku seperti ayunan penis tengah mengentot. Aku pun menggeliat - geliat sambil menahan - nahan nafasnya. Bahkan pada suatu saat aku berkata terengah, “Sudah basah sekali Bob…

Bobby menurut saja pada perintahku. Sabil berlutut ia meletakkan puncak penisnya di mulut vaginaku. Lalu ia mendorong penisnya. Dan terasa masuk sampai leher penisnya. Kemudian ia mendorongnya lagi dengan kuat sekali… sehingga penisnya masuk lagi sampai lebih dari setengahnya.

Aku pun menarik leher Bobby ke dalam pelukanku sambil berbisik, “Mamie gak pernah menyangka kalau kamu bakal langsung menyetubuhi mamie. Padahal baru beberapa jam kamu tiba di rumah kan?”

“Aku sih udah ngebayangin sdebelum terbang ke Indonesia,” sahut Bobby, “Karena Papie paling takut kalau aku main dengan perempuan sembarangan. Makanya Papie relakan miliknya yang paling berharga ini, untuk ikut dinikmati oleh anak - anaknya… emwuaaaaahhhh… “Bobby mengakhiri kata - katanya dengan ciuman hangatnya di bibirku.

“Untung kamu ganteng Bob,” sahutku, “kalau gak ganteng, mana aku mau?!”

Bobby tersenyum sambil start… mulai mengayun penisnya bermaju - mundur di dalam jepitan liang memekku.

Tentu saja aku mulai merasakan nikmatnya disetubuhi oleh Bobby ini. Tapi kenapa aku membayangkan hal yang lebih dari ini? Kenapa aku membayangkan indahnya kalau aku bisa memegang penis Kent pada saat Bobby sedang mengentotku ini?

Ya… aku sering menyaksikan film bokep, tentang cewek yang “dikeroyok” oleh dua orang cowok. Pernah juga nonton yang ceweknya seorang sementara cowoknya tiga orang. Bahkan aku pernah juga nonton bokep yang ceweknya diantri oleh beberapa orang cowok… bahkan sampai 50 orang cowok memuntahkan air maninya di tubuh si cewek.

Hiiii… aku tak mau dikeroyok oleh cowok sebanyak itu. Aku cuma ingin merasakan yang sudah jelas hadir saja. Ingin agar Kent jangan terlena mendengarkan musik di dalam mobilnya. Aku ingin Kent cepat turun dari mobilnya, lalu bergabung bersama Bobby di dalam gubuk modern ini. Aku ingin merasakan bagaimana fantastisnya menikmati dua macam penis dalam waktu bersamaan.

Namun entotan Bobby makin lama makin gencar. Bahkan dasar liang memekku terus - terusan disundul oleh puncak penisnya.

Aku p;un mulai melontarkan rintihan - rintihan di luar kesadaranku. Berlontaran begitu saja dari mulutku. “Bobby… aaaaah… Boooob… aaaaaaa… aaaaah Boooob… entot terus Booob… jangan brenti - brenti… entot teruuuuuusssss… entoooooottttt… “

Bahkan aku lalu merasa ingin agar rintihan - rintihanku terdengar oleh Kent. Karfena itu aku sengaja merintih - rintih lebih keras lagi, agar suaraku bisa mengalahkan bunyi musik yang sedangb Kent dengarkan di dalam mobilnya, “Booob… Oooo… ooooh Booobby… Ini enak sekali Boooob… Entot terus Booob!

Tampaknya “usaha”ku mendatangkan hasil. Ketika Bobby sedang gencar - gencarnya mengentotku, ketika rintihan - rintihanku semakin lama semakin keras, bunyi musik dari mobil Kent pun hilang. Lalu terdengar bunyi pintu mobil dibuka dan ditutupkan. terdengar pula bunyi langkah Kent mendekati gubuk modern ini…

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu