1 November 2020
Penulis —  mastershinden

Pengalaman Hidupku Bersama Mama dan Tante Lia

Part 4: Kandang Hewan Penuh Kenikmatan

“Bagaimana pak?” Tanyaku tanpa mengalihkan mata dari dua wanita telanjang yang terkapar di depan.

“Bagus… syaratnya belum selesai, masih ada permainan menarik.. ”, jawabnya santai sembari menghembuskan asap rokok. Aku yang masih lemas, tak bergairah untuk bertanya lebih lanjut, tetapi di dalam hati aku ingin kembali menggarap dua wanita di depanku. Aku sudah tidak peduli sudah jam berapa sekarang.

“Lalu kapan kami bisa keluar dari sini pak?!” Tanyaku mulai emosi.

“Hahaha orang-orang yang tersesat di sini biasanya baru bisa keluar dari sini ketika malam purnama tiba,” jawab Pak Simo dengan nada mengejek.

“Tapi sampeyan cukup beruntung, purnama akan datang besok malam, sampeyan mungkin bisa keluar dari sini besok paginya, tentu saja kalau sampeyan masih mengikuti syarat-syarat permainannya”, tambahnya.

Aku berpikir keras, tak mungkin aku kabur sementara mama dan tanteku tak berdaya diperkosa di gubuk ini. Aku juga bergidik membayangkan, bagaimana nasib orang-orang yang terjebak saat purnama telah berakhir, bisa-bisa sebulan mereka terperangkap di sini karena purnama selanjutnya baru datang bulan depannya.

Ketika aku masih larut dalam pemikiranku, Pak Simo bangkit mendekati dipan dua wanita malang itu dan menepuk pantat Tante Lia sambil berbisik parau, “Sampeyan turun dan nungging”.

Pak Simo juga memerintahkan hal yang sama kepada mama yang masih meringis kenikmatan setelah disetubuhi anaknya sendiri. Pak Simo beranjak mengambil sesuatu dari lemari reotnya. Benda tersebut ternyata adalah dua kalung anjing dan sebuah cambuk. Perasaan ku mulai tidak enak. Lantas, dengan cekatan Pak Simo memasang kalung dan rantai anjing itu di leher keduanya.

“Jalan nduk!”, perintah Pak Simo sambil memecut pantat keduanya sedangkan tangannya yang satu lagi memegang pegangan dari dua rantai kalung anjing tersebut.

Mereka berjalan mengikuti arahan Pak Simo sambil merangkak dan membuat payudara mereka bergoyang-goyang. Ingin rasanya aku menangkap payudara mereka, tapi ku pendam dalam-dalam hasrat itu. Pak Simo hanya tertawa melihat tingkah kedua hewan peliharaan barunya itu.

“Sekarang sampeyan harus dientoti sama suami baru kalian hahaha”, ujar Pak Simo.

Aku penasaran siapa yang Pak Simo maksud. Kurasa tidak mungkin papa hidup kembali. Aku mengikuti langkah mereka, yang juga diikuti oleh Asih dan Bu Sekar yang masih bugil. Bu Sekar membawa kendil berasap kemenyan. Kini kami telah sampai di bangunan di belakang rumah setelah menerobos hujan. Bentuknya seperti kandang.

Bisa kucium bau pesing yang menyengat, keluar dari dalam bangunan itu. Kudengar gonggongan anjing dan ringkikan kuda yang rupanya menyadari tuannya datang. Benar saja, ternyata di dalam ruangan yang tanpa penerangan itu terdapat dua ekor anjing dan dua ekor kuda, semuanya berbulu hitam dan bertubuh cukup besar.

Asih menyalakan lampu teplok dan membuat ruangan menjadi sedikit bercahaya, cukup untuk melihat seluruh isi kandang itu. Kemudian aku, Bu Sekar, dan Asih mengambil tempat duduk di tumpukan rumput jerami, sementara Pak Simo yang memegang ujung rantai kalung anjing yang masih mengikat pada leher mama dan tante berdiri di depan kami.

“Permainan selanjutnya adalah bermain dengan kuda dan anjing-anjing ini hahaha. Siapa yang paling cepat membuat mereka ngecrot, maka dialah pemenangnya. Yang menang akan dapat hadiah, dan yang kalah akan mendapat hukuman” jelas Pak Simo.

Aku bergidik, bagaimana mungkin manusia bersetubuh dengan hewan? Apakah orang tua itu sudah gila? Tapi masa bodoh lah, aku sudah disini dan lebih baik kunikmati saja semua permainan ini.

“Lonte-lonte ini harus membuat kuda-kuda ini ngecrot terlebih dahulu, baru anjing-anjingnya”, lanjutnya.

“Sebelum bermain, saya perkenalkan ini Jago”, sambil menunjukan kuda berbulu hitam legam tetapi kepalanya ada loreng putih.

“Dan ini Joko”, sambil menujuk kuda berbulu coklat.

“Kalau ini namanya Gendheng”, sambil menunjuk salah satu anjing hitam.

“Yang ini favoritnya Asih dan Sekar, si Sableng.” Anjing ini juga berbulu hitam.

“Ayo lonte, mulai dari sekarang!”, Perintah Pak Simo.

Dengan merangkak, mama dan tante yang masih dalam pengaruh guna-guna Pak Simo langsung beranjak mendekati kuda masing-masing. Mama merangkak ke arah Jago sementara Tante Lia mengarah ke Joko. Mereka langsung mengambil posisi jongkok di bawah perut kuda mereka. Mama dan Tante Lia terbelalak melihat penis kudanya masing-masing yang sudah ereksi itu besarnya seukuran lengan anak 10 tahun.

Bentuknya pun berbeda dari penis manusia. Setelah sekian detik mengamati, mereka mulai mengambil dan mengelus benda asing milik kuda-kuda itu. Si kuda mulai meringkik pelan. Setelah merasa familiar, Tante Lia mulai mengendus-ngendus penis si Joko. Tak dapat kubayangkan bagaimana aroma dari penis tersebut.

Tak mau kalah, mama melakukan hal yang sama pada Jago. Kini bahkan mama mulai menjilati kepala merah jambu penis Jago. Tentu saja Tante Lia tak mau kalah juga, disapukan lidahnya di sekujur batang kejantanan si Joko. Mataku nanar menyaksikan dua wanita malang itu menjilati dengan rakus sebatang penis yang bahkan bukan penis seorang manusia.

Ringkikan kuda-kuda mereka semakin keras. Dalam kondisi tidak sadar kini mereka berusaha megulum penis-penis raksasa itu. Tampak sekali mama dan tante ingin memasukkan kepala penis kuda itu tetapi terlalu besar untuk mulut mereka. Paling-paling hanya bagian lubang kencingnya saja yang masuk. Tapi mereka tidak putus asa.

Mereka terus menjilati dan memainkan lidahnya di seluruh batang penisnya. Semakin mereka memainkan lidah mereka, kuda-kuda itu semakin gelisah dan ringkikan mereka semakin keras. 20 menit kemudian, Tante Lia mulai mencoba memasukan penis Joko ke dalam vaginanya. Sepertinya tante berpikir dengan cara ini si Joko bisa keenakan dan menembakan spermanya secepat mungkin.

Tante membungkukkan badannya hingga setengah menungging dan mengarahkan penis si Joko dengan tangannya ke vaginanya. Awalnya tante kesulitan memasukan penis si Joko karena diameter penisnya yang besar. Tapi tante tidak kehilangan akal, digesek-geseknya penis si Joko ke kemaluannya. Setelah penis Joko telah dibasahi lendir vagina tante dan bibir vagina tante telah cukup terbuka, ia mulai memasukan penis Joko ke vaginanya.

“Ouuuhhh…”, Lenguh tante saat memasukan penis si Joko ke liang senggamanya.

Tentu saja tidak muat, paling-paling hanya 5 cm saja yang bisa masuk. Tak kusangka si Joko turut membantu usaha tante dengan memajukan tubuhnya, hingga penisnya terus maju menghujam vagina sempit Tante Lia dan membuat mata tante terbelalak hingga kelihatan hanya bagian putihnya saja. Nafsu hewani Tante Lia mulai membara.

Tante Lia mulai melenguh kesakitan sekaligus kenikmatan. Pemandangan yang sangat gila. Payudara montok yang menggantung di dada Tante Lia dan perutnya yang agak berlemak kini bergoyang-goyang seirama saat digenjot oleh si Joko, menjadi santapan penglihatanku di dalam ruangan remang-remang ini. Persetubuhan itu menyebabkan susu dari payudara tante keluar sendiri saat bergoyang-goyang.

Tak mau jadi sekedar penonton, aku mulai menggerayangi Bu Sekar dan Asih. Mungkin karena telah merasakan sensasi ngentot dengan mama dan Tante Lia, akhirnya aku lebih bernafsu kepada yang lebih tua, yaitu Bu Sekar. Ditambah, sebelumnya aku “dilarang” untuk menyetubuhi mereka karena aku harus bersetubuh dengan mamaku terlebih dahulu, ini adalah kesempatanku untuk menggarap ibu dan anak ini.

Ku rebahkan Bu Sekar dan kubuka kain sarungnya, sementara itu ia hanya senyum-senyum saja. Kukangkangkan kakinya dan tanpa ba bi bu kuhujamkan penisku ke vaginanya mulus tak berbulunya. Ughh… rasanya sempit sekali, lebih sempit dari vagina Tante Lia. Aku tak heran jika vagina yang biasanya dihujami penis Pak simo yang oversize itu masih rapat sekali, pasti karena Bu Sekar rajin meminum ramuan-ramuan jamu untuk merapatkan vaginanya.

Ketika penisku sudah ambles semua, tiba-tiba kaki Bu Sekar melingkar mencengkeram di belakang tubuhku. Kedua betisnya menyilang erat di pinggulku. Tangannya melingkar di leherku hingga aku rebah di perutnya. Bibirku bertemu bibirnya. Tentu saja hal itu membuat aku tidak bisa menggenjot maju-mundur tubuhku.

Tetapi ada sensasi lain yang kurasakan… batang kejantananku seperti digenggam dan diremas-remas di dalam liang sempit yang becek ini. Kedutan penis dibalas kedutan vagina. Makin lama penisku rasanya seperti disedot dipompa masuk ke vaginanya. Inikah yang disebut empot ayam? Benar-benar sensasi bersetubuh yang berbeda jika dilakukan dengan menggenjot seperti yang kulakukan sebelumnya bersama mama dan Tante Lia maupun seperti yang kulihat di film porno.

Tetapi cepat kuberejakulasi, cepat pula penisku ngaceng lagi melihat Asih yang siap disetubuhi yang dari tadi duduk disampingku memperhatikan aku menyetubuhi ibunya. Ku dorong Asih hingga rebah, kubuka kemben yang menyarungi kakinya, dan tanpa foreplay, langsung kutancapkan penisku pada vaginanya yang sudah basah mengangkang.

Kugenjot seirama dengan kuda-kuda itu menggenjot mama dan tanteku. Ohh.. akhirnya aku berhasil menikmati vagina Asih yang sebelumnya melarangku untuk menyetubuhinya. Tiap kugenjot maka payudara Asih bergoyang naik turun liar. Hal itu tentu saja membuatku tidak tahan untuk menangkap dan meremas-remas payudaranya.

Ibunya tak mau kalah, ia, langsung berjongkok diatas kepala anaknya. Bibir vagina Bu Sekar berada tepat di bibir anaknya. Asih langsung menangkap rekahan bibir vagina ibunya dengan mulutnya. Oh my god… sekarang didepanku ada pemandangan seorang anak perempuan menjilati kemaluan ibunya sendiri. Keluarga apa ini… aku sudah tidak peduli.

Slurp slurp slurp suara vagina Bu Sekar yang dihisap Asih. Rupanya Asih menghisap spermaku yang tadi kukeluarkan di liang vagina ibunya. Tak ketinggalan tangannya Asih ikut mengorek-ngorek dalam vagina sempit ibunya, berharap mendapat lebih banyak sperma. Pemandangan itu membuat aku menyodokan penisku ke vagina muda Asih semakin dalam.

“Ahh… Mas Rendyy… sodok terus kontolnya mas…”, erang Asih.

Anak sebelia itu sudah sebinal itu, pasti ajaran orangtuanya. Setiap kugenjot Asih selalu muncul bunyi kecipak pyek pyek pyek dari dalam vaginanya. Bunyi itu ditimbulkan karena vaginanya yang sangat becek. Sementara itu aku mulai mencium bibir Bu Sekar yang sedang merintih karena vaginanya sedang dihisap-hisap oleh anaknya.

Tanganku juga berpindah ke payudara Bu Sekar yang lebih besar dari punya anaknya itu. Kumainkan puting coklat kehitaman yang mengacung itu. Sekarag tangan kananku memainkan payudara kiri si ibu dan tangan kiriku sibuk memilin puting payudara kanan si anak. Kulakukan bergantian. Tiba-tiba Asih mengejang hebat.

Penisku terasa seperti tersedot di dalam vaginanya. Dia mendapat orgasme, membasahi batang penisku yang masih menancap di liang senggamanya. Kedutan dan remasan vagina khas anak muda yang masih membara nafusnya hampir saja membuatku ikut orgasme. Kupelankan genjotanku untuk membuatnya menikmati orgasmenya dan juga agar aku tidak jebol duluan.

Tanpa mencabut penisku, aku rebah disamping menghadap Asih, begitu juga Asih yang sekarang rebah kesamping menghadapku. Kini aku merubah posisiku kembali menjadi rebah telentang sehingga Asih jongkok diselangkanganku, dengan penisku masih menancap di vaginanya. Asih langsung menggoyangkan tubuhnya naik turun.

Ooh… vagina sempit nan beceknya kembali meremas batang kejantananku. Kami benar-benar terjebak pada gairah anak muda. Permainanya seperti menunjukan bahwa Asih bukanlah seorang pemula, dan aku sudah bodo amat. Bu Sekar bersimpuh disebelah Asih yang sedang menggenjot penisku, ia memilin dan menjilat puting payudara anaknya.

Sambil terus menggenjot, tanpa dikomando Asih melepehkan sperma yang tadi dihisapnya dari vagina ibunya ke mulut Bu Sekar yang juga sudah terbuka, juga tanpa dikomando. Bu Sekar memainkan spermaku sebentar di mulutnya kemudian diberikan lagi sperma yang sudah bercampur ludah itu ke mulut anaknya. Begitu terus bergantan hingga kemudian Asih membagi dua sperma tersebut untuk ditelan bersama-sama dengan ibunya.

Di saat yang bersamaan, mama melepas kulumannya dan mulai menjepit penis si Jago diantara kedua payudaranya. Huft sial, aku saja belum mendapat jepitan dari payudara mama, tetapi kuda itu sudah menikmatinya. Mama menaik-turunkan jepitan payudaranya yang mengkilat-kilat karena keringat. Mama memilin-milin putingnya sendiri hingga asinya keluar membasahi penis kudanya.

Sungguh aku cemburu sekali dengan kuda itu. Tentu saja aku ingn sekali penisku di basahi susu mama. Saking panjangnya penis si Jago, beberapa kali kepala penis kuda itu menyudul mulut dan pipi mama saat mama memainkan jepitannya. Hal itu membuat mama beberapa kali tersentak dan hampir terjungkal ke belakang.

Kali ini Pak Simo membuka celana sontognya dan mulai mengocok penisnya sendiri. Penis raksasanya bahkan masih kalah dengan penis kuda-kudanya. Si Jago mulai keenakan, ringkikannya semakin liar, kepala penisnya semakin cepat menyundul nyundul wajah mama. Suatu ketika si Jago yang makin gelisah menendang perut mama.

“Apa-apaan ini?! Dimana saya??…” kata mama.

Rupanya mama sadar akibat tendangan si Jago. Dengan sigap Bu Sekar memberikan asap kemenyan di sekitar kepala mama dan seketika mama kembali terhipnotis kembali. Si Jago mendekati mama yang sudah terkulai di depannya akibat terjungkal tadi. Kuda itu merundukan kepalanya, mengarah kepada sela-sela paha mama, ke selangkangan mama.

Kuda itu mengendus sebentar bulu kemaluan mama, tak lama kemudian si Jago melumat bibir vagina mama dengan lidah tebalnya. Tentu saja itu membuat mama meracau keenakan. Lidahnya yang kasar dan ludah yang lebih kental dari punya manusia membuat mama menjadi binal kembali. Badannya kelojotan seperti disetrum.

Menyaksikan ibu kandungku dipuasi seekor kuda membuatku cemburu. Puas menjilati bibir kemlauan mama, si Jago naik terus ke atas menjilati perut mama kemudian naik lagi ke payudara mama. Kuda itu menjilati inci demi inci payudara mama. Lidahnya bermain disekitar putting coklat mama. Mama kegelian dibuatnya.

Selesai menghabisi payudara mama, kuda itu terus merunduk maju menuju wajah mama. Tak ketinggalan wajah mama juga dijilatinya. Lama-lama kuda itu terus maju hingga penisnya tepat diatas vagina mama yang sedang rebah di lantai kandang. Si Jago menurunkan tubuhnya. Ujung kepala penis si Jago sekarang sudah bersentuhan dengan bibir vagina mama.

“Oohh… sakit… ohhh… masukin terus…”, racau mama.

Si Jago mulai memaju mundurkan tubuhnya. Namun seakan mengerti yang disetubuhinya bukan manusia, si Jago melakukannya dengan pelan dan lembut. Tentu saja itu membuat mama menjadi nyaman dan semakin binal.

“Aahh… sodok terus… ahhh… ahhhh… cepat buahi sayaa Ahhhh…” kata mama sambil mengejang karena mendapat orgasme, oleh seekor kuda! Jago hanya meringkik pelan merespon orgasme mama.

Disaat bersamaan, Tante Lia yang sedang disetubuhi oleh kuda dari belakang tampak kewalahan akibat vaginanya dihujami benda asing itu. Si Joko yang keenakan juga meringkik-ringkik pelan.

“Ahhh… ahhh… hmmm… ayo sodok terus Joko…”, dengus Tante Lia.

Suasana di dalam kandang ini sangat gaduh, dipenuhi erangan dua wanita binal yang sedang disetubuhi oleh makhluk bukan manusia. Aku terpana dengan mama. Tubuh seksi mama sedang berhadap-hadapan dengan tubuh kuda berbulu hitam yang sedang menyetubuhinya di atasnya. Sangat intim sekali. Lama lama si Jago mulai mengencangkan genjotan maju mundurnya… dan crottt… kuda itu menumpahkan spermanya di dalam vagina mama.

Aku yakin meski hanya 10 cm penis kuda itu yang bisa masuk, spermanya pasti tetap memenuhi rahim mama. Kuda itu segera mencabut penisnya dengan kasar. Lelehan sperma kuda yang keluar dari liang senggama mama seperti banjir bandang, sangat deras. Sepertinya rahim mama tidak sanggup menampung sperma itu hingga yang keluar segitu banyaknya.

Bisa kupastikan lelehan sperma yang keluar dari vagina mama lebih banyak dan deras dibandingkan sperma Pak Simo tadi.. Tante Lia melirik mama yang sudah berhasil membuat si Jago mengeluarkan spermanya. Kini tante mulai ikut membantu menggenjot penis kudanya. Tante mempercepat genjotannya agar si Joko segera ejakulasi.

Mama menang pada ronde ini tapi permainan belum selesai Kini mama sudah beranjak merangkak ke arah “suami” selanjutnya, yaitu si Gendheng, anjing hitam besar itu sementara tante belum berhasil membuat Joko berejakulasi. Sperma si Jago masih berceceran keluar dari vagina mama ketika mama merangkak mendekati Gendheng.

Gendheng yang tau “istrinya” datang langsung mengitari tubuh mama yang sedang menungging. Bisa kulihat kurap di punggung anjing itu. Kemudian anjing itu mengendus-endus vagina mama yang berbulu cukup lebat itu. Lantas si anjing menjilati kemaluan mama dengan rakus. Mama kembali merintih kemaluannya dijilat oleh lidah kasar itu.

Setelah sekitar 10 menit menjilat kemaluan mama, si Gendheng mulai menaiki tubuh nungging mama. Penisnya yang berbentuk aneh itu makin mendekati vagina mama yang cukup terbuka lebar akibat tadi disetubuhi Jago. Tidak sulit bagi Gendheng untuk memasukan penisnya ke vagina mama. Si Gendheng terus memaksa penisnya masuk ditelan vagina mama hingga bonggolnya ikut tertelan vagina mama.

Anjing kurapan itu mulai menggenjot mama dengan sangat kencang, sama seperti bagaimana anjing mengentot betinanya. Ail liurnya menetes dari lidahnya yang terjulur membasahi punggung mama. Sementara itu si Joko sepertinya telah sukses menembakan spermanya di rahim Tante Lia. Sama seperi mama, vagina Tante Lia juga tidak mampu menampung benih kudanya, hingga sperma itu mengalir deras keluar dari vaginanya.

Kini cepat-cepat tante berpindah kepada anjingnya, Sableng, agar tidak kalah dari mama. Di lantai kandng yang kotor, Tante Lia menungging di depan Sableng dan selanjutnya anjing itu mulai mengeksekusi tante. Kini kembali kandang pesing ini dipenuhi suara ribut rintihan kakak beradik yaitu mama dan Tante Lia yang sedang disetubuhi anjing-anjing beruntung itu.

Kembali ke permainanku dengan Bu Sekar dan Asih. Si ibu sekarang berpindah posisi berjongkok di atas kepalaku. Ia berhadap-hadapan dengan Asih. Ia menurunkan pinggulnya hingga bibir vaginanya menempel di mulutku. Pinggulnya ia goyangkan dengan erotis. Selangkangannya menekan keras wajahku tetapi tangannya juga menekan kepalaku sambil mengacak-ngacak rambutku ke selangkangannya hingga membuatku sesak nafas.

Satu satunya yang kuhirup hanyalah aroma liang kewanitaannya. Puas vaginanya bergoyang di atas wajahku, kini Bu Sekar rebah di atas perutku. Payudara montoknya menempel di perutku. Wajahnya tepat berada dipinggulku yang mana penisku masih digenjot Asih. Vaginanya masih menempel di mulutku. Sambil digenjot Asih, Bu Sekar menjulurkan lidahnya ke vagina Asih dan penisku sekaligus.

Kami berputar posisi lagi. Aku menepuk pantat Bu Sekar yang ada di wajahku agar ia bangkit sebentar. Dengan setengah duduk, ku rebahkan Asih dengan penisku masih menancap di vaginanya. Perlahan kudirikan tubuhku dan kuluruskan kaki Asih ke atas. Perut dan pinggul Asih ikut naik lurus ke atas. Sekarang Asih seperti sedang melakukan sikap lilin.

Dengan menekuk sedikit lututku, aku mulai menggenjot Asih kembali. Bu Sekar berdiri di sampingku sambil memberikan payudaranya untuk kuhisap. Tak lama kemudian aku menyemprotkan spema ku di dalam vagina Asih. Dengan posisi ini seharusnya spermaku benar benar menetes masuk kedalam rahimnya. Dua wanita ibu dan anak ini benar benar tahu bagaimana cara memuaskan seorang pria.

Tak lama kemudian tante berhasil membuat Sableng menembakan sperma di rahimnya yang ditandai dengan erangan tante ketika si anjing menyemprotkan spermanya. Tante berhasil membuat suami anjingnya ejakulasi lebih dahulu daripada mama, sekaligus menjadi pemenang permainan ini. Sementara itu mama mulai mempercepat goyangan pingggulnya agar anjingnya cepat mengeluarkan benihnya.

“Ini dia hadiah untuk pemenangnya haha dasar lonte binal, taunya hanya dipuasin ama anjing,” sambil menembakan cairan putih dari pabrik spermanya yang tak habis-habis keluar.

Sperma lengket Pak Simo menutupi seluruh wajah Tante Lia hingga seluruhnya ditutupi lendir putih.

Penis si Sableng masih terus menancap di vagina tante. Hal ini disebabkan oleh bonggol penisnya masih tertanam di dalam vaginanya sehingga penisnya belum bisa keluar. Konon hal ini dilakukan karena si anjing ingin memastikan spermanya tetap tertanam di dalam vagina si betina, tidak ada sperma yang keluar sehingga bisa membuahi si betina.

“Ayo entot terus anjing betinamu ini aaahhh ahhh cepat buahi saya”, pinta mama pada anjingnya, setelah melihat saudaranya sudah dibuahi lebih dahulu.

Timbul rasa kasihan pada mama membayangkan hukuman apa yang akan diterima oleh mama mengingat mama kalah dalam permainan ini. Aku ingin memberikan mama sedikit semangat kepada mama. Kuberjalan mendekati mama. Kuelus elus rambutnya. Penisku berdiri lagi. Siapa yang tidak bernafsu melihat ibunya dientot oleh seekor anjing.

“Mama…”, kataku sambil menyodorkan penisku di belahan payudaranya.

Kuambil kedua payudaranya untuk menjepit penisku, kugesek-gesek penisku di jepitan payudaranya yang lengket karena keringat dan ASI-nya. Mama masih merintih-rintih kenikmatan.

“Mama… mamaa jepit terus kontol Rendy maa…”, racauku.

Dientot dari depan dan belakang membuat mama semakin bernafsu, goyangan pinggulnya makin binal. Hal itu juga membuat si anjing menyesuaikan gerakan mama, ia juga mempercepat genjotannya. Tak lama si anjing kurapan itu berhasil menembakan benihnya di dalam liang senggama mama. Tak mau kalah aku juga menyemprotkan spermaku di payudara mama.

Permainan itu membuat aku, Asih, dan Bu Sekar kelelahan dan membuat kami tidur pulas tanpa sehelai pakaian apapun di kandang dengan hanya beralaskan jerami, Begitu pula mama yang tidur tengkurap di samping Gendheng dan tante yang tengkurap disamping Sableng setelah penis kedua anjing itu berhasil keluar dari vagina mereka.

To Be Continued…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu