2 November 2020
Penulis —  Kaskusman

Kakakku Patricia dan aku

Besok paginya kami bersiap siap untuk pulang. Setelah melewati ber jam jam di dalam pesawat, kami pulang ke rumah dan membereskan barang barang kami. Tak lama setelah kemudian, kami beristirahat.

Besoknya kakakku segera mengurus surat surat yang diperlukan untuk pindah ke Jerman sana. Proses memakan banyak waktu dan uang juga. Dia sendiri mulai belajar bahasa Jerman bersamaku.

Suatu malam, kakakku mengajakku keluar. Di dekat rumah kami ada lapangan kosong. Dia ingin melihat bintang bintang di malam hari. Dulu waktu kami kecil, kami senang pergi ke sana untuk melihat pemandangan langit di malam hari.

“Dek. Jalan jalan ke lapangan yuk dek. Lihat bintang. Bosan di rumah mulu. Yuk temenin cece.” Katanya sambil menggenggam tanganku.

“Ayuk ce. Dah lama gak lihat. Kangen juga masa Masa itu” kataku dengan semangat.

Akhirnya kami berdua berjalan ke lapangan kosong itu. Lapangan ini tidak jelas siapa yang punya dan hanya dibersihkan apa adanya tapi tetap rapih tak ada ilalang. Kami sudah di lapangan dan duduk berdampingan di atas rerumputan sambil memandangi bintang. Kakakku menyandarkan kepalanya di bahuku dengan senyum.

“Dek. Nanti kalau ada bintang jatuh, cece dulu yang nunjuk ya… nanti kalau ada lagi.. baru dedek ya… ok?” Katanya sambil tersenyum manja.

“Beres ce. Asal cece seneng dah. Hehehhe.” Kataku.

Sebuah bintang jatuh turun dan Patricia menggenggam tangannya seperti orang berdoa. “Aku ingin aku dan adikku selalu bersama selamanya dan saling mencintai.”

Kami bersanding bertatapan dan tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku dan kami pun berciuman mesra lagi. Setelah kami berciuman, Aku menyuruh kakakku duduk di pangkuan ku dan beberapa saat kemudian… sebuah bintang jatuh lagi.

“Aku mau aku dan kakakku selalu bersama selamanya, saling mencintai dan tak akan terpisahkan.” Kataku. Patricia langsung memelukku dengan manja dan mulai menangis.

“Malam ini rasanya indah banget dek. Sunyi tapi hati damai. Dingin tapi rasanya hangat karena ada dedek di samping cece. Dek. I love you.” Kata kakakku.

“I love you too, ce” kataku sambil memeluknya dengan erat dan mesra. Aku pun memgecup dahi nya dengan lembut dan mesra. Aku tak bisa membayangkan kalau kakakku tidak ada di sampingku. Rasanya seperti makhluk hidup tanpa kehidupan.

“Ce. Rasa sayangku ke cece lebih dalam dari lautan. Rasanya Aku gak bisa mencintai wanita lain selain cece seorang.” Kataku sambil menatap matanya dengan dalam dan berbinar binar.

“Cece juga sangat sayang sama dedek. Rasanya berat kalau cece harus hidup tanpa ada dedek di samping cece.” Kata kakakku yang masih menangis. Aku terus memeluknya dan menciumnya.

Di lapangan tak ada siapapun yang lewat karena di malam hari, hampir tidak pernah ada orang. Tempat ini bisa dibilang terbengkalai” dan para penghuni setempat tidak peduli lagi dengan lapangan ini. Dahulu sekali, aku ingat aku dan kakakku berlari lari di sini pada malam hari dan bermain layangan.

Setelah kakakku berhenti menangis, aku mau ke rumah sebentar mengambil layangan yang masih aku simpan di tempat yang aman. Tak lama kemudian aku kembali membawa layanganku yang masih utuh dan sehat.

Aku dan kakakku berlali lari di lapangan kosong itu sambil bermain layangan di malam hari bersinarkan terang bintang dan bulan. Layaknya anak anak. Kami berdua tertawa, kejar kejaran dan sampai berguling guling di atas rerumputan itu.

Terbawa suasana, kamipun berciuman kembali sambil bergulingan di atas rumput. Perasaanku sangat kacau balau. Terharu, cinta, nafsu, kenangan dan apapun itu berada di benakku membuatku tak bisa berpikir jernih.

Kami menghentikan ciuman kami kembali main kerjar kejaran seperti tadi. “Dek. Yuk pulang. Dah malam. Hahaha. Rasanya seru nya.. kembali ke masa lalu” katanya.

“Iya ce. Seru. Yuk pulang ce” kataku sambil menggenggam tangannya dan berjalan menuju rumah. Kami mandi lagi karena kotor. Jelas saja. Guling guling di rerumputan. Malam itu, karena terbawa suasana, kami berciuman kembali dan lebih menggila dari sebelumnya.

Tanganku sudah bergerilya di dadanya. Desahan darinya semakin kencang. Aku pun semakin bergairah dan dengan segera membuka gaun malamnya sehingga aku bisa melihat jelas kedua payudaranya yang indah itu.

Aku pun mulai menghisapnya dengan lembut dan pelan. Dia menggelinjang karena geli dan kedua tangannya memegang kepalaku seolah dia tak mau melepaskan aku. Aku pun turun ke perutnya dan menciumnya seraya membayangkan kalau saja rahim itu diisi oleh ku.

Kakakku semakin mendesah dan gairahnya semakin memuncak. Aku mulai melepaskan celana dalamnya dan terlihat sudah kemaluan indah itu. Hanya sedikit rambut kemaluan yang tumbuh di daerah sana dan aku mulai mencoba mengecup vaginanya dan menjilatnya.

Dia berteriak dengan kencang. Aku memang belum pernah bercinta Dengan wanita tapi aku pernah menontom film porno juga. Wajar saja sebagai laki laki. Aku tahu titik nikmat yang disukai wanita di mana dan aku pun menemukannya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Lainnya

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu