1 November 2020
Penulis —  mastershinden

Pengalaman Hidupku Bersama Mama dan Tante Lia

Part 12: Mama Mulai Terjerumus (POV Mama)

Hari itu aku sendiri di rumah karena Rendy sedang kusuruh untuk mengantar rendang masakanku ke rumah adikku, Lia. Hari ini hari sabtu sehingga aku libur dari kantor. Klien pun sedang tidak ada yang cerewet minta bertemu. Sungguh akhir pekan yang kudambakan.

Beberapa minggu belakangan ini aku melihat ada yang aneh dari kamarku setiap pulang bekerja. Selalu saja isi lemariku berantakan. Tidak terlalu berantakan sih, tetapi lipatannya tidak serapih lipatanku. Aku mengenal betul bagaimana caraku melipat pakaianku. Yang lebih mengherankan lagi, bagian yang berantakan adalah di bagian aku menyimpan pakaian dalamku.

Tapi suatu ketika aku ingin memakai braku yang berwarna ungu, di bagian cup dalamnya aku melihat sebuah bercak putih menyerupai kerak. Aku yang polos hanya berpikir bahwa itu adalah sisa detergen yang tidak luruh saat dibilas. Berhubung aku sedang terburu-buru berangkat kerja, tanpa pikir panjang lagi, aku memakainya.

Sepulang kerja, aku kembali mengamati lemari pakaian dalamku. Agak berantakan kembali jika dibandingkan saat aku meninggalkannya tadi pagi. Kuamati satu per satu. Benar saja, kutemukan bercak serupa di beberapa pakaian dalamku, termasuk di celana dalamku. Kan tak mungkin kalau itu detergen, masa tidak terbilas di kebanyakan pakaian dalamku.

Aku mencium bercak itu. Kucium semilir bau pesing dan amis. Aku kenal bau ini! Meski sudah 7 tahun aku tidak mencium bau ini, aku masih tau bau apa ini. Pikiranku langsung tertuju ke Rendy. Siapa lagi laki-laki di rumah ini selain dia? Pasti dia sangat terpengaruh oleh kejadian keji dan mesum saat kami hendak pergi ke Solo beberapa minggu lalu.

Jujur, aku masih ingat beberapa kejadian saat itu karena aku sempat tersadar dan Rendy juga sudah cerita apa adanya. Aku sih berusaha melupakannya. Tapi tak kusangka Rendy masih menyimpan nafsu itu dan sepertinya malah makin bernafsu kepadaku, ibunya sendiri. Kuat dugaanku, karena ia tak mampu melampiaskan nafsu kepada mamanya, akhirnya ya pakaian dalamku ini yang dijadikan alat pemuas nafsunya.

Esoknya aku inisiatif untuk pulang dari kantor lebih cepat. Aku tahu Rendy hari ini sedang bimbel sehingga ia akan pulang malam (Rendy memang selalu pulang malam karena sedang mengikuti bimbel intensif untuk persiapannya masuk ke perguruan tinggi). Sesampainya di rumah aku mengendap ke kamarnya Rendy.

Kamarnya berantakan layaknya kamar anak laki-laki lain. Kubuka lemari dan tumpukan bajunya, tak ada pakaian dalamku yang disembunyikan di kamarnya. Aman. Aku memutuskan mengecek komputernya. Aku duduk di kursi putar yang ada di depan komputer itu dan menyalakan komputernya. Untung tidak dipassword. Kemudian aku mencari folder-folder di komputernya, tujuannya untuk mencari video porno yang dikoleksi anakku.

Aku tahu anak laki-laki jaman sekarang pasti menyimpan video yang tidak-tidak di gadgetnya. “Kalau sampai ketemu, awas saja kau Rendy, masturbasi itu tidak baik tau!” Kataku dalam hati. Aku tidak menemukannya. Tapi aku kan wanita kantoran, aku tidak bodoh dan aku familiar dengan komputer. Aku berhasil menemukan hidden folder yang berisi banyak video dan foto mesum.

“Astaghfirullah… banyak banget ckckck” decakku kesal.

Kubuka satu-satu video itu. Mataku nanar melihat isi video porno yang dikoleksi anakku. Ngilu hatiku melihat layar monitor, bagaimana film porno itu menampilkan wanita setengah baya yang direpresentasikan sebagai seorang ibu dan ibu tadi sedang dizinahi oleh seorang anak muda yang digambarkan sebagai anak dari wanita tadi.

Atau seorang murid bersetubuh dengan gurunya di kelas. Video jenis tersebut yang paling banyak dikoleksi Rendy. Video lain ada yang dibintangi oleh wanita yang sedang hamil, wanita terikat tali-temali di sekujur badannya lalu disiksa dengan alat yang aneh-aneh, wanita dikeroyok oleh lebih dari tiga orang sekaligus, kemudian ada video singkat yang menggambarkan seorang wanita sedang disetubuhi seekor anjing dan masih banyak lagi.

Aku tak kuat menonton video-video tersebut sehingga selalu kuskip adegan-adegannya. Video-video tersebut yang rata-rata berdurasi 1,5 jam paling lama kutonton 30 detik saja per videonya. Yang paling menyedihkan adalah aku menemukan beberapa klip video yang ternyata… video ku dan Lia yang sedang disetubuhi Pak Simo dan hewan peliharannya waktu itu.

“Hiks… hikss… kamu anak durhaka Rendy!” teriakku sambil menangis. Tak kusangka peristiwa itu sempat direkam anakku dan masih disimpannya. Berarti benar dugaanku. Rendy benar-benar berfantasi akan diriku. Ia pasti mengendap-ngendap ke kamarku setiap pagi hanya untuk bermasturbasi dengan menggunakan bra dan celana dalamku untuk membantunya berfantasi.

Anehnya, saat aku menonton video tersebut, tanpa kusadari tangan kiriku ternyata sibuk meraba selangkanganku. Tangisanku berhenti ketika aku menyadarinya. Dengan terisak-isak aku melepaskan celana pendek dan celana dalamku. Aku terus meraba selangkanganku yang diselimuti bulu-bulu kemaluan. Selangkanganku sudah basah.

Tangan kananku tak mau ketinggalan, ia meremas payudaraku sendiri. Sekarang aku tak percaya kalau aku jatuh ke jurang ini. Akhirnya aku bermasturbasi sambil menonton video koleksi anakku. Kakiku mengangkang di atas kursi putar ini, telapak kakiku bertumpu di meja komputer. Aku membayangkan jika akulah wanita yang ada di video itu.

Bagaimana kalau aku disetubuhi anakku sendiri? Bagaimana rasanya disetubuhi dalam kondisi hamil? Bagaimana rasanya terikat tali lalu disiksa? Apa enaknya disetubuhi anjing? Bagaimana kalau semua pria di video itu adalah Rendy? Pikiran itu terus terbayang-bayang dan sampailah aku ke puncak kenikmatanku.

Aku memasukkan dua jariku ke dalam lubang vaginaku, sementara jempolku sibuk memanjakan kelentitku. Akhirnya aku orgasme di depan komputer anakku. Aku menyeka air mataku, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi. Benarkah aku baru saja orgasme karena membayangkan anakku? Oh tidak. Aku kembali terisak.

Dengan sekuat tenaga aku bangkit dari kursi komputer dan mencari tisu untuk mengelap sisa-sisa cairan kewanitaan yang tercecer di sekitar meja komputer agar Rendy tidak curiga. Isak tangisku berlanjut hingga malam hari, menyesali perbuatan bodohku. Tapi yang terjadi selanjutnya adalah selama beberapa minggu kemudian aku rajin izin pulang cepat, khusus untuk bermasturbasi sambil menonton video koleksi Rendy.

Aku sudah terbuai dengan sensasi kenikmatan hubungan sedarah, meski hanya fantasi belaka. Kulakukan semuanya dengan rapi agar anakku tidak curiga. Suatu hari aku menemukan celana dalamnya tercecer di balik pintu. Tampaknya itu celana dalam yang bekas pakai. Kuambil celana dalam itu dan entah setan dari mana aku menghirup celana dalam anakku dalam dalam.

“Hmphhhhh”

Baunya agak pesing dan asam, tapi itu membuatku mabuk kepayang. Aku membayangkan selangkangan anak kandungku sedang berada di wajahku dengan penisnya bermain di sekitar wajahku dan anakku tersenyum akan kenakalan mamanya. Aku juga berfantasi sedang mengulum penis anakku yang seingatku lebih besar dari punya papanya.

Semakin lama tingkahku semakin mendorongku menjadi wanita yang binal. Ya, satu lagi dosaku bertambah hari ini. Aku bermasturbasi dengan celana dalam anakku. Dengan menghirup celana dalam anakku, aku melanjutkan masturbasiku di depan layar monitor. Hingga terkangkang-kangkang aku membayangkan Rendy, pinggulku terangkat ke atas saking nikmatnya.

Itulah awal mulanya aku “mengerjai” celana dalam Rendy. Dan yang kedua kalinya terjadi ketika hari sabtu itu. Sengaja Rendy kusuruh pergi ke rumah Lia, karena aku sedang “ingin-inginnya” pada hari itu. Hitung-hitung sambil membersihkan rumah, aku mampir ke kamar Rendy sekalian merapihkan kamarnya. Namun hasrat untuk bermasturbasi lebih besar dibandingkan keinginanku untuk merapihkan kamar Rendy.

Akhirnya seperti biasa, kuambil celana dalam Rendy dari lemari dan kuhirup dalam-dalam. Mulanya aku bermasturbasi sambil duduk di kursi sambil menonton video porno koleksi Rendy. Tapi aku ingin sesuatu yang beda. Aku ingin merasakan sensasi masturbasi di atas kasur anakku. Kulepaskan seluruh daster yang kupakai, kutaruh begitu saja di lantai.

Akhirnya aku pindah ke kasur anakku dan rebah di atasnya. Kubiarkan saja video di komputer terus berputar agar aku bisa mendengar suara desahannya. Dengan cepat aku bisa berfantasi sedang digauli oleh anakku sendiri di atas kasurnya. Aku kembali terkangkang-kangkang kenikmatan hingga jemari kakiku ikut meremas sprei kasur anakku.

Yup… sungguh nikmat masturbasiku ini. Aku menyebut nama anakku dalam desahanku. Oh sungguh ibu yang durhaka. Tanganku menggesek bibir vaginaku dengan cepat sementara tangan yang satunya memilin putingku. Celana dalam Rendy kuletakkan di wajahku begitu saja. Tak dapat kugambarkan sensasinya. Ya tuhan… aku benar-benar berada di awang-awang.

“Tin-tin-tin!” suara klakson mobil menyalak dari depan rumah. Suara klakson diikuti dengan suara pagar yang dibuka-tutup.

Astaga Rendy pulang! Kepalang tanggung pula. Dadaku berdebar keras kalau-kalau Rendy mengetahui aksiku. Dengan panik aku bangun dari kasurnya, segera memakai dasterku kembali, mematikan video dan komputernya, serta mengembalikan celana dalam milik Rendy ke lemarinya. Semuanya kulakukan dengan tangan bergetar karena buru-buru dan panik bercampur bingung.

Kini kudengar langkah Rendy yang sudah menaiki tangga ke lantai dua. Oh tidak, aku hanya punya sedikit waktu. Kurapihkan kamarnya semampuku agar ia tidak curiga. Kukembalikan kursi komputernya di tempat semula dan merapihkan spreinya. Rendy masuk tepat ketika aku sedang membetulkan kembali dasterku.

Rendy pun menanyakan apa yang aku lakukan di kamarku. Aku harap dia tidak berusaha menyelidiki apa yang barusan kulakukan. Akhirnya aku mengalihkan topik pembicaraan dan berhasil keluar dari kamarnya dengan membawa sapu yang tadi harusnya kugunakan untuk membersihkan kamarnya. Dengan terkangkang-kangkang aku berjalan menjauh dari kamarnya karena orgasme yang tanggung tadi.

Sepanjang malam aku menangis kembali, sama seperti malam pertama saat aku melakukan ini. Aku meratapi kebodohanku sebagai seorang ibu yang gagal mengontrol hawa nafsunya sendiri, terlebih aku berfantasi sedang berzina dengan darah dagingku sendiri, yaitu buah hatiku. Tapi di sisi lain aku juga menikmati fantasi ini.

To be continued…

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu