2 November 2020
Penulis —  bayanghitam

Bapakku Ingin Nyusu Lagi

Lanjutan 7.

Kutatap wajah ibuk yang terlihat marah dan tiba tiba ibuk membanting nampan yang diatasnya ada 2 gelas teh dan 2 piring makanan ringan pecah berantakan dilantai, Dan akupun hanya bisa terdiam membisu, kulirik bu Isna juga terdiam membisu dan nampak begitu ketakutan.

“Ayo jawab” Bentak ibuk sambil melotot tajam kearahku.

“Hanya ciuman biasa kok buk, ciuman seorang anak ke ibuknya, ya kan bu Isna” Ucapku dan kini aku sudah bisa mengatasi situasi tegang ini.

“Iya kok Sari, kami hanya berciuman layaknya seorang ibu dan anaknya” Ucap bu Isna mempertegas ucapan ku tadi.

“Wan ibuk nggak g*blok ya, mana ada ciuman seorang ibu dan anak dibibir, yang ada dipipi atau dikening, dan kamu mbakyu jangan ajarin Wawan nakal dong, mbak Yu kan guru ngaji kok ngajari Wawan yang nggak nggak” Ucap ibukku tentu saja dengan nada judes.

“Trus masalahnya apa buk, Wawan seneng kok, dan lagian kami dah jadian” Ucapku santai tanpa merasa bersalah sedikut, dan jujur sebenarnya aku hanya ingin mengetes ibuk dan apakah ibuk marah bila aku bermesraan sama perempuan lain, eh ternyata ibuk marah berarti ibuk cemburu dong.

“Maksudnya jadian” Ucap ibuk terlihat kebingungan dan aku kini malah memeluk tubuh bu Isna yang masih terlihat syok itu dan tambah syok lagi saat aku tadi mengatakan sudah jadian sama dia, dan ketika aku memeluk bu Isna kulihat raut wajah ibuk semakin terlihat emosi dan malah membuatku semakin bergairah mengerjai ibukku.

“Ya Wawan sama bu Isna dah jadi sepasang kekasih buk, iyakan bu Isna” Ucapku dan aku masih memeluk bu Isna.

“Dah iya in saja bu Isna, toh aku sudah jatuh cinta ke bu Isna” Bisikku ke bu Isna yang terlihat kebingungan itu dan maksud aku bilang jatuh cinta ke bu Isna biar bu Isna sekalian takluk padaku, hem kayak pepatah sekali rayu 1, 2 tempek terjejali kontolku eh salah nding yang bener sekali dayung 2,3 pulau terlampaui.

“Masa’ kamu cinta ke ibu sih Wan” bisik ibu Isna kepadaku.

“Bener kok bu Isna, Wawan jatuh cinta ke bu Isna” Bisikku merayu ke bu Isna.

“Tapi tapi Wan” Ucap bu Isna sambil berbisik.

“Terima ya bu Isna, dan kita jadian” Bisikku lagi.

“Heh malah bisik bisik kalian ini” Bentak ibukku membuatku kaget.

“Dah ibuk kekamar saja jangan ganggu, kami mau pacaran” Ucapku ke ibuk.

“Jadi kalian sudah sudah” Ucap ibuk setengah tak percaya yang aku ucapkan tadi.

“Kenapa buk kaget kalo kami dah pacaran, dan Wawan tak butuh persetujuan dari ibuk kok” Ucapku dan plak ibukpun menampar pipiku.

“Kamu anggap ibuk apa hah” Ucap ibuk dengan begitu kasarnya. ternyata ibukku benar benar dimakan api cemburu. syukur deh kalo ibuk cemburu biar tau rasa, berani beraninya galakin Wawan padahal Wawan dah ngasih nikmat eh balasannya ngga ngenakin gitu.

“Ya ibukku lah apalagi, dah buk sana kekamar ganggu saja kerjaannya” Ucapku dan ibukpun menghentakan kakinya kelantai lalu ngacir kekamar, tinggalah aku dan bu Isna diruang tamu ini.

“Wan bener kamu jatuh cinta ke ibu” Ucap bu Isna yang masih kurang yakin saat aku menyatakan cinta padanya, dan sebenarnya aku hanya iseng iseng doang nggak jatuh cinta beneran ke bu Isna dan niatku cuma ingin ngentu bu Isna saja.

“Bener kok, nggak tau kenapa Wawan bisa jatuh cinta ke bu Isna” Rayuku ke bu Isna.

“Tapi ibu ini budhe mu Wan, mana boleh” Ucap bu Isna sambil memandangku.

“Boleh saja bu Isna, toh cinta nggak mengenal status” Ucapku sambil memandang balik wajah bu Isna.

“Kan ibu dah tua nak, kan masih banyak yang muda muda nak” Ucap bu Isna lagi.

“Cinta juga nggak mengenal umur kok bu Isna” Ucapku lagi meyakinkan bu Isna.

“Tapi ibu masih bersuami nak” Ucap bu Isna.

“Ya rahasia saja bu Isna, Wawan gapapa dijadiin suami rahasianya bu Isna” Ucapku sambil mengelus pipi bu Isna.

“Tapi tapi” Ucap bu Isna terputus karena aku sudah mencium bibir bu Isna, bahkan bibirku dah melumat lumat bibir bu Isna, sementara tanganku sudah meremas remas payudara bu Isna dibalik gamisnya itu.

“Bu Isna kekamar yuk” Ajakku ke bu Isna setelah melepas bibirku dari bibir bu Isna.

“Mau ngapain nak” Tanya bu Isna.

“Wawan pengen diajari ngewe sama kamu bu Isna” Ucapku dan tanganku masih meremas payudara bu Isna dan nampak bu Isna tak berusaha mencegah maupun menepis tanganku yang nakal ini meremas payudaranya.

“Tapi tapi itu dosa nak” Tolak bu Isna secara halus dan membuatku semakin penasaran tuk bisa mengentu bu Isna. Dan aku tau bu Isna sudah terangsang buktinya mata bu Isna merem melek menikmati remasan tanganku ke payudara bu Isna.

“Ayolah bu Isna” Paksaku dan kini aku berani membopong tubuh bu Isna, “Aaww” Jerit lirih bu Isna saat kubopong, tapi bu Isna tak nampak melawan maupun meronta ronta saat kubopong tubuhnya dan seakan akan bu Isna dah merelakan tubuhnya tuk aku nikmati.

Setelah sampai dikamarku, kurebahkan tubuh bu Isna di kasurku, lalu aku menutup pintu kamarku tapi nggak terlalu rapat aku menutupnya dan aku sengaja biar ibuk bisa mengintipku, dan aku tau ibuk bakal mengintipku karena saat aku membopong tubuh bu Isna kekamarku kulihat ibuk sedang menatapku dari kamarnya dan tentu saja raut wajah ibuk nampak kesal gitu.

“Wan jangan ya ini dosa” Ucap bu Isna mencegahku tuk menyetubuhinya, dan saat ini aku sudah duduk dikasurku.

“Wawan ingin ngasih perjaka Wawan ke kamu Isna ku sayang” Ucapku bohong ke bu Isna, tentu saja aku berbohong karena perjakaku dah diambil sama ibukku sendiri, Dan soal aku memanggil bu Isna pake nama saja biar tambah mesra gitu, dan aku yakin bu Isna nggak bakalan marah saat ku panggil namanya saja.

“Kok kamu manggil ke ibu cuma Isna saja sih Wan, lancang ah kamu ke budhenya sendiri” Ucap bu Isna dengan lemah lembut dan sambil tersenyum manis.

“Kita kan dah jadi sepasang kekasih Isna, dan bisa dibilang Wawan ini jadi suami ke duamu Isna sayang, jadi pantas pantas saja kan kalo Wawan manggil bu Isna pake Isna saja” Ucapku sambil memegang kedua pipi bu Isna, dan padanganku kini tertuju kepintu, nah itu dia ibuk lagi mengintipku dan aku tau karena pintu kamarku sudah terbuka sedikit jadi aku bisa melihat ibukku dan nampak ibuk begitu kesal melihatku merayu bu Isna.

“Bener Wan kamu mau jadi suami kedua ibu” Ucap ibu Isna sambil tersipu malu.

“Mau dong Isna sayang” Ucapku. Dan kulirik kearah pintu kamarku yang kini sudah makin terbuka dan kulihat ibuk emosi mendengar saat aku memanggil sayang ke bu Isna, tapi ibuk hanya diam saja dan hanya melihatku merayu bu Isna, Lalu aku sengaja menatap ibuk dan ibukpun menatapku lalu aku julurkan lidahku meledek ibukku dan hem ibukpun langsung mengacungkan kepalan tangannya kearahku dan nampak kali ini begitu emosi ibukku melihatku yang lagi meledeknya.

“Isna boleh Wawan membuka gamismu, Wawan ingin lihat tubuh indahmu ini” Ucapku sambil menatap ke bu Isna dan aku pun mulai melepas gamis bu Isna dan sekejap bu Isna telah bugil gil dihadapanku. kulihat payudara bu Isna tak begitu besar dan tentu saja lebih besar milik ibukku, lalu kualihakan pandanganku ke tempek bu Isna dan jembut bu Isna nampak begitu lebat seperti punyanya ibukku dulu.

“Kok cuma dilihatin saja sih Wan” Ucap bu Isna menggodaku sambil meremas payudaranya, ehm ternyata perempuan alim nakal juga ya, malah perempuan seumuran ibukku ini yang begitu alim ternyata lebih nakal ketimbang ibukku yang berpenampilan biasa biasa saja.

“Tubuhmu masih bagus bu Isna, susumu sekel, dan tapi Wawan tak suka tempekmu ini berjembut” Ucapku jorok ke bu Isna, sambil tanganku mengeremasi jembut bu Isna.

“Trus kalo nggak suka mau diapain Wan” Ucap bu Isna.

“Digundul lah, gapapa ya Wawan gundul jembutmu ini bu Isna” Ucapku yang masih mengeremasi jembut bu Isna yang lebat itu.

“Digundul Wan, ntar milik ibu kayak anak kecil dong” Ucap bu Isna dengan manjanya.

“Iya bu Isna biar tempek bu Isna kayak anak kecil tanpa bulu” Ucapku sambil membelai belai jembut bu Isna.

“Kalo kamu seneng ya silahkan digundul Wan” Ucap bu Isna.

“Ya sudah Wawan ambil dulu alat cukurnya dikamar mandi” Ucapku lalu mencium mesra bibir bu Isna dan setelah itu aku keluar kamar, Saat sudah diluar kamar kulihat ibuk sudah duduk didepan tv, lalu aku menghampiri ibuk.

“Buk.. kalo ibuk mau ngintip, ngintip saja buk, tapi jangan berisik ya” Bisikku ke ibuk setelah aku didekat ibuk.

“Kamu benar benar anak b*jingan Wan” Ucap ibuk dengan kasarnya. dan aku yang mendengar ibuk bicara kasar langsung mencium bibir ibuk dengan ganas, dan tentu saja ibuk memberontak tapi sayang tenaga ibuk kalah dariku jadi ibuk sekarang terlihat pasrah, dan selama aku mencium bibir ibuk, tanganku sudah masuk kedalam selangkangan ibuk, dan 2 jariku mengobok obok tempek ibuk, dan ternyata tempek ibuk sudah sangat basah membuat 2 jariku lancar mengobok obok tempek ibuk.

Ku cabut 2 jariku dari tempek ibuk, lalu aku baringkan ibuk dilantai ruang tv, dan yang pastinya ibuk berusaha menghindar namun langsung aku tindih tubuh ibuk jadi ibuk tak bisa menghindar.

“kalo ibuk pengen di kentu lepas cawat ibuk dan tak usah berteriak” Ucapku sambil bangkit dari tubuh ibuk dan duduk disamping ibuk. kulihat ibuk kini melepas cawatnya dan dilemparkannya kemuka ku.

“Kok dilepas cawat ibuk, em Wawan tau ibuk ingin dikentu ya sama Wawan, tapi ogah ah kan Wawan mau ngentu bu Isna, bye bye ibukku yang bawel” Ucapku meledek ibukku dan kulihat ibuk mendengus marah.

“Anak kurang ajarrrrr kamu Wan” Hardik ibukku dan aku tak mengubris ibukku malah aku menuju kamar mandi mengambil pisau cukur milik bapak. Setelah dapat akupun kembali kekamar dan kulihat ibuk yang sudah duduk dikursi menatap tajam kearahku.

“Anak lancang” Maki ibukku dan akupun menghampiri ibukku.

“Sari sayang, Wawan mau ngentu mbakyu mu dulu ya, boleh ngintip asal jangan ganggu ya Sari ibukku” Bisikku ke ibuk dan aku sengaja memanggil ibukku namanya saja biar ibuk tambah marah.

“B*jingan t€ngik kamu Wan” Bentak ibukku sambil memukul lenganku.

“Marah ni ye” Ledekku sambil melangkah menuju kamarku. Ku buka pintu kamarku dan aku masuk kedalam, Lalu kututup pintu kamarku namun tak kututup rapat biar ibukku bisa mengintipku saat menyetubuhi bu Isna.

“Isna sayang berdiri dong, Wawan mau nyukur jembutmu sayang” Ucapku ketika aku sudah didekat bu Isna, dan bu Isna pun berdiri, Setelah itu krek krek krek kupotong jembut bu Isna hingga habis. Sekarang tempek bu Isna nampak bersih dan mulus, lubang tempek bu Isna nampak masih rapet dan lebih rapet ketimbang punya ibuk mungkin karena bu Isna belum pernah melahirkan jadi lubangnya masih rapet tapi sebentar lagi lubang rapet bu Isna akan aku bikin menjadi longgar dan menganga.

“Bu Isna lihat, tempekmu dah gundul lo” Ucapku sambil memilin itil nya bu Isna.

“Wan geli ah jangan digituin” Ucap bu Isna sambil memegang tanganku yang telah lancang memilin itinya.

“Ya udah bu Isna rebahan lagi ya” Ucapku dan bu Isna pun rebah telentang dikasurku, sementara aku melepas pakean ku hingga bugil dan tentu saja kontolku tegang mengacung ingin mengobrak abrik tempek bu Isna. Kulirik pintu kamarku yang sudah terbuka sedikit dan kulihat ibuk ternyata sudah mengintip lagi, Lalu aku menatap ke ibukku dan kujulurkan lidahku mengejek ibuk, dan tentu saja ibuk langsung mempelototi sambil mengacungkan kepalannya kepadaku, marah atau cemburu ya ibukku ini, ah biarlah kalo ibuk mau marah toh aku sudah punya pengganti ibukku yaitu bu Isna yang alim itu, tapi jujur sih sebenarnya aku nggak tega ke ibuk dan mempermainkanya tapi mau gimana lagi suka galak sih sama aku.

“Ya ampun Wan penismu besar banget” Jerit tertahan bu Isna ketika melihat kontolku yang tegak mengacung, Dan akupun menghampiri bu Isna yang nampak terkejut itu.

“Besar ya bu Isna kontol Wawan” Ucapku sambil tidur miring disebelah bu Isna dan jemariku pun meremas remas payudara bu Isna yang lumayan besar itu.

“Ya besar Wan” Ucap bu Isna sambil menatapku.

“Besaran mana sama punyanya pak de Adi bu Isna” Ucapku lalu aku menyusu ke bu Isna, puting bu Isna aku sedot sedot dan satunya aku pilin pilin. Oh ya pak de Adi itu suaminya bu Isna, seorang guru smp.

“Ahhh uhh enak Wan, sedot terus Wan susu ibu ahh” Desah bu Isna ketika kusedot putingnya, dan jariku kini Memilin milin itil bu Isna.

“Besar mana bu Isna jawab dong” Ucapku setelah melepas sedotanku ke puting bu Isna dan kini aku menyedot lagi.

“eeeemmmhh ahhh jaaauuhh lebiiih be be besar punyamu Wan ahhh” Jawab bu Isna disertai lenguhannya.

“Bu Isna boleh Wawan masukin kontol Wawan ini ketempek mu bu Isna” Ucapku sambil beranjak duduk ditengah tengah kedua paha bu Isna yang aku kangkangkan.

“Kalo ibukmu tau gimana Wan” Ucap bu Isna yang kini terlihat cemas.

“Ibuk lagi tidur kok bu Isna, jadi aman dah” Ucapku berbohong, tentu saja aku berbohong kan ibuk nggak tidur malah asik ngintipin anaknya yang ingin mengentu mbakyu nya itu. Kulirik ibukku dan ibukku kini menatapku, dan aku menatap keibuk sekejap sambil menjulurkan lidahku ke ibuk, tentu saja ibuk marah padaku namun aku tak acuh ke ibuk.

“Beneran Ibukmu tidur Wan” Ucap bu Isna.

“Bener bu Isna ibuk tidur kok” Ucapku meyakinkan bu Isna, sambil melirik ke ibuk dan ibuk nampak mengepalkan tangannya. tambah emosi kali ya ibukku ini.

“Kalo bapakmu pulang gimana Wan” Ucap bu Sari sambil menatapku.

“Bapak pulangnya sore bu Isna” Ucapku sambil menepatkan kepala kontolku dilubang tempek bu Isna, Setelah pas ku tekan kontolku dan blesss Ujung kontolku menyeruak masuk kecelah sempit milik bu Isna.

“Heghh adduuuhhh sakiit Wan berhenti dulu Wan” Rintih bu Isna saat 1/3 kontolku dah masuk ketempek bu Isna, dan akupun menghentikan tusukan kontolku.

“Dah nggak sakitkan Isna ku sayang” Ucapku semanis mungkin dan aku menoleh sekejap kearah ibukku dan kulihat ibukku melotot padaku disaat aku menatapnya.

“Ya sudah mendingan Wan, penismu sangat besar bikin memek ibuk terasa sesak nak” Ucap bu Isna sambil menatapku sayu. Lalu kuremas remas payudara bu Isna memberikan rangsangan padanya. Tak hanya itu puting bu Isna kini aku pilin pilin dan kudengar bu Isna mulai merintih rintih kenikmatan.

“Ya terus nak pilin puting ibu, ohhh ahhh nak tusuk lagi nak yang dalem” Ucap bu Isna disertai desahannya, dan bless kutekan kontolku hingga mentog dirahim bu Isna dan kontolku seperti diremas remas saking sempitnya liang vagina milik bu Isna.

“Uuuugggghhhhh dalem banget Wan sampe mentog kerahim ibu, aiiiihhhh jadi ngilu nakk dan diamkan dulu nak jangan digerakiiinn” Rintih bu Isna sambil merem dan mengginggit bibirnya. Lalu aku diamkan dulu kontolku didalam tempek bu Isna.

“Sekarang tubuhmu dah jadi milik Wawan bu Isna, dan mau tak mau bu Isna harus patuh padaku, kalo bu Isna nggak mau patuh, Wawan akan memberitahu pakde kalo bu Isna sudah menggodaku” Ucapku sambil tersenyum licik ke bu Isna.

“Ternyata kamu anak kurang ajar Wan, cuma memanfaatin ibu, dan ibu cuma kamu jadikan pelampiasan birahi liarmu saja, B*jingan kamu Wan” Ucap bu Isna yang kini nampak emosi.

“Mau patuh nggak, kalo nggak Wawan bakal beritahu pakdhe” Ancamku ke bu Isna.

“Iya mau, tapi tolong jangan beritahu pak dhe mu” Ucap bu Isna dengan nada dongkol. Lalu kugenjot kontolku pelan pelan maju mundur menusuk nusuk tempek bu Isna, dan tempek bu Isna nampak sudah basah mengeluarkan cairan pelumas alaminya itu membuat kontolku makin lancar menyodok nyodok tempek bu Isna.

“Aahh aahhh ooohh terusss sodok teruuuussss Wan, aihh eneknya memekku ooohhhh” Desah kenikmatan bu Isna ketika kusodok sodok tempeknya, dan genjotanku kini makin kupercepat membuat lendir bu Isna pun kini semakin banjir saja, Sambil menggejot bu Isna, jari jariku memilin milin puting bu Isna membuat bu Isna makin kelonjotan.

“Sodooook terus Waaan ibu mau keluaaarr aiiihhh nikmatnya memekku” Racau bu Isna sambil tangannya memegang erat lenganku. Dan akupun makin mempercepat sodokanku dan aku sepertinya aku juga mau keluar akibat jepitan liang vagina bu Isna yang sangat kuat mencekaram kontolku. Genjotan ku kini makin cepat dan liar menghujam, mengobrak abrik tempek bu Isna dan tiba tiba…

“Waaaaaan ibu keluaaaaarrrr aaaagggghhhhh ” Longlong bu Isna dan tubuhnya pun kelonjotan menahan nikmat.

“Wawan juga keluar aaaggghhh” teriakku ketika pejuhku muncrat menghambur, menembak rahim bu Isna, Dan tubuhku pun lemas menindih tubuh bu Isna yang juga terlihat lemas itu.

“hAh hah hosh hosh eeemmm” Suara nafasku dan nafas bu Isna yang memburu, kulihat bu Isna nampak memejamkan matanya, lalu ku gulingkan tubuhku disamping bu Isna sambil memiringkan tubuh bu Isna jadi kontolku masih menancap ditempek bu Isna.

“Gimana Isna enak nggak dientot Wawan” Ucapku bu Isna lalu mengecup mesra ke bibir bu Isna.

“Nggak hanya enak Wan tapi sangat nikmat, sampe sampe tubuh ibu lemes kayak gini, ternyata senikmat ini dientot penis gede” Ucap bu Isna.

“Kontol bukan penis, tempek bukan memek Isna, ingat itu” Ucapku sambil menowel nowel hidung bu Isna.

“Ihhj jorok tauuuk Wan, kan ibu guru ngaji masa’ ngucapin kontol dan tempek siih” Ucap bu Isna mulai terlihat nakal dan binal.

“Tuh malah bilang” Ucapku yang masih menowel nowel hidung bu Isna.

“Kan kamu yang nyuruh ibu bilang kontol dan tempek” Ucap bu Isna genit padaku, dan akhirnya wanita alim seumuran ibukku dah berhasil aku taklukan.

“Oh ya Isna, kan pejuh Wawan masuk kerahimmu ntar kamu bisa hamil anak Wawan” Ucapku.

“Ya gapapa kalo ibu hamil anakmu, toh ibu masih punya suami jadi ibu nggak takut jika ibu hamil Wan” Ucap bu Isna lalu mengecup bibirku dan aku pun membalas dengan melumat lumat bibir bu Isna, dan bibir kami pun saling lumat.

“Kalo suamimu curiga gimana kan suami Isna impoten kan” Ucapku setelah melepas lumatanku ke bibir bu Isna.

“Nggak impoten tapi maninya encer juga sedikit, beda sama punyamu kental dan juga banyak nih lihat sampe meluber pejuhmu Wan” Ucap bu Isna sambil menjauhkan bokongnya jadi membuat kontolku terlepas, dan kulihat pejuhku mulai keluar dari tempek bu Isna.

“Ntar kamu hamil suamimu curiga nggak” Ucapku.

“Mungkin malah senang ya kalo istrinya ini hamil” Ucap bu Isna.

“Lo bukannya nanti kamu dituduh selingkuh” Ucapku sambil meremas remas susu bu Isna.

“Mana mungkin suamiku menuduhku selingkuh, dia taunya aku itu istri yang setia” Ucap bu Isna.

“Bagus deh kalo begitu, dan mulai hari ini kamu harus melayaniku, dan juga kamu harus patuh padaku, paham Isna sayang” Ucapku.

“Ya ibu bakal patuh padamu, asal ibu dikasih kenikmatan lagi” Ucap bu Isna sambil tersenyum padaku.

“Pasti aku kasih kenikmatan lagi” Ucapku.

“Wan ibu pulang dulu ya takut ibukmu dah bangun jadi malu ntar kalo ketauan ibukmu” Ucap bu Isna sambil mengelap tempeknya yang belepotan pejuhku pake cawat miliknya.

“Ya sudah, kamu pake gamismu tapi nggak usah pake daleman, dan mulai sekarang aku larang kamu pake daleman paham Isna” Ucapku sambil berdiri lalu memakai pakeanku.

“Paham Wan, dan ibu patuh padamu” Ucap bu Isna sambil memakai gamisnya.

“Ya udah Wawan mau lihat ibuk dah bangun apa belum, jangan keluar dulu sebelum Wawan masuk kesini lagi, ngerti Isna” Ucapku.

“ya ibu ngerti nak Wawan” Ucap bu Isna dan akupun keluar kamar, dan kulihat ibuk sudah tak ada, hem kemana ibuk ya apa lagi dikamarnya ya. Lalu aku menuju kamar ibukku. Kini aku membuka pintu kamar ibuk setelah terbuka kulihat ibuk sedang rebahan miring, lalu aku masuk tak lupa menutup pintu kamar ibukku dan kini kuhampiri ibukku.

“Buuukk” Panggilku setelah didekat ibuk yang berbaring miring membelakangiku. Dan ibuk hanya diam saja, lalu aku beranjak meninggalkan kamar ibukku dan menuju kekamarku.

“Ibuk masih tidur jadi Isna bisa pulang sekarang” Ucapku ke bu Isna setelah aku sudah disamping bu Isna.

“Ya udah Isna pulang ya kangmas” Ucap bu Isna membuatku kaget saat bu Isna memanggilku kang mas.

“Iya bu Isna lontenya Wawan” Ucapku lancang ke bu Isna sambil menepuk nepuk bokong bu Isna.

“Ibu guru ngaji bukan lonte kangmas” Bantah bu Isna namun dengan nada lemah lembut dan sepertinya bu Isna tak marah aku rendahin harga dirinya.

“Ya guru ngaji tapi sekarang jadi lontenya Wawan, oh ya besok jam10 kesini ya kita ngentu lagi Isna lontenya Wawan” Ucapku masih menepuk nepuk bokong bu Isna.

“Iya besok Isna kesini, tapi ibukmu gimana, ntar bisa berabe kalo ketahuan” Ucap bu Isna.

“Jam 10 biasanya ibuk tidur kok Isna” Ucapku dan lagi lagi aku berbohong, karena ibukku tak mungkin tidur jam 10, biasanya ibuk tidur jam 1.

“Oh ya udah besok Isna kesini, tapi klo kamu bisa datang kerumah kan malah sepi” Ucap bu Isna. Iya iya rumah bu Isna kalo pagi sepi kan suami bu Isna lagi ngajar, tapi nggak ah mending disini saja dan tujuanku ngentu bu Isna disini biar ibuk merasa cemburu gitu.

“Mending disini saja deh, dah balik keburu ibuk bangun” Ucapku dan kami pun keluar dari kamarku dan menuju pintu depan.

“Wan, ibu pulang ya” Ucap bu Isna pamit padaku.

“Iya bu Isna” Ucapku sambil menjulurkan tanganku dan ternyata ibu Isna tanggap lalu mencium tanganku layaknya seorang istri mencium tangan suaminya, dan setelah itu bu Isna balik kerumahnya. Dan akupun masuk kedalam rumah, saat aku sudah didalam rumah kulihat ibuk sudah duduk dikursi panjang diruang tv, dan kini kuhampiri ibukku.

“Seneng dah punya Lubang baru” Ucap ibuk sinis padaku setelah aku sudah duduk disamping menempel ke ibuk dan arah pandangan ibuk menuju ke tv.

“Kan impas buk” Ucapku santai.

“Impas maksudnya” Ucap ibuk sambil memalingkan wajahnya menatapku.

“Ibuk ngerasain 2 kontol, dan Wawan ngerasain 2 tempek jadi impaskan ibukku sayang” Ucapku sambil menatap ke ibukku dan kamipun saling tatap mata bahkan jarak wajahku dan wajah ibuk sangat dekat sampai sampai aku bisa merasakan nafas ibuk berhembus diwajahku. dan tiba tiba hap kucium bibir ibukku dan tentu saja ibukku menolak ciumanku dan mencoba menjauhkan wajahnya namun segera kupegang kedua pipi ibuk jadi ibuk tak bisa mengelak lagi dan cuuuuupppp aku cium bibir ibukku dan aku melumati bibir ibukku lalu lidahku menyeruak masuk kedalam mulut ibuk dan tiba tiba…

“Aduuuuh sakiiiit buk” rintihku ketika lidahku digigit ibukku. dan untungnya gigitan ibukku nggak kenceng kalo kenceng pasti dah berdarah darah lidahku.

“Enak, siapa suruh lidahmu lancang pake masuk kemulut ibuk ya ibuk gigit, jadi anak kok lancang” Ucap ibuk dengan sinisnya yang masih menatapku. dan tanganku masih memegang kedua pipi ibuk, lalu aku mencium bibir ibuk lagi dan kali ini kusedot bibir ibuk membuat mulutnya terbuka lalu bibirku mencari lidah ibuk dan setelah lidah ibuk terjepit bibirku aku tarik bibirku dan tentu saja membuat lidah ibuk menjulur keluar lalu aku hisap hisap lidah ibuk dan setelah puas menghisap lidahku ibuk kugigit balik lidah ibukku.

“Aduuuuh sakiiit Wan, tega bener gigit lidah ibuk sih” Rengek ibukku dan ibukku tak judes lagi.

“Lagian ibuk pakek gigit lidah Wawan, ya Wawan bales” Ucapku yang masih memegang pipi ibukku dan kulihat wajah ibukku nampak sayu tak terlihat ada kesan marah diwajahnya.

“Sama perempuan kok nggak mau ngalah” Ucap ibukku dan membuatku kaget mendengarnya dan aku merasa ucapan ibuk tak seperti ucapan seorang ibu ke anaknya melainkan ucapan seoarang perempuan ke lelakinya.

“Dah Wawan mau bobok capek” Ucapku sambil melepas pegangan tanganku dipipi ibukku.

“Capek habis ngentot” Ucap ibuk dengan sinisnya. yaaah kembali nih sifat asli ibukku.

“Ntar malem Wawan ngentu ibuk ya, jadi jangan marah marah lagi” Ucapku sambil lancang meremas payudara ibuk dibalik dasternya dan tentu saja ibuk menepis tanganku.

“Ogaaaahh, ibuk nggak sudi dientot sama kamu lagi, ngerti kamu anak b*jingan” Bentak ibuk sambil memaki makiku dan kini wajah ibuk berubah menjadi galak. yaahh marah lagi ibukku ini dan aku memilih langsung ngacir meninggalkan ibuk menuju ke kamarku daripada meladeninya dan ujung ujungnya aku pasti kena semprot lagi sama ibukku mending ngacirkan.

Kini aku sudah terbaring dikasurku dan akupun tertidur dengan hati yang puas.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu