1 November 2020
Penulis —  Pemanah Rajawali

Obsesiku

KELAS TIGA - DI KAMPUNG

Kamar Mbak Ela hanya berpintukan kain, sehingga aku hanya boleh mengendusi punggung ibu ketika sudah malam saja. Namun, ada kejadian tak mengenakkan suatu ketika. Waktu itu siang hari di rumah nenek. Pagi-pagi kami berkunjung ke bibiku yang satu lagi. Ibuku tiga bersaudara. Kami kembali ke rumah nenek ketika sudah siang.

Waktu itu aku tidak tahan sehingga mengendusi punggung ibu. Namun ibu memarahiku dan melarangku meneruskan kegiatanku dengan ancaman ga dikasih lagi. Maka aku menurut. Kami yang kelelahan akhirnya tidur. Aku bangun duluan. Kulihat ibu masih tidur telungkup dan punggungnya seakan menatap aku menantang, sementara kepalanya menoleh aku yang berarti membelakangi pintu.

“Jangan terlalu lama… Nanti ketahuan…”

Ketika itu, Mbak Ela menyibak pintu kamar dengan memakai handuk saja. Ia terpaku melihat aku dengan posisi begitu. Kemudian seakan tak melihat aku, menutup pintu itu dan kemudian pergi tanpa berbicara apapun. Pada saat itu aku tak banyak pikir, karena sedang horny sehingga aku melanjutkan untuk mengendusi ibu hingga aku tertidur.

Barulah ketika sore hari telah tiba, aku menjadi takut. Apakah Mbak Ela akan mengadukan kami ke nenek? Atau ia akan memberitahukan kelainanku ini kepada orang lain? Namun, ketika aku bertemu Mbak Ela, dengan kikuk ia berkata bahwa ia ingin berbicara kepadaku malam harinya.

Malamnya Mbak Ela dan aku berbicara di kebun belakang di mana tidak ada orang yang dapat mendengar.

“Tadi Mas Hendra ngapain Mbak Mila (nama ibuku)?”

Dengan terbata-bata aku berkata, “cuma cium punggung ibu… Bukan pakai bibir, tapi pakai hidung…”

“Kenapa harus begitu, Mas?”

“Soalnya tubuh ibu wangi, Mbak. Hendra suka. Mbak jangan bilang orang lain ya? Takutnya ibuku yang kena marah orang…”

Mbak Ela menyanggupi untuk tutup mulut. Namun kulihat sorot mata Mbak Ela yang menatapku agak aneh malam itu. Namun namanya anak kecil, aku tidak begitu memperdulikannya saat itu.

Tidak ada insiden lain setelah itu sampai akhirnya kami pulang ke rumah, dan untuk sementara insiden itu terkubur di kepalaku. Ketika saatnya tidur waktu malam, aku mengendusi ibu tanpa takut lagi, karena bagiku, Mbak Ela sudah menyanggupi untuk menjaga rahasiaku ini. Sehingga, tiap siang dan malam aku mengendusi ibu dengan leluasa.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu