1 November 2020
Penulis —  kernel

Perahu

Ibu sangat puas mengintip aku dan Suti berciuman mesra dan saling membelai. saling mengulurkan lidah. Aku menjilati teteknya dan megelusnya. Sutri berada di pangkuanku dan kami berpelukan dengan mesra dan saling mebelai. Aku tahu, ibu mengintipku dari belakang Suti. Aku tahu ibu berahi mengintip kami.

akhirnya aku membuang kondom ke laut. Aku yang menjagadiri dengan SUti, kalau tidak nampaknya Suti mau nempel terus dan bermanja terus. Aku hanrus menjaga mata orang-orang kampung.

Saat Suti sekolah, aku mendengar pertengkaran kecil ibu dan ayahku.

“Kpk kamu bisa hamil, Bune…” kata ayah.

“Lho kok bisa hamil? Pertanyaanmu kok aneh. Apa kontolmu tidak mausk ke puki-ku?” tanya ibu tak kalah sengit.

“Tapi aku kan pakai kondom?” kata ayah.

“Ya enggak tau. Kita tanya saja petuigas KB,” kata ibu. Tak lama kebetulan bu Ningsih petugas KB dari kecamatan lewat di lorong rumah kami. Aku melihatnya dari atas perahu di kolong rumah. Aku mendengar percakapan mereka. Bu NIngsih mengatakan.

“Mungkin konromnya bocor, jadi bisa hamil. Kalau hamil ya sudah, soalnya kan Sutinah sudah SMP jadi sudah bisa hamil lagi,” kata bu Ningsih. Ayah pun diam. Ibu pun dengan kasar membentak ayah setelah bu Ningsih pergi.

“Tuh… jadi jangan tanya-tanya kenapa aku bisa bunting. Yang jelas yang bikin aku bunting, kontolmu sendiri,” kata ibu sangat sengit dan ketus, membuat ayah terdiam tak berkutik. Bahkan tersenyum. Ayah tau, kalau ibu ke laut, aku yang menemani. Yang ayah tak tau, kalau ibu hamil karena aku.

Ayah turun dari rumah menuju kedai kopi dan main catur di sana setelah ibu meaksanya minum obat. Saat ibu mau naik ke rumah, aku memanggilnya. Ibu datang dan naik ke perahu di kolopng rumah.

“Benar ibu hamil?” tanyaku. Ibu mengangguk.

“Ibu takut membuangnya,” jawab ibu.

“Kenapa dibuang, Bu?”

“Karena dalam perut ibu adalah anakmu. Bukan anak ayahmu,” jawab ibu berbisik. Aku diam.

“Kalau nanti harus menyanginya, karean dia anakmu. Ini rahasia,” kata ibu. Aku menganguk. Tak pernah terpikir, aku akan punya anak. Kutatap wajah ibu dan ibu menatap wajahku dengan senyum. Ibu tahu aku limbung dan tak menyangka akan punya anak.

“Tapi kau harus terus menerus menyiraminya,” kata ibu.

“Menyiram bagaimana bu?” tanyaku.

“Kita harus terus menerus ngentot, bodoh,” kata ibu ketus.

“Kenapa?”

“Kalau tidak, nanti di dalam perut anakmu sakit,” kata ibu. Aku mengangguk. Aku berpikiran, kalau orang hamil harus terus menerus disetubuhi. Aku diam. Aku haruspandai-pandai menguasai keadaan agar Suti tidak cemburu. Padahal kalau boleh, aku justru ingin punya anak dari Suti.

“Suti mana?” tanya ibu. Aku amenjelaskan, kalau Sutibaru saja pergi latihan pramuka ke sekolahnya.

“Ayo cepat. Kamu naik dari pintu belakang dan aku dari pintu depan. Kamu harus menyirami anakmu,” kata ibu. Aku cepat meningalkan perahu. Aku tak ingin anakku sakit dalam perut ibu. Cepat kututp pintu. Ibu juga menutup pintu dari depan. Ibu langsung ke dapur menemuiku dan memelukku. Aku juga memeluknya.

“Buat aku seperti Suti,” kata ibu. Aku mengisap-isap dan merabai tetek ibu.

“Ya.. kamu harusisap, supaya nanti air susu ibu banyak dan anakmu bisa menyusui dengan lahap dari tetek ibu,” bisik ibu. Aku mengiyakan dan melakukan apa yang dikatakan ibu.

Kedu tetek itu kuisap dan kujilati bergantian. Kuremas dan kubelai-belai. Sampai aku sudah meloighat ibu melepaskan pakaiannya. Ibu menidurkan tubuhnya di lantai. Aku melepas celanaku juga dan menindih ibu dari atas. Ku buka kedua paha ibu dan kutusukkan kontolku ke lubang memeknya. Ibu menari tengkukku dan menyedot-nyedot bibirku.

“Oh… kalau dari dulu aku mengathu begini… Kenapa ayahmu tak pernah melakukannya,” kata ibu.

“Ayah hanya melakukan apa, Bu?” tanyaku.

“Ayahmu hanya tau menusuk memek ibu dan menusuk belakang ibu, kalau ibu lagi haid,” katanya. Oh…

Aku terus menggenjotnya dan terus menusuknya. Dlam dan sangat dalam sekali. Ibu menggelinjang dan memelukku dengan kuat.

“Ayooo… toleee… diteruskan. Ibu sudah mau sampai.. terus nak…” kata ibu. Aku terus menggenjotnya dari atas. Aku menekan kuat tubuh ibu dan ibu memelukku. Kami sama-sama menikmatinya.

“Ayo… buruan… nanti ayahmu pulang…” Aku menggenjotnya lebih cepat lagi. Leboh cepat lagi dan lebih cepat lagi. Crooottt… croootttt… crrrooooottttt… Spermaku memenuhi lubang memek ibu dan kami berpelukan denga erat. Kii aku menyadari, bahwa aku juga sudah semakin menyayangi ibu, walau rasa sayangku lebih besar pada adikku Suti.

Kontolku keluar dari memek ibu karena mengacil. Aku bangkit. Ibu pun duduk membenahi celananya. Saat itulah terdengar ketukan di pintu depan. Ayah berteriak memanggil untuk dibukakan pintu.

“Kamu keluar dari pintu belakang langsung ke atas perhau,” kata ibu. Aku mendekati pintu dapur. Saat ibu melangkah ke depan dengan langkah yang kuat di atas lantai papan itu, aku membuka pintu dapur dan melangkahke bawah kolong dan naik ke prahu.

“Kenapa pintu dikunci? Mana anakmu?” tanya ayah.

“Di bawah membenahi jaring,” kata ibu.

“Kebnapa akutidak lihat?” tanya ayah.

“Karena matamu memang tuidak melihat,” jawab ibu ketus. Ayah turun ke korlong rumah. Dia mendapatiku tertidur didalam perahu. Saat ayah mau mendekat, aku pura-pura ngorok. Aku mendengar ayah melamgkah naik ke rumah.

“Wah… dia ngorok,” kata ayah.

“Biarkan dia ngorok. Dia letih sekali. Dia telah menggantikan kedudukanmu mencarimakan. Seharusnya kau banga pada anak laki-lakimu itu,” kata ibu.

“Ya… dia sangat muda menggantikan diriku,” kata ayah sedih. Ayahpu mengembangkan sajadah untuk melaksanakan shalatnya. Aku benar-benar tertidur saat adzan mahgrib berbunyi dari pengeras suara masjid, aku terbangun. Aku memenag letih, bukan mengakayuh perahu, tapi mengkayuh ibu agar anakku bisa aku sirami.

Sehabis makan malam, aku duduk di teras rumah. Ayah dan ibu sudah tertidur, demikian juga Suti. Tak ingin aku membangunkan Suti. Aku hanya memeluknya dan mengcup pipinya dengan sejuta sayang.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu