2 November 2020
Penulis —  Kaskusman

Kakakku Patricia dan aku

Hari berganti hari. Jerman sudah di depan mata (serasa jadi tentara Soviet union), maksudnya hari hari menuju Jerman sudah dekat. Kami berdua (tanpa Tommy) akan menghabiskan waktu kami berdua di lantai, eh pantai.

Tommy? Aslinya sih diajak tapi dia memilih pergi bersama teman teman barunya. Ya baguslah. Orang kami ngajak cuma buat formalitas belaka saja. Siapa yang berharap dia ikut? ganggu aja loe.

Kami berdua ke pantai dan aku membawa gitar ku untuk dimainkan di sana, bukan untuk memancing ikan hiu dan tak mungkin membawa grand piano karena berat. 1.5 jam dengan mobil BMW kakakku, kami sampai ke tempat tujuan.

Kakakku biar wanita, tapi kalau sudah berjumpa jalan tol kosong, langsung berubah menjadi pembalap formula 1. Michael Schumacher lah kurang lebih (maaf ts bukan ahli balapan). Aku sendiri tak suka kebut kebut an di jalan tol kecuali kalau sudah sakit perut atau rumah kebakaran (amit amit ya) dan berharap jalanan kosong (emang president apa?

Kami pun sampai di pantai. Keberuntungan memang memihak cinta terlarang ini. Pantai itu kosong melompong. Mungkin ada tsunami nanti atau… oh iya. Ini kan bukan hari libur. Kecuali semua orang kena phk atau gak ada hidup jelas, ya wajar saja sepi.

Kakakku dengan pede nya melepas pakaiannya dan hanya memakai bikini. Bergaya ala Pamela Anderson. Ya badannya emang bagus. Mau gimana lagi? Toh gak ada orang di sini. Cuaca tidak terlalu panas bahkan matahari juga merasa tahu diri, bersembunyi di balik awan.

Aku hanya nenggunakan celana pendek tanpa Apa apa alias telanjang dada. Kami berbaring dan kakakku tiba tiba mengajakku bermain air di pantai. Aku menjawab ajakannya dan kami pun bermain layaknya anak anak di pantai.

Kami saling siram dan sesekali menendang air itu. Kami kemudian bermain kejar kejaran. Tak akan ada yang tahu kami itu kakak adik. Semua yang ada, seperti kepiting, burung camar, penyu dsb akan mengira kami adalah sepasang kekasih.

Setelah lelah berlari, aku memeluk kakakku dari belakang dan menggendong nya. Kamipun berciuman kembali. Suasana sangat romantis dan seru. Kami kemudian bermain pasir dsn membangun istana.. sumpah deh. Beneran kayak bocah ingusan. Sudah susah payah membangun benteng… eh malah habis kena ombak.

Ombak itu mungkin berkata, “bapak, ibu. Tolong ingat umur. Jangan kayak bocah. Malu dikit napa?” Dasar ombak sial. Gak boleh lihat orang senang sebentar. Untung saja sudah difoto. Coba kalau nggak.. bah. Anyway cuaca sudah mulai sore.

Tommy? Biarin saja. Kami juga memberikan dia kunci rumah. Kamar kami semua sudah kami kunci. Sepupu mah sepupu, tapi jangan harap bisa masuk kamar orang seenaknya, kecuali lu ibu kos.

Kami berdua duduk memandang matahari terbenam dengan indah dan aku memainkan lagu summer jam dengan gitarku dan kakakku yang jadi penyanyinya. Aku dan kakakku bernyanyi bersama. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku. Seharusnya dia yang menjadi gitar nya. Ah sudah lah. Suasana romantis ini sungguh sangat sayang untuk dilewati.

Dikarenakan sudah sore dan matahari sudah terbenam (padahal tadi gak ada deh perasaan. Kapan munculnya dia? Ngintip kali. Suek) kami membersihkan tubuh kami di pancuran shower. Eit. Tak ada acara mandi berdua kali ini. Setelah selesai dan mengganti pakaian, kami pergi makan malam dan kemudian pulang.

Tommy sementara itu sedang santai duduk di depan tv sambil makan pizza yang dia beli dengan uang dia pastinya. Rumah mulai berantakan sejak bocah reseh ini datang. Gak kebayang 10 tahun lagi kayak gimana? Bisa jadi kamar mandi umum mungkin nih rumah gara gara nih orang berulah.

Tommy memang sepupu yang unik. Dia bertingkah selayaknya pemuda seusianya. Meski demikian, dia tidak nakal seperti merokok, berjudi dsb. Ya itu di depan kita… di belakang kita? Siapa yang tau? Selama dia gak ganggu orang mah masa bodo aja. Kami bertiga ngobrol ngobrol santai dan waktu sudah larut.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu