2 November 2020
Penulis —  Kaskusman

Kakakku Patricia dan aku

Klitoris itu senantiasa kujilat dan aku mainkan dengan ujung lidah ku. Dia berteriak dengan kencang dan berteriak memanggilku. “Dek. Dedek… ohhhhh. Dek. Enak… oh… ahhh. Sudah dek..” katanya sambil memelas.

Aku pun menghentikan kegiatanku dan kembali menciumi dirinya. Dia dengan kedua tangannya melepas celana dan celana dalamnya sehingga kami berdua sudah dalam keadaan telanjang.

Bibir kami kembali saling beradu dan lidah kami saling bermain. Tangannya sudah meremas remas kemaluanku. Dia kemudian membalikan tubuhku dan kembali menciumi bibirku dengan jauh lebih buas dari sebelumnya.

Kepalanya kini berbaring di atas dadaku yang bidang karena aku rajin olahraga. Dia terlihat sangat nyaman di sana dan mukai tertidur dengan lelap. Aku pun juga bingung dan galau serta takut. Aku jujur tak ingin melewati saat saat seperti ini tapi dia kakakku sendiri.

Kami terbangun di pagi hari dan kami berdua tersenyum malu dengan apa yang kami perbuat semalam. “Dek. Nakal ya semalam. Belajar dari mana hayoooo?” Kata kakakku dengan senyumnya yang nakal.

Aku jawab, “ya… namanya lelaki ce. Mau gimana lagi? Hehehe…” kataku tersenyum malu.

“Awas kalau dedek coba coba ama perempuan lain ya…!” Kata kakakku mengancam dan tersenyum.

“Gak akan ce. Gak akan. Cece tenang aja. Cuma cece di hatiku. Aku sayang cece. selamanya.” Kataku sambil mengusap pipinya dan mencium bibirnya kembali.

Kamipun kemudian mandi bersama lagi. Kami semakin seperti suami istri daripada kakak adik. Kami tak malu lagi untuk bergandengan tangan ke manapun kami pergi.

Hari hari yang tidak jelas selain belajar bahasa dan olah raga bersama, kami berdua yang senang olah raga mau mencoba belajar muaythai. Selain untuk kesehatan dan karena sudah bosan di tempat gym yang isinya itu itu aja… ya udah coba aja yang 1 ini. Buat jaga jaga aja, bukan cari masalah loh… Dengan kegiatan baru ini, tubuh kami berdua semakin terbentuk dan terlihat lebih berotot.

Suatu hari, kedua orang tua kami pulang. Kami berempat membahas tentang rencana kami di masa depan nantinya. Semua terlihat baik baik saja… sampai…

I: ibu

A: ayah

P:

L:

I: Patricia. Nak. Kamu dah cukup dewasa untuk menikah. Kamu belum mau menikah? Mau mama carikan calon untukmu nak?

P: gak ma. Belum mau. Aku mau jadi dokter dulu

I: iya tau. Tapi bukan artinya gak menikah kan?

P: iya itu mah gak bisa janji. Siapa yang akan tahu?

A: kalau bisa sih menikah aja. Dokter mah nanti aja. Heheh

L: kata saya sih mending nanti aja dah. Menikah itu pilihan. Punya anak juga pilihan. Ini abad 21. Bukan jaman sebelum masehi. Jadi jangan terlalu jadi beban atau merasa ada kewajiban.

I: kamu ini tahu apa?! Kamu bukannya ambil jurusan ekonomi buat usaha papa kamu malah kamu jadi arsitek. Ngapain coba sih?!

P: sudahlah ma. Kalau dia mau nya begitu ya… mau gimana lagi?

A: kamu harusnya dengar omongan kami dari dulu. Terserah kamu lah. Paling nanti usaha papa kasih ke paman kamu saja. 5.50

L: terserah kalian. Kami bukan robot yang bisa kalian atur semena mena.

P: dek. Tahan dek. Sabar.

I: mama capek urus kalian. Gak mau nurut semua. Bikin orang kesal saja.

P: ya gini deh ma, pa. Terima kasih atas semuanya. Tapi kami kan sudah dewasa untuk menentukan jalan hidup kami sendiri.

A: selalu saja begini tiap kali kami pulang. Gak ada damai. Gak bisa sekali saja senang. Bikin hidup orang susah saja

P: lah itu kan pilihan kalian sendiri. Maksa aku nikah lah. Suruh dedek kuliah ekonomi lah. Kami anak loh. Manusia juga. Bukan hewan!

I: kakak adik sama saja. Gak ada bedanya. Susah diatur!!

L: suruh siapa ngatur? Sekarang lihat saja.. siapa yang susah sendiri?

A: *menghela nafas panjang* ya sudah lah. Papa minta maaf. Papa gak akan paksa kalian berdua lagi.

I: kita lihat saja nanti. Semoga kalian bisa berubah.

L: berubah jadi apa? Anjing? Supaya bisa kalian atur?

P: dek. Sudah dek. Sudah! Denger kata cece. Sudah. Tahan…

I: kenapa sih kalian gak bisa bikin orang senang?

P: emang kami es krim apa bisa bikin semua orang senang? Sekolah? Kami semua pintar dan selalu ranking 1. Kami hidup sehat. Gak ada ulah macam macam. Aku gak tidur dengan laki kali yang gak jelas. Dedek gak pernah bawa perempuan gak jelas masuk. Uang gak sembarang pakai. Semua jelas. Gak ada untuk omong kosong.

L: ce. Sabar ce. Sabar. Tahan ya.

A: sudah!!! Cukup!!! Ma… sudah lah. Mereka berhak menentukan jalan hidup mereka. Saya gak mau mereka seperti saya. Biar mereka mengejar impian mereka. Jangan kayak papa. Dulu papa juga mau jadi dokter tapi gak kesampaian.

P: *menangis* pa. Makasih pa. Hiks…

A: nak. Sayang. Papa sayang kalian semua. Pergilah dan kejar cita cita kalian. Soal perusahaan papa, tenang saja. Kalian akan tetap mendapatkan hak kalian. Papa jamin itu.

L: makasih ya pa. Makasih banyak.

I:… baiklah.. mama ingin terbaik untuk kalian berdua, tapi *ikutan nangis aja dia* mama rasa harapan dan kenyataan tak selalu sejalan. Pergilah kalian mengejar cita cita kalian. Dan mama gak akan paksa kamu menikah lagi nak.

P: * makin menangis * Makasih ma. Aku sayang kalian semua.

A: sudah sudah. Pusing lihat opera sabun kayak gini. Nanti malam kita makan bersama ya… besok siang mama dan papa harus ke luar kota lagi.

Kamipun berempat pergi makan malam bersama. Semua berjalan baik baik saja dan selesai makan malam, kami pulang dan malam ini kami tidak tidur bersama. Aku tidur sendiri dan kakakku juga sama.

Rasanya aneh dan sangat hambar seperti sayur tanpa garam malam itu. Dingin dan sepi. Ingin rasanya aku menyusup ke kamar kakakku tapi aku tak mau kena masalah. Mungkin saja kakakku blm tidur.

Aku coba hubungi dia dan ternyata dia juga sama saja… merasa hampa dan aneh. Kami terus berkomunikasi sampai kami tidur melalui hp. Sebelum kami bangun, kedua orang tua kami sudah pergi ke airport menuju luar kota.

Meski kami berdua senantiasa mengalami konflik dengan kedua orang tua kami, mereka tetap orang tua kami dan kami selalu sayang mereka. Hal yang wajar rasanya konflik anak dan orang tua.

Kali ini kami sudah merdeka dalam artian tak ada beban lagi di dalam hati kami. Kami bebas memilih jalan hidup yang kami inginkan. Kakakku ternyata memutuskan untuk mengambil gelar s2 di bidang kedokteran.

Kami berdua sebenarnya memiliki banyak teman tapi kami lebih suka menyendiri dan fokus dengan studi dan cita cita kami. Teman hura hura tak jelas hanya jadi penghalang. Memang sangat disayangkan mengingat umur kami masih relatif muda tapi pilihan adalah pilihan. Hidup adalah pilihan.

Ya Kami memilih untuk menjalani hiduo kami tanpa peduli orang lain seolah mereka tidak pernah ada. Di mata dan hatiku hanya ada kakakku seoang saja. Aku menjalani hidupku dengan damai meski bisa dibilang monoton bagi beberapa orang tapi aku tak peduli.

Urusanmu adalah urusanmu. Urusanku adalah urusanku. Urus urusan masing masing. Dengan sikap seperti inilah kenapa saat sma banyak siswi yang tertarik padaku tapi ya.. Aku tidak tertarik dengan drama sma. Sekolah ya sekolah, tempat belajar, bukan biro jodoh.

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Kami kemudian akan menghadapi ujian bahasa Jerman. Kami yang sudah merasa fasih ini tentu saja melewatinya dengan nilai gemilang dan nyaris sempurna.

Semua dokumentasi sudah siap. Akomodasi juga sudah beres. Yang perlu kami lakukan adalah tinggal bawa badan (dan pakaian) ke sana. Kami akan pergi ke sana dalam waktu 2 minggu. Sementara itu Tommy*, sepupu kami akan datang beberapa hari sebelum kami pergi.

(Tommy bukan karakter penting. Hanya figuran saja).

Dalam waktu tinggal 2 minggu ini, kami ingin manfaatkan dengan baik. Menghabiskan waktu bersama beberapa teman kami adalah salah 1 nya dan tak butuh banyak waktu buat mereka. 2 hari saja sudah cukup.

Dengan adanya kami berdua di rumah, kami bebas melakukan apapun yang kami mau. Mandi bersama sudah menjadi kewajiban kami. Tidur berdua sudah pasti. Saat kami menonton drama di kamar, kakakku terbawa suasana. Biasa.. wanita.

Dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Aku membelai rambutnya dan mencium kepalanya dengan mesra dan lembut. Tak lama kemudian, wajahnya menghadap ke arah ku dan tangannya memegang daguku memalingkan pandanganku ke arahnya.

Kami berciuman lagi dengan mesra. Aku bisa merasakan kelembutan tangannya di wajahku. Dia menutup matanya dan sangat menikmati ciumannya bersamaku. Bagiku, dia sudah seperti kekasih dan istriku, bukan hanya kakakku saja.

Dia menaikan Kedua kakinya di pangkuan ku dan aku sudah tau maksudnya. Dia minta digendong ke kamar dan dibaringkan di atas ranjang. Aku pun menggendong nya dan meletakan tubuhnya di atas ranjang. Kami pun melanjutkan ciuman kami yang tertunda tadi.

Kecupan demi kecupan beriringan dengan suara desahan kami berdua di kamar itu. Tak tahu sampai kapan hubungan terlarang ini akan berakhir atau mungkin sebaiknya tidak berakhir. Aku yang sudah terangsang akhirnya melepaskan pakaian kakakku yang hanya memakai kemeja ku berwarna putih yang ukurannya terlalu besar buatnya dan tidak memakai bra.

Dia juga tidak menggunakan celana selain celana dalam. Bukan hal yang sulit buatku untuk melepaskan pakaiannya dan celana dalamnya. Dengan tubuh yang sudah telanjang ini, aku semakin bernafsu dengan keindahan tubuh kakakku. Kakakku yang sudah telanjang ini kemudian melepaskan semua pakaianku.

Kami berdua sudah telanjang bulat. Kedua mata kami saling bertatapan dengan dalam dan penuh makna dan cinta. Kakakku kemudian tersenyum dan mulai merangkul leherku serta menciumi bibirku dengan penuh nafsu.

Aku juga yang sudah sangat bergairah ini ikut mencium nya dengan penuh nafsu dan kedua lidah kami sudah saling bertukar serangan. Kakakku kemudian menghentikan Ciumannya dan memegang wajahku dengan kedua tangannya seraya menatap kedua mataku dengan senyuman.

Aku pun tersenyum manja dan dia mengecup bibirku. Aku kemudian membenamkan wajahku ke payudara nya. Dia mulai mendesah dan tersenyum nakal. Tangan diriku meremas payudaranya dengan lembut. Dan mulutnya memainkan puting payudara 1 nya lagi yang berwarna pink itu.

Puting itu aku pijat pijat dan aku putar putar sehingga dia mulai tertawa geli tapi tawa itu hilang karena desahan langsung menyusulnya. Aku sangat senang memainkan puting susunya yang sudah mengeras itu. Tak lama kemudian aku mulai menyedot dadanya.

Dia bertindak layaknya seorang ibu yang sedang memberi asi ke anaknya. Dengan sabar dan lembut dia membelai kepalaku dan punggungku seolah dia mempersilahkan aku melakukan apapun yang aku mau dengan payudara nya yang indah itu. Setelah selesai memainkan payudaranya, aku kemudian mencium kedua payudara indah itu sebagai ucapan terima kasih.

Aku kemudian turun ke perutnya dan menciumi pusarnya. Sungguh tubuh nya indah layaknya foto model. Perutnya rata dan kencang. Dengan iseng kujilat pusar itu dan dia mulai tertawa geli. Aku juga tertawa dan langsung turun ke vaginanya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu