1 November 2020
Penulis —  Pemanah Rajawali

Obsesiku

KELAS LIMA - DI KAMPUNG

Ketika kami pulang kampung, ibu mewanti-wanti bahwa kami tidak boleh melakukan aktivitas kami karena takut, aktivitas kami sudah sangat intim sehingga ibu hanya memakai CD dan aku telanjang bulat, bila ada yang tiba-tiba masuk kamar kami, kami tidak akan bisa mengelak lagi. Oleh karena itu ibu memilih tidur bersama nenek.

Malam pertama kami di sana, bibiku dan aku hanya berciuman sebentar. Mbak Ela mengingatkan bahwa ibuku belum tidur, katanya.

“Hussh… Mbak Mila belum tidur, Ndra. Kalau kamu mau melanjutkan pacaran kayak tahun lalu, lebih baik menunggu lebih malam lagi. Jam sebelas atau dua belas.”

Maka kami saling memunggungi lalu pura-pura tidur. Ternyata benar, ibu mengechek keadaan kami tak lama kemudian. Sambil menunggu aku tertidur. Jam dua belas Mbak Ela membangunkan aku. Tahu-tahu dia sudah menindihku sambil menciumi mukaku.

“ibu gimana?” tanyaku disela-sela ciumannya.

“Mbak Ela sudah check. Ibu dan Mbak Mila sudah tidur kok…”

Kami saling memagut. Aku pegang kepalanya dan aku julurkan lidahku. Pertama-tama Mbak Ela tampak bingung, namun akhirnya ia mengikuti juga. Akhirnya lidah kami saling membentur dan bibir kami saling mengecup. Dalam kamar yang memiliki lampu agak remang, situasinya begitu erotis. Apalagi bau tubuh Mbak Ela juga tercium samar di hidungku.

Aku beringsut duduk dan melepaskan ciuman. Mbak Ela tampak heran. Kami duduk berhadapan. Aku pegang ujung bawah baju Mbak Ela dan aku tarik ke atas.

“Ndraaaa…” bisik Mbak Ela lirih. Tapi aku cuek saja dan terus menarik bajunya ke atas. Mbak Ela akhirnya menurut dan mengangkat kedua tangannya. Kulempar baju itu secara asal. Kubuka bajuku sambil melihat Mbak Ela yang tampak seksi dengan tubuh ramping dan BH remajanya. Aku peluk Mbak Ela dan mencium bibirnya lagi.

“Ndraaaa…?” bisik Mbak Ela lagi. Aku lepas pelukan dan menarik bhnya sehingga lepas sehingga kedua payudara remajanya yang bulat seukuran bakpao namun memiliki bulatan yang sedikit lebih besar, dengan pentil yang terpendam di areolanya yang mungil berwarna coklat muda terlihat. Mbak Ela menggerakan tangannya untuk menutupi buah dadanya namun aku tahan kedua tangannya dengan kedua tanganku.

Kuciumi dadanya yang muda itu perlahan-lahan, terasa otot payudaranya lebih kencang daripada ibu namun tidak selembut tetek ibuku. Mbak Ela mendesah lirih dan memelukku. Seluruh bagian payudara indah itu aku cium dan mulai aku cupangi. Desahan Mbak Ela makin terdengar jelas sehingga aku harus meminta dia untuk jangan berisik sebelum aku sedot putingya yang belum keluar itu.

Dengan susah payah Mbak Ela menutup mulut dan menahan suara yang keluar ketika dirasanya pentilnya disapu oleh lidahku dan mulai dihisap-hisap oleh mulutku. Mbak Ela merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Seluruh tubuhnya bagai disetrum, dan memeknya menjadi basah kuyup dan serasa gatel minta digaruk.

Ketika Ela menekan selangkanganku dengan selangkangannya yang hanya berbungkus CD (roknya setinggi atas lutut, sehingga kedua kakinya bebas bergerak), Ela menemukan bahwa aku sudah membuka celananya sehingga sekarang kedua kelamin kami hanya dibatasi celana dalam milik Ela saja. Entah kenapa Ela menjadi makin horny dan mulai menggeseki kelamin telanjang keponakannya itu.

Aku merangkul dan menarik Ela sehingga tubuh Ela condong ke depan dan tiba-tiba pentil tetek kanan Ela dikenyoti lagi olehku. Sensasi seksual yang dirasakan Ela terlalu banyak sehingga tak lama Ela orgasme dan menekan keras-keras memeknya ke kontolku untuk tak lama kemudian lemas dan menindih tubuhku.

Aku terkejut melihat ibun sedang menyibakkan kain di pintu dan menatapku. Lalu ibuku memegang memeknya sendiri dan menggeleng-geleng. Aku mengerti bahwa memek bibiku itu tak boleh ia masuki. Maka sambil melihat ibuku, aku menaruh batang kontolku sepanjang bibir memek bibiku itu yang masih tertutup CD, lalu mulai menggesekinya.

Mbak Ela tak sadar bahwa kakaknya ada di pintu dan berkomunikasi dengan keponakannya. Matanya terpejam. Hanya ketika aku menindihnya dan menggeseki memeknya di luar CD, Ela membuka mata dan melihat wajah keponakannya ini sudah dekat sekali dengan wajahnya. Ela menyambut bibirku dengan antusias, dan kami mulai berpelukan erat sambil menggesekkan kelamin.

Di kampung itu, kini Aku hanya berduaan dengan Mbak Ela saja kemanapun kami pergi. Dan biasanya, kami berdua akan ke sungai, ke tempat favorit di mana tidak ada orang yang bisa melihat. Aku akan telanjang dan Mbak Ela akan bercelana dalam saja. Kami akan bercumbu seharian penuh, hanya pulang bila lapar.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu