1 November 2020
Penulis —  Pemanah Rajawali

Obsesiku

KELAS EMPAT - DI KAMPUNG

Ketika liburan panjang dan kami pulang kampung, kembali hanya malam saja aku dapat mengerjai ibuku. Membuat aku yang biasanya dapat melakukannya berkali-kali menjadi sebal sekali. Tadinya aku bilang ibu bahwa ga usah pulang kampung saja, tapi ibu malah berkata ketus.

“Otakmu itu emang udah ga beres. Mesum terus.”

Aku akhirnya mengalah. Pagi sampai siang biasanya aku main dengan Mbak Ela yang sudah kelas 1 SMA, karena ia makin cantik dan dadanya mulai menunjukkan lekuk wanita yang mulai matang membuatku senang juga dengan dia. Hanya saja, tampak bahwa Mbak Ela seakan ingin membahas sesuatu denganku sepanjang kami berdua bergaul, namun ia selalu mengurungkan niatnya itu.

“Kamu masih suka cium punggung Mbak Mila?”

“Masih, Mbak. Kenapa?”

“enggak apa-apa sih…” jawabnya menggantung.

“Emang Mbak mau ngerasain dicium punggungnya? Penasaran ya?”

“Enak aja…” kata Mbak Ela yang lalu lari ke arah sungai tempat kami biasa bermain. Aku mengejarnya berhubung aku sudah tak mampu menahan libidoku, dan kupikir siapa tahu Mbak Ela mau juga kuciumi seperti ibu. Ga ada salahnya mencoba. Apalagi Mbak Elaku ini sangat sayang padaku.

Mbak Ela kudapati sedang duduk di tempat favorit kami, yang agak menyempil di apit dua batu besar dengan dinaungi pohon besar. Aku duduk di sebelahnya. Mbak Ela lagi tampak asyik duduk di batu sambil mencelupkan kaki di air. Wajahnya, harus kuakui lebih cantik dari ibu, namun teteknya kalah jauh dengan ibuku.

Mungkin aku terlalu lama memandanginya sehingga ia berkata.

“Apa sih lihat-lihat Mbak terus?” wajahnya tampak agak memerah dan kelihatan tersipu.

“Abis Mbak cantik sih…”

Mbak Ela hanya mengeluarkan lidahnya saja lalu menatap sungai. Entah kenapa aku mencium pipinya dengan cepat. Mbak Ela terkejut sejenak lalu berkata.

“Mas Hendra ngapain sih?”

Aku hanya tertawa kecil sementara Mbak Ela nampak tersipu lagi. Aku cium pipinya lagi.

“Ih, Mas Hendra genit! Mbak Ela sebel!”

Mbak Ela hanya cemberut tapi tidak melakukan apa-apa lagi. Aku cium lagi pipinya. Kini ia terdiam saja. Aku cium lagi sekali. Mbak Ela tampak pasrah. Aku peluk Mbak Ela dari samping dan aku cium pipinya, kali ini lama. Nafas Mbak Ela menjadi berat. Aku coba cium mulutnya, berhubung aku belum pernah mencium cewek.

Maka kuminta Mbak Ela duduk di pangkuanku, setelah mengatur roknya agar terbuka, ia duduk di pangkuanku. Selangkangan Mbak Ela hanya ditutup celana dalamnya sementara aku masih memakai celana pendek dan celana dalam. Kami berciuman dan aku mulai menggoyang pantatku. Selangkangan kami bergesek dan bergoyang dengan tiga lapis pakaian, celana dalam Mbak Ela, celana pendekku dan celana dalamku.

Mbak Ela mendengus pelan, sejenak ia melepas ciuman dan berkata.

“Kamu ngapain Mas?”

“Mbak Ela, enak sambil digoyang, percaya deh.”

“nanti celana kamu basah.”

Aku tidak mengerti mengapa bisa basah, maka aku plorotkan celana pendek dan celana kolorku lalu menarik tubuh Mbak Ela lagi. Kini kelamin kami hanya terhalang cdnya. Kami saling menggesek kelamin lagi sambil ciuman. Ternyata benar, makin lama kontolku basah oleh cairan memek Mbak Ela yang sudah menembus celana dalamnya.

Akhirnya Mbak Ela menekan kontolku keras-keras dan ia tahu-tahu melenguh tertahan dengan lidah sedikit agak menjulur di atas bibir. Aku sedot lidahnya dan tiba-tiba tubuh Mbak Ela sedikit mengejan dan memeknya menekan batang kontolku kuat-kuat. Aku juga mendapatkan orgasme kecil sambil menyedoti lidah Mbak ela.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu