2 November 2020
Penulis —  bayanghitam

Bapakku Ingin Nyusu Lagi

Lanjutan 4.

Sekitar pukul 3 siang aku sudah terjaga dari tidurku dan saat ini aku lagi nonton sambil leyeh leyeh menikmati sebatang rokok filter kesukaanku. Sejak aku berada diruang tv ini aku tak melihat ibukku, biasanya ibuk jam segini ikut nonton tv, apa ibuk lagi tidur ya.

Kulihat ke kamar ibuk dan ternyata kamar ibuk dalam keadaan tertutup, berarti benar ibuk masih tidur, tumben ibuk jam segini masih tidur.

Kumatikan tvku lalu kemudian Aku beranjak dari tempat dudukku dan melangkah menuju kekamar ibuk. Setelah sampai didepan kamar ibuk, kucoba membuka pintu dan kriet pintu pun terbuka dan ternyata ibuk tak mengunci kamarnya.

Kini aku sudah berada didalam kamar ibuk, dan kulihat ibuk masih tertidur. Lalu secara perlahan lahan aku mendekat keranjang ibuk dan kini aku sudah duduk didekat ibuk yang posisi tidurnya telentang. Kutatap wajah ibuk yang ayu itu, dan tiba tiba terbesit dalam benakku untuk mencium bibir ibuk. Lalu dengan pelan pelan kudekatkan bibirku ke bibir ibuk, dan kini kulumat bibir ibuk dengan rakus dan tentunya aksi mesumku ini membuat ibuk terbangun dan tiba tiba saja ibuk mendorongku sekuat tenaganya hingga aku terjungkal dikasurnya.

“Kurang ajar kamu Wan, berani beraninya kamu nyium bibir ibuk” Bentak ibuk sambil mengelap bibirnya yang kulumat tadi, kayak anak kecil yang nggak mau dicium tapi dipaksa dicium pasti anak kecil mengelap bibirnya. nah seperti itulah ibukku saat ini.

“Ya ilah buk cuma dicium doang buk” Rungutku sambil kembali duduk lalu menatap ibuk dan ibuk langsung metotot tajam menatapku terlihat marah gitu.

“Tapi itu keterlaluan Wan, kamu anggap ibuk siapa kamu hah, aku ini ibukmu Wan bukan istrimu, jadi jangan seenaknya kamu ke ibuk, ngerti” Hardik ibuk dengan kasarnya dan nampak sangat marah, dan aku yang tau ibuk semarah itu padaku membuatku jadi terkejut dan aku tak menyangka ibuk benar benar marah, ehm apa gara gara aku buat kentang ibuk tadi ya sehingga ibuk kembali judes padaku, dan aku benar benar menyesal membuat ibuk kentang tadi, padahal tadi aku merasa ibuk mulai takluk padaku, sampe sampe aku potong dasternya ibuk diam saja, tapi klo sudah begini apa aku bisa membuat ibuk takluk padaku, ah kamu tolol Wan sungguh tolol.

“Ibuk marah ya soal tadi pagi” Ucapku pelan sambil menatap ke ibuk.

“Ya ibuk marah sama kamu Wan, kamu sudah mempermainkan ibuk, kamu kira ibuk mainan kamu ya ibuk maianan kamu gitu terus kamu seenaknya ke ibuk, b*ngsat kamu Wan jadi anak” Cerca ibuk dengan kasarnya membuatku menjadi sangat bersalah, dan aku tak menyangka akibat ulahku yang membuat ibuk kentang ibuk jadi semarah ini padaku, apa yang harus aku lakukan biar ibuk tak marah ya, ehm apa aku biarin saja ya ibuk yang lagi marah padaku toh ntar ibuk juga capek sendiri dan tak lagi marah padaku, atau aku rayu saja ya ibukku ini, siapa tau ibuk bakal luluh dan tak lagi marah marah, ya ya sebaiknya aku rayu saja deh.

“Ibukku yang cantik maafkan Wawan ya, Wawan janji deh nggak bikin ibuk kentang lagi” Rayuku semanis mungkin sambil menyentuh pipinya.

“Nggak semudah itu ibuk memaafkan ulahmu itu Wan, dan ibuk nggak sudi kamu sentuh lagi, minggiir ibuk mau nyapu” Bentak ibuk sambil menepis dengan kasar tanganku yang menyentuh pipinya itu. Setelah aku minggir karena dibentak ibuk, kulihat ibuk turun dari ranjang lalu melangkah keluar dari kamarnya, dan akupun juga beranjak dari dudukku lalu mengikuti ibuk, kulihat ibuk menuju ke dapur hendak mengambil sapu.

“Buk maafin Wawan to buk” Mohonku ke ibuk sambil duduk berlutut dibawah ibuk sambil menengok ke atas melihat wajah ibuk, dan tanganku kusatukan kayak orang yang lagi menyembah gitu. Oh ya saat ini ibuk lagi make daster panjangnya lagi dan aku tak tau dasternya yang aku potong pendek tadi dibuangnya atau tidak.

“Minggiiiirrrr ibuk mau nyapu, menganggu saja kerjaanmu itu” Bentak ibuk sambil melotot kepadaku. marah lagi marah lagi dan make bentak lagi ibukku ini, lama lama aku jadi emosi kalo terus terusan dibentak bentak. Dan sekali lagi aku dibentak sama ibuk, aku takkan mengampuninya.

“Buk nggak harus bentak kali buk, ngomong biasa juga bisakan buk” Ucapku sambil berdiri didepan ibuk lalu kutatap ibuk dan kamipun saling tatap menatap.

“Terserah ibuklah mau bentak kek, nggak kek, apa urusanmu hah” Bentak ibuk lagi dan kali ini kesabaranku sudah habis lalu kupegang kedua pipi ibuk lalu bibirku melumat bibir ibuk.

“Em em em emmm” Suara dari mulut ibuk yang tersumpal bibirku, dan tentu saja ibuk meronta ronta hendak melepaskan ciumanku dan tangan ibuk mendorong dorong tubuhku biar menjauh dari tubuhnya, namun apa daya ibukku toh tenaga ibuk tak sebanding tenagaku, dan aku masih melumat bibir ibuk, dan kini lidahku masuk kemulutnya.

“Uaduuuhh” Rintihku kesakitan akibat digigit sama ibuk untung lidahku nggak berdarah. kejam nih ibukku.

“Syukurin, sakitkan, mau lagi sini julurin lidahmu biar ibuk gigit sampe putus, berani beraninya nyium ibuk tanpa seijin dari ibuk” Ucap ibuk tapi kali nggak pake bentak plus nggak judes apalagi ketus ya biasa biasa saja. nah gitukan enak dengernya.

“Sakiiit buk, tega bener sama anaknya” Ucapku sambil menahan sakit dilidahku.

“Siapa suruh nyium ibuk, lancang bener jadi anak huh” Dengus ibuk sambil senyum senyum gitu melihatku yang lagi kesakitan.

“Mau lagi, sini julurin lidahmu, biar ibuk gigit lagi” Lanjut ibuk dan lagi lagi sambil senyum senyum menyebalkan.

“Jadi ibuk mau Wawan cium lagi” Ujarku sambil menatap ke ibuk.

“Ogaah, awas saja ya berani nyium ibuk lagi ibuk bakal gigit lidahmu sampe putus” Ancam ibuk namun nggak pake judes. Dan akupun memegang pipi ibuk lagi lalu aku mencium bibir lagi dan pastinya ibuk meronta ronta tapi rontaan ibuk tak berarti apa apa bagiku malah semakin membuatku bernafsu untuk melumat bibir ibuk.

“Aduuuhhh sakiit Wan” Rintih ibuk.

“Siapa suruh gigit lidah Wawan, tuh balasanya” Ucapku sambil senyum meledek ibuk.

“Sakit kali Wan, tega bener ke ibuk” Ucap ibuk sambil menatapku.

“Makanya jangan main gigit, enak to digigit balik buk, mau Wawan gigit lagi” Ucapku sambil menatap balik ke ibuk.

“Ya nggak lah Wan sakit tauuu” Ucap ibuk sambil melotot.

“Buk daster yang Wawan potong tadi kemana” Tanyaku ke ibuk.

“Ya ibuk buanglah, ntar kalo ketauan bapakmu ibuk make itu pasti bapakmu marah” Ucap ibuk.

“Nggak bakal marahlah bapak buuk, kan yang minta Wawan buk, percaya deh ke Wawan” Ucapku.

“Ya bapakmu nggak marah, tapi ibuk nggak mau pake itu, mirip lonte saja, dah sana minggat, ganggu saja” Ucap ibuk lalu membentakku. mulai deh bentak bentak lagi ibukku ini, lama lama aku perkosa beneran nih ibuk.

“Biasa kali buk nadanya, nggak perlu bentak bentak” Dengusku kesal ke ibuk.

“Makanya jadi anak tuh nurut ke ibuknya eh ini malah berani lancang ke ibuknya, lama lama ibuk kutuk kamu jadi batu biar tau rasa kamu” Ucap ibuk ketus menyakitkan, eh beneran nih aku mau dikutuk ibuk jadi batu, iihhh serem juga ibukku ini ternyata.

“Jangan lah buk, tega bener mau mengutuk Wawan jadi batu, emangnya Wawan Malin kundang kali ya buk main dikutuk kutuk gitu” Rungutku kesal masyak aku mau dikutuk jadi batu sih.

“Kamu itu lebih dari Malin kundang Wan, Malin kundang hanya tak mengakui ibuknya tapi kamu malah berani ke ibuk, lancang ke ibuk, lama lama ibuk kutuk beneran kamu jadi batu, nyesel ibuk punya anak sepertimu” Ucap ibuk dengan ketus.

“Ampun buk ampun jangan kutuk Wawan buk” Ucapku ke ibuk sambil berlutut dan memohon mohon ke ibuk.

“Makanya jangan lancang ke ibuk, dah sana ibuk mau nyapu dah sore ini” Ucap ibuk tak terdengar judes dan ketus.

“Tapi ibuk nggak ngutuk Wawan kan buk” Ucapku sambil mendongak melihat ibuk.

“Asal kamu tak lancang ke ibuk saja, dah sana ibuk mau nyapu” Ucap ibuk.

“Ya Wawan nggak lancang ke ibuk, tapi ntar malem kentu kentuan kan buk” Ucapku sambil berdiri.

“Ogaaahh, Ntar kamu ngerjain ibuk lagi, males” Ucap ibuk.

“Nggak nggak buk, asal lampu tak matikan, trus ibuk bugil, trus Wawan boleh grepe grepe, trus ibuk nurut ke Wawan pasti Wawan kasih yang enak ke ibuk, gimana” Tawarku ke ibuk.

“Berani merintah ibuk sekarang kamu Wan, gitu cara ngomong ke ibukmu Wan, lancang bener jadi anak kamu Wan, heran deh ibuk sama kamu Wan, padahal ibuk tak pernah mengajarimu berani sama orang tua lo Wan, tobat tobat deh ibuk Wan sama kelakuanmu itu” Ucap ibuk seolah olah menghakimiku.

“Dulu ibuk ibuknya Wawan, dan Wawan anaknya ibuk tapi semenjak kontol Wawan masuk ketempekmu ini buk, Wawan bukan anak ibuk lagi, dan ibuk bukan ibuk Wawan lagi, jadi bebas dong Wawan mau lancang ke ibuk, merintah ibuk, dan akuilah buk, ibuk menginginkan kontol Wawan masuk ketempek ini kan buk, ibuk itu munafik tau nggak sih buk, pake nolak nolak segala padahal menginginkan juga” Ucapku sambil jariku menusuk nusuk ketempek ibuk dibalik dasternya.

“Lancang kamu Wan ke ibuk” Bentak ibuk sambil mau menampar pipiku tapi dengan sigap aku menahan tangan ibuk.

“Ooo mau main kekerasan ya buk, mau nampar Wawan ya buk, klo Wawan mau nampar balik ke ibuk ibuk mau” Ancamku sambil mencekram tangan ibuk yang hendak menamparku tadi.

“Sakiit Wan, ya ya Wan ibuk nggak mau nampar lagi tapi lepas tangan ibuk Wan sakiit Wan” Ucap ibuk sambil merintih rintih lalu kulepas cengkraman tanganku.

“Dan satu lagi Wawan nggak suka dibentak bentak, kalo ibuk mau dihargai dan dihormati sama Wawan bersikaplah yang lembut buk, paham ibukku sayang” Ucapku sehalus mungkin.

“Ya ibuk nggak bentak bentak lagi Wan” Ucap ibuk.

“Bagus deh kalo begitu, dan satu lagi buk dicukur tuh jembutmu sampe gundul, ingat sampe gundul dan jembut taruh diplastik lalu kasihkan ke Wawan, dah ya buk Wawan mau ngasih makan ayam juga sapi, oh ya nyukurnya pas nanti ibuk mandi” Ucapku. Lalu aku bergegas ke kandang. Setelah sampai dikandang aku kasih ayam ayam makan, Setelah selesai ngasih makan ayam lalu aku ke kandang sapi.

Saat ini dah jam 5 sore dan tentunya aku sudah mandi. Saat ini aku dan bapak yang sudah pulang dari sawah dan tentunya sudah mandi juga lagi duduk duduk dilincak emperan rumah, ya tentunya aku dan bapak lagi ngerokok gitu tapi nggak ngopi soalnya belum dibuatkan sama ibuk.

“Pak.. Wawan boleh minta sesuatu nggak pak” Ucapku disela sela menikmati sebatang rokokku dan kuhisap dalam dalam lalu kuhembuskan keudara.

“Boleh Wan mau minta apa” Ucap bapak dan kulihat bapakku juga lagi menghisap rokoknya dalam dalam lalu menghembuskannya ke udara sama sepertiku tadi.

“Gini pak tapi bapak marah nggak ke Wawan” Ucapku.

“Apa pernah bapakmu ini marah sama kamu Wan” Ucap bapak. Dan seingatku bapak tak pernah marah sama aku, meskipun aku ketauan minum minum tapi bapak nggak marah, hanya menasehati saja, dan Jujur aku cuma 2 kali minum minum dan yang kedua kali itu aku dipergoki sama bapak, dan bapak bilang minum minum itu merugikan sekaligus bisa merenggut nyawa, dan benar juga sih kata bapak dan sudah banyak kasusnya sih jadi ya aku kapok dan tak minum minum lagi.

“Pak.. kalo seandainya ibuk disuruh pake rok mini bapak setuju nggak pak, ya cuma didalam rumah aja pak” Ucapku sambil menatap ke arah bapak.

“Kalo itu bisa buatmu senang bapak nggak marah Wan, tapi ya hanya didalam rumah aja Wan, klo diluar rumah bapak nggak setuju” Ucap bapak. yes bapak nggak marah kalo ibuk aku suruh pake rok mini, hem jadi pengen lihat lagi ibuk pake rok mini.

“Yalah pak cuma didalam saja, kalo diluar bisa bisa ibuk dikira wanita nakal lagi sama tetangga” Ucapku dan kulihat ibuk menghampiri aku dan bapak sambil membawa 2 gelas kopi, Dan ibuk meletakan kopi dilincak yang aku duduki bersama bapak.

“Nih.. dah puas kamu” Ucap ibuk sambil menyerahkan plastik yang aku tau pasti berisi rambut kemaluan, Lalu aku menerimanya dan menggenggamnya biar nggak ketauan sama bapak. Lalu ibuk pun duduk didekatku dan jadilah aku ditengah tengah diapit ibuk dan bapakku.

“Apa itu Wan” Tanya bapak dan kemudian bapak menyeruput kopinya.

“Nggak apa apa kok pak” Jawabku lalu menyeruput kopiku, hem sedaap.

“Buk kata bapak kalo ibuk dirumah ibuk disuruh pake rok mini lo” Ucapku.

“Benar itu pak” Tanya ibuk ke bapak. Dan tanganku iseng iseng merabai tempek ibuk dan ibukpun menepis tanganku.

“Jangan lancang kamu Wan, ada bapakmu lo” Bisik ibukku.

” Kalo bapak nggak ada boleh dong” Bisikku ke ibuk dan ibuk pun mengangguk. yes akhirnya ibuk takluk juga padaku.

“Bukan bapak yang nyuruh, tapi anakmu lanang ini yang nyuruh, tapi lakukan saja buk biar anak lanangmu seneng” Ucap bapak.

“Tuh denger buk, bapak mau ibuk pake rok mini lo” Ucapku dan sengaja ku jadikan bapak sebagai tamengku biar ibuk mau gitu he he he licik kan aku.

“Itu maumu bukan maunya bapak, dasar anak kurang ajar kamu Wan” Ucap ibuk sambil ngeloyor masuk rumah, Jengah mungkin mendengar ucapan cabulku kepadanya.

“Pak.. ntar Wawan hamili ibuk berkali kali ya pak, sampe punya anak 3 gitu pak, bolehkan” Pinta lancangku ke bapak dan aku tak takut bapak marah toh secara nggak langsung bapak sudah menyerahkan ibuk padaku jadi buat apa takut.

“Ya boleh, tapi sampai 3 saja jangan sampe lebih ntar repot ngurusnya lo” Balas bapak. yes bapak setuju lagi akan kemauanku jadi nggak sabar tuk hamilin ibuk.

“Ya pak cuma 3 saja kok” Ucapku. Enak juga ya punya bapak yang kayak bapakku ini, sangat sayang padaku, penyabar, bahkan bapak sukarela lo menyerahkan istrinya sekaligus ibukku kepadaku, Bapakku keren lah pokoknya.

Saat ini sudah pukul 8 malam, kulihat bapakku sudah ngorok dikursi panjang diruang tv, mungkin bapak kecapek’ an kali ya, kan bapak seharian berada disawah. Sedangkan aku duduk dikursi pendek di samping bapak dan ibukku nah itu dia kini lagi berjalan ke arahku.

“Buk.. ambil gunting buk” Suruhku ke ibuk ketika ibuk hendak duduk disampingku, Lalu ibuk mengambil gunting dilemari tv dan setelah gunting didapatnya ibukpun mendekatiku.

“Ini Wan guntingnya” Ucap ibuk sambil menyerahkan gunting padaku.

“Buk Wawan potong ya dasternya kan daster ibuk banyak” Ucapku dan ibuk mengangguk saja, dan aku pun memotong daster dan kira kira aku potong daster panjang ibuk kira kira 10 cm dari selangkangannya. krek krek krek terpotong sudah rok daster ibuk dan bekas potongannya aku buang sekenanya dan aku pun kini bisa melihat selangkangan ibuk dengan mudah dan saat kulihat keselangkangan ibuk ternyata ibuk nggak memakai cd, iseng iseng akupun meledek ibuk.

“Ibuk nakal ya nggak pake cawat” Ucapku sambil menusukan 1 jariku kedalam tempek ibuk yang gundul itu. Dan tiba tiba saja ibuk menghindar lalu melangkah kekamarnya. ehm apa ibuk dah kebelet aku kentu ya makanya langsung masuk ke kamar. Ketika aku hendak menyusul ibuk kekamarnya kulihat ibuk muncul lagi dan berjalan kearahku.

“Lo Wawan kira ibuk kekamar ngajakin Wawan kentu buk, kok keluar lagi” Ucapku disaat ibuk sudah berdiri didepanku sementara aku kembali duduk di kursi.

“Ngomongmu bisa sopan dikit nggak nak, aku ini ibumu lo nak” Ucap ibuk pelan tentunya nggak pake judes.

“Emang Wawan ini anakmu buk, kan Wawan dah ngentu ibuk berarti Wawan em em em” Ucapku terhenti karena ibuk membekap mulutku dengan telapak tangannya.

“Ibuk mau disetubuhi sama kamu itu semua demi bapakmu, kalo bukan karena bapakmu ibuk tak sudi disentuh sama kamu Wan, jadi ibuk mohon dengan sangat hargai ibuk, bagaimanapun juga aku ibukmu yang sudah mengandung mu dan melahirkanmu dengan susah payah, jadi tolong hargai ibuk nak hanya itu permintaan seorang ibuk ke anaknya” Ucap ibuk penuh kelembutan membuatku trenyuh dibuatnya, benar kata ibuk walau bagaimanapun juga aku tetaplah anaknya dan ibuk tetaplah ibukku meski aku sudah menggaulinya selayaknya seorang istri.

“Maafin Wawan ya buk, Wawan dah keterlaluan sama ibuk” Ucapku sambil mengusap air matanya.

“Ya ibuk maafin nak, em ngomong ngomong kenapa kamu suka ibuk pake rok segini” Ucap ibuk sambil memegang ujung rok daster 10 cm dari selangkangannya itu.

“Ya suka aja buk, tapi kalo ibuk nggak suka ibuk bisa ganti lagi kok, tapi nggak usah deh” Ucapku sambil menatap kearahnya tapi tanganku tak grepe grepe ke ibuk, segan sih tadi diceramahin gitu sama ibuk jadi aku tak grepe grepe lagi, tapi sebenarnya aku ingin grepe grepe lagi tapi sudahlah aku mengalah dulu pura pura patuh gitu ke ibuk, licik ya aku ini he he he.

“Maumu sebenarnya apa sih Wan, katanya suruh ibuk ganti kok nggak jadi” Ucap ibuk yang masih berdiri didepanku. apa nggak pegel tuh kakinya berdiri terus.

“Nggak mau apa apa, ya sudah Wawan mau tidur dulu buk” Ucapku sambil berdiri, dan aku sengaja sih pamit mo tidur ya pengen tau reaksi ibuk saja, apa ibuk keberatan apa ndak aku tinggal tidur. Dan yah aku ingin ibuk yang meminta duluan padaku untuk menyetubuhinya. Dan aku ingin tau apakah ibuk menginginkanku tuk menyetubuhinya apa tidak.

“Mau tidur nak” Ucap ibuk terlihat kebingungan dan aku tau ibuk seperti tak rela aku mau tidur. dan sepertinya ibuk sudah terjebak dalam birahinya.

“Ya buk, mau apalagi kalo nggak tidur buk” Ucapku. dan aku tau ibuk tak rela aku tinggal tidur buktinya tangan ibuk menahan tanganku ketika aku hendak melangkah. Tempek dicinta kontolpun tiba eh pucuk dicinta ulampun tiba dan saatnya pasang aksi tuk menggoda birahi ibuk.

“Bukannya mau em em em” Ucap ibuk tak melanjutkan ucapannya, ya aku tau ibuk mungkin malu tuk mengatakannya secara terus terang dan masih segan gitu. ya bagaimanapun juga dia seorang ibuk pasti seganlah meminta kepada anaknya tuk menyetubuhinya. Ya udahlah aku mengalah saja dan aku merasa kasihan ke ibuk kalo harus dia yang meminta duluan, kulihat ibuk terlihat canggung dan merasa sangat malu setelah mengatakan itu padaku.

“Maksud Wawan, mulai malam ini Wawan tidur dikamar ibuk, bolehkan buk” Ucapku.

“I i iya bo boleh kok Wan” Ucap ibuk tergagap dan terlihat malu malu gitu sambil wajahnya menatap ke bawah dan kedua tangannya memegang rok mininya itu, ehm ibuk kayak anak gadis yang malu malu saat ditembak sama cowoknya.

“Buk.. kalo Wawan dah tidur bersamamu berarti Wawan bukan anakmu lagi dong, berarti Wawan sudah jadi suaminya ibuk, hayo” Ucapku menggoda ibuk dan aku yakin ibuk nggak marah kali ini.

“Ya kamu tetap anak ibuk dan selamanya tetap jadi anak ibuk” Ucap ibuk yang kini sudah menatapku.

“Ya Wawan anak ibuk, tapi seorang anak yang kurang ajar yang bakal ngentu ibuknya” Ucapku sambil memegang telapak tangan ibuk yang halus itu.

“Ya kamu anak kurang ajar kok Wan, yang sudah berani beraninya ngewek ibuknya sendiri” Ucap ibuk.

“Dan sebenarnya kamu nganggap ibuk kayak apa sih Wan” Lanjut ibuk.

“Ya kayak ibuk ibuk lainnya lah buk, seorang ibuk yang dihormati anaknya, tapi bedanya ibuk sama ibuk yang lainya itu karena ibuk bakal patuh sama anaknya, kalo ibuk lainya anaknya yang patuh ke ibuknya gitu buk” Ucapku sengaja aku membanding bandingkan ibuk dengan ibuk secara umumnya.

“Itukan kemauan kamu Wan, tapi nggak kemauan ibuk” Ucap ibuk.

“Ya Wawan maunya ibuk patuh sama Wawan tapi kalo ibuk nggak mau juga gapapa, yang penting Wawan dah bisa ngentu tempek ini Wawan dah seneng kok” Ucapku yang sekarang aku berani lancang ke ibuk, Toh aku tau secara tak langsung ibuk sudah takluk padaku. makanya aku berani lancang ke ibuk, dan kini aku malah menarik rok ibuk keatas membuat selangkangannya terlihat dan kulihat selangkangan ibuk sudah tertutupi cawatnya, berarti tadi ibuk masuk kekamarnya mau make cawat dong.

“memang kamu itu anak bejat kok Wan sudah berani beraninya ngewek ibuknya sendiri” Ucap ibuk dan aku tak marah ibuk bilang aku anak bejat dan aku malah merasa senang ya dikata katain ibuk, dan aku lebih berbirahi gitu saat ibuk ngata ngatain aku, toh aku tau ibuk cuma ngomong doang buktinya aku lecehin diam saja, kalo ibuk lainya pasti deh dah pecah tuh kepala anaknya dipukul pake wajan oleh ibuknya, lah kalo ibukku ini apa cuma ngomong doang biar kesannya kejem gitu.

“Kok ibuk pake cawat sih” Ucapku mengalihkan pembicaraan.

“make di protes nggak make diprotes, maumu apa sih Wan sebenarnya ibuk jadi bingung” Ucap ibuk.

“Ya sudah make saja kalo nggak make ibuk kayak anak kecil saja, lagian anak kecil make cawat, kok ibuk yang sudah ibuk ibuk malah nggak make cawat” Ucapku sengaja meledek ibuk.

“Kok ibuk kamu samain kayak anak kecil to Wan, lancang kamu Wan ke ibuk” Protes ibuk.

“Apa bedanya buk, anak kecil tak berjembut ibuk juga jadi ibuk kayak anak kecil tapi bedanya tempekmu dah longgar lubangnya” Ucapku melecehkan ibuk. sambil menekan nekan jariku ketempek ibuk yang masih tertutupi cawat putihnya.

“Sebenarnya ibuk nggak mau digundul Wan punya ibuk, kesannya kayak anak kecil, tapi kamu yang minta jadi ibuk turuti saja, kalo tak dituruti ntar ibuk dikasarin sama kamu, kan kamu kasar orangnya” Ucap ibuk mengelak perkataanku tadi.

“Ya ya buk, Wawan yang nyuruh” Ucapku mengalah ke ibuk. dan kini aku lepas cawat ibuk.

“Buk yuk kekamar” Ajakku.

“Ayuk Wan” Ucap ibuk. Dan kami pun menuju kekamar ibuk dan sebentar lagi aku akan memberi ibuk kenikmatan.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu