1 November 2020
Penulis —  udin bengong

Pantat besar mamaku yang menyejukan jiwa

Setengah jam sudah, semenjak mama masuk kedalam kamarnya untuk pergi mandi. Selama itu pula aku hanya berbaring rileks disofa ruang keluarga sambil menonton tivi dengan masih bertelanjang dan hanya mengenakan kaos oblong. Batang penisku yang beberapa waktu lalu masih tegak perkasa menghujami memek dan anus mama kini terkulai kemas tak berdaya.

“Ayo sayang.. kita makan dulu… mama tadi beli soto ayam nih…” kudengar suara mama dari arah ruang makan.

“Baru juga jam 3 sore ma, masa’ sudah makan malam sih…” protesku.

“Tadi dikantor mama belum sempat makan siang sayang.. laper nih.. apalagi tadi begitu mama pulang langsung digenjot sama kamu… tambah lemas deh mama… Ayo, kamu makan aja sekalian, mumpung masih anget nih… soto kalau sudah dingin gak enak lho…”

Dengan agak malas aku bangun, duduk sejenak, lalu melangkah kearah ruang makan. Sampai disana kulihat mama tengah mempersiapkan makan malam.

Namun yang membuat aku terperangah adalah mama melakukan semua itu dengan tanpa selembar benangpun ditubuhnya, alias bugil. Namun aku yakin mama sudah mandi, karna wajah mama tampak begitu segar dan cantik dengan polesan make-up yang menantang serta aroma tubuhnya yang wangi semerbak.

“Koq telanjang ma…?” tanyaku, seraya duduk dikursi tempat biasa aku duduk saat makan.

“Tadi kamu bilang lebih suka liat mama telanjang…” jawab mama, sambil menuang kuah soto pada mangkuk.

“He.. he.. he.. mama dianggap serius deh… padahal Bagus tadi cuma iseng koq…” ujarku cengengesan.

“Jadi sebenarnya kamu gak suka nih, kalau mama telanjang begini…?”

“Wah, suka sekali dong ma…”

“Kirain gak suka… kalau gak suka, ya mama pakai baju aja…”

“Ih, mama suka gitu deh… jangan dong ma… Bagus emang lebih suka mama telanjang koq… mmm.. kalau gitu Bagus telanjang juga lah…” ujarku, seraya kubuka t-shirt yang masih melekat pada tubuhku, sehingga kini diriku juga total bugil seperti halnya mama.

Kini mama mulai duduk dan nenyantap hidangannya, sedangkan aku baru mulai menuangkannya pada piringku.

Hmm… melihat mama telanjang dengan make-up menantang seperti ini membuat batang kontolku kembali berdiri tegak, kulihat sambil makan mama sempat melirik kearah kontolku ini.

“Koq makannya males-malesan gitu sih sayang… gak selera ya…?” tanya mama, seraya menenggak habis segelas air putih, yang menandakan mama telah merampungkan makan malamnya, karena memang piringnya telah bersih.

“Enggak juga sih ma… mmm.. cuma agak males aja…” jawabku, sambil mengunyah malas nasi yang baru saja kusuap. Pada dasarnya memang aku belum lapar, karna sekitar jam setengah satu tadi aku sudah makan siang.

“Jangan males-males makan kaya’ gitu dong… kamu harus banyak makan… biar kuat… apa perlu mama yang suapin nih…”

“Enggak deh ma… emangnya anak kecil pakai disuapin segala…”

“Abisnya sih kamu, udah mama beliin soto ayam sama ati ampela goreng, ada sate telur puyuh juga… itu kan makanan bergizi semua… supaya stamina kamu kuat untuk ngentotin mama, selain itu juga supaya kualitas sperma kamu baik… biar ampuh dan cepet bikin mama hamil.. supaya mama bisa cepat dapat anak sekaligus cucu dari kamu…

Hmm.. disuapin mama kaya’nya lucu juga nih, hingga munculah ide dikepalaku.

“Iya deh ma… Bagus mau disuapin mama…”

“Ih, kamu tuh… konyol deh, mama cuma nyindir kamu koq… lagian udah gede gitu, siapa juga yang mau nyuapin kamu…” sanggah mama sambil menertawai aku.

“Iya ma… Bagus serius nih… mmm.. tapi cara nyuapinnya begini ma… mmm.. gimana ya…” agak ragu juga aku mengutarakannya.

“Ya gimana…?”

“Mmm… agak konyol sih sebenarnya.. tapi kayaknya asik deh…”

“Iya… seperti apa..?” tanya nama, sepertinya mama mulai penasaran.

“Begini ma… Bagus duduk dikursi seperti ini, lalu mama naik diatas Bagus… terus kontol Bagus dimasukin dimemek mama.. mmm.. ngentot posisi WOT gitu lho ma… kita saling berhadab-hadapan… lalu sambil kontol Bagus berada didalam memek mama, mama nyuapin Bagus… kan romantis tuh ma… setuju gak ma…?

“Ih, kamu itu macem-macem aja deh sayang… tapi asik juga sih kayaknya… dengernya aja mama udah horny…”

“Oh iya ma… nanti waktu nyuapinnya enggak pakai sendok lho…”

“Pakai apa dong…? Pakai tangan maksudmu…?” tanya mama dengan agak mengerutkan kening.

“Bagus mau… mama nyuapinnya pakai mulut mama sendiri…”

“Maksudnya gimana sih…? Belum paham betul mama..” kembali mama mengerutkan kening.

“Mmm… mama makan aja nasinya, terus mama kunyah sampai halus, baru kemudian mama lepehin kemulut Bagus untuk Bagus telan…”

“Ih, kamu jorok deh gus… emangnya kamu enggak jijik..?”

“Enggak ma… malah Bagus suka banget… mmm… tapi kayaknya mama keberatan ya ma… kalau mama keberatan ya enggak apa-apa sih ma… mama bisa nyuapin Bagus seperti biasa dari sendok…”

“Enggak koq gus… justru mama malah tersanjung kalau kamu sudi memakan makanan yang dilepehkan dari mulut mama… mmm.. malah sepertinya ada sensasi sensual tersendiri yang pastinya mengasikan…”

“Itu dia ma yang Bagus maksud… kayaknya ada sensasi tersendiri saat menerima sesuatu dari mulut mama lalu kemudian menelannya… sama seperti kemarin Bagus minta mama ludahin mulut Bagus, lalu Bagus telan… mmm.. sensasinya itu lho ma… nikmat sekali…” terangku.

“Ah, kamu itu gus… so sweet sekali sih… mama jadi merasa terbuai mendengarnya… mmm.. ya udah sayang, kalau gitu langsung kita coba aja deh ide kamu yang barusan itu… kayaknya mama koq jadi merinding gimana gitu bayanginnya…”

“Oke ma…”

Mama segera berdiri dari kursinya dan melangkah kearahku. Kugeser kursi tempatku duduk sekitar setengah meter kebelakang untuk mempermudah akses mama. Kini mama berdiri mengangkang didepanku, meludahi telapak tangannya lalu dioleskan kearah memeknya. Sejurus kemudian mama telah berdiri mengangkang dengan posisi selangkangannya tepat diatas batang penisku.

Mama kembali meludahi telapak tangannya, namun kali ini ludah yang ditelapak tangannya itu dioles dan dikocok-kocok beberapa saat pada batang penisku, sebelum akhirnya dibimbingnya masuk kedalam liang vaginanya.

Dan bless… masuklah ujung batang kontolku menembus liang memeknya, lalu dengan sekali mama menurunkan bokongnya, amblaslah seluruhnya batang kontolku, terbenam didalam lubang hangat yang nyaman.

“Mmmmmhh… uuuugghhhhhh…” desah mama, seiring pantatnya yang bergerak turun kepangkuanku.

“Uuuuhhh… memek mama rasanya terisi penuh sama kontol kamu sayang… sampai mentok ini sih… hi.. hi.. hi…” ujar mama, diikuti dengan tawanya yang manja.

“Uuuuhhh… sedapnya ya ma kalau lagi begini… mama kali ini dandanannya seksi banget sih ma… kayak bintang film bokep aja…” pujiku, sambil menikmati dari dekat wajah mama yang berdandan walaupun glamor dan mencolok, namun tidak terkesan norak, karna komposisi riasannya itu memang sesuai dengan wajah cantik mama, sehingga terkesan seksi dan menantang.

Riasan yang kurang cocok memang kalau untuk acara resepsi atau pesta rekan-rekan sejawat. Tapi kalau untuk memikat lawan jenis diranjang, bagiku ini sangat cocok dan nafsuin. Entahlah, apakah pendapat itu relevan untuk semua orang, atau cuma aku saja yang kebetulan memang kerap satu selera dengan mama, karena sepertinya apa yang dibuat mama pasti selalu cocok denganku, atau sebaliknya, apapun yang aku lakukan pasti mama suka.

“Gimana nih… mau dimulai emamnya…?” tanya mama, seraya meraih piringku yang berada diatas meja.

“Oke ma… sekarang mama makan aja… koq senyum-senyum gitu sih ma…”

Mama mulai menyuap kemudian mengunyah sesendok nasi soto dimulutnya, namun ekspresi mama seperti tersenyum-senyum menahan tertawa.

“Nyantai aja ma… kunyah yang halus ya mamaku sayang… biar nanti bisa langsung Bagus telan..”

“Huhah hawus hih hayang…” ujar mama, memberitahukan bahwa makanan yang dikunyahnya sudah halus.

“Oke ma… langsung dilepehin kemulut Bagus aja… tapi sedikit-sedikit aja ya ma, jangan langsung dilepehin semua… aaaaakk…“terangku, seraya kubuka mulutku lebar-lebar menghadap keatas.

Setelah terlebih dahulu meletakan piring dan sendok diatas meja makan, mama yang posisi kepalanya berada diatasku mulai mengarahkan mulutnya tepat diatas mulutku dengan jarak sekitar satu jengkal. Aku memberikan isyarat dengan mengedipkan mataku sebagai tanda bagi mama untuk mulai menumpahkan isi mulutnya kedalam mulutku.

Mama sedikit menundukan kepala sambil tangan kirinya menahan rambutnya agar tidak terurai menutupi wajahku. Lalu, Pleh… mmm.. satu gumpalan halus bagai bubur masuk kedalam mulutku yang langsung kutelan, beberapa detik kemudian menyusul yang lainnya. hmm.. lezat dan hangat, hangatnya air liur mama.

“Mmm.. myem.. nyem… sedapnyaaa… Masih ada lagi ya sayang…?” tanyaku pada mama, yang dijawab mama dengan anggukan kecil.

“Langsung dilepeh semua aja sayang… aaaakkk…” pintaku, yang langsung ditindak lanjuti oleh mama.

Pleh.. habislah semua isi didalam mulut mama berpindah kedalam mulut lalu keperutku.

“Mmm… luar biasa ma… lezaat…” ujarku, sambil mengecap-ngecap mulutku.

Melihat reaksiku itu, mama mengecup bibirku dan langsung memagutnya dengan liar, hingga dalam beberapa saat kami saling berpagutan.

“Mamam lagi ya sayang…?” ujar mama, sambil mengambil kembali piring diatas meja makan.

“Iya dong ma.. kan belum abis…”

“Ide kamu tuh oke banget ya sayang… di film-film porno pun belum pernah tuh mama nonton adegan yang seperti ini… mmm.. ternyata seru ya sayang… menggairahkan banget… mmm.. emangnya sama Ririn kamu pernah seperti ini sayang…?”

“Belum pernah ma, sempat berpikirpun belum pernah… ini spontan ada didalam pikiran Bagus barusan…” jawabku.

“Menurut kamu gimana rasanya sayang…?”

“Mmm… luar biasa ma… mmm.. gimana ya, Bagus merasakan perpaduan rasa kelembutan kasih seorang ibu yang memberikan makan kepada anaknya dengan penuh kasih sayang, bercampur dengan nafsu birahi terhadap seorang wanita seksi dan menggairahkan yang dengan binal dan mesum melepehkan isi mulutnya kedalam mulut Bagus…

“Ih, kamu tuh bisa aja deh… ya udah, mama kunyah lagi ya sayang…” ujar mama, seraya menyuap sesendok makanan lalu dikunyahnya.

Berbeda dengan yang pertama tadi, dimana mama masih malu-malu dan agak canggung, kini terlihat nama seperti menikmati aksinya itu.

Seperti halnya yang pertama, mama meletakan piring terlebih dahulu diatas meja, baru kemudian mengunyahnya beberapa saat, barulah ditumpahkannya kedalam mulutku. Namun kali ini, begitu habis semua makanan yang ada dimulutnya, mama langsung melumat mulutku dengan rakus, seolah begitu gemasnya.

Setelah itu kembali mama melalukan cara yang sama, namun untuk yang selanjutnya mama lebih mendominasi permainan, dalam artian mama lah yang lebih berinisiatif layaknya seorang ibu yang menyuapi anak balitanya, sedangkan aku hanya pasif menuruti perintah mama. Hingga akhirnya habis juga semua makanan yang ada dipiring, berpindah seluruhnya kedalam perutku dengan cara yang menurut orang kebanyakan adalah tidak lazim itu.

“Horeeee… udah habis nasinya sayang… kamu memang anak mama yang pinter ya…” ucap mama, layaknya berbicara pada seorang anak kecil.

“Sekarang mimik dulu ya sayang…” ujar mama, seraya mengambil gelas berisi air putih yang memang sebelumnya sudah ada dimeja, lalu kemudian mengarahkannya kemulutku.

“Enggak begitu dong cara mimiknya ma…” sanggahku.

“Emangnya mau seperti apa lagi sih sayang… air kan tinggal ditenggak aja, gak perlu dikunyah…” heran mama.

“Pokoknya Bagus maunya dari mulut mama…” rengekku.

Mengerti apa yang kumaksud, mama tersenyun seraya menenggak air putih dari gelas yang dipegangnya.

“Mmmm…” ujar mama, memberi isyarat padaku agar membuka mulut untuk ditumpahkannya air dalam mulutnya itu kedalam mulutku.

“Dikumur-kumur dulu dong ma… baru dilepehin kemulut Bagus…” pintaku, walau dengan mulut terisi air, namun aku masih dapat melihat kalau mama tampak tersenyum mendengar permintaanku itu, seraya mulai berkumur-kumur dengan air yang ada dimulutnya.

Beberapa saat kemudian mama memberikan isyarat akan menuangkan isi dalam mulutnya kedalam mulutku.

Dan, syuurrr… tercurahlah cairan hangat kedalam mulutku, lalu terus turun membasahi kerongkongan hingga akhirnya tertampung didalam lambungku.

“Mmmm… segaaaarr…” ucapku.

“Lagi sayang… masih ada nih…” tawar mama, sambil menunjukan sisa air digelas yang tak sampai separuh.

“Cukup ma… mmm.. sebetulnya sih Bagus masih haus ma.. tapi.. mmm..” ucapku, dengan agak bimbang.

“Tapi apalagi sih sayang…?” tanya mama, seraya menenggak habis sisa air putih yang ada digelas.

“Mmm… gimana ya… Bagus mau ngomong tapi takut mama syok…”

“Ah, kamu ini bikin penasarsn aja… emang kamu mau apa lagi sih sayang… mmm.. pasti kamu ada ide yang asik-asik lagi deh… apa sih..?” tanya mama penasaran. Namun aku ragu-ragu untuk mengatakannya.

“Ya udah kalau kamu masih ragu sih… itu kita bahas nanti aja ya… soalnya nama udah on fire banget nih, alias udah horny berat… mmm.. mama entotin kontol kamu aja ya sayang… uuhh… uuhh.. uuhh.. uuhhh…” ujar mama, diikuti dengan memompakan bokongnya turun naik, praktis batang kontolku yang sedari tadi memang berada didalam liang vagina mama kini berpenetrasi akibat gerakan mama yang naik turun.

“Tahan dulu dong mama sayang… stop dulu goyangannya…” pintaku, sambil menahan bokongnya dengan kedua tanganku dengan maksud menghentikan gerakannya itu.

“Apa lagi sayangkuuuu… iihh.. memek mama udah gatel nih minta disodok-sodok sama batang kontol kamuuu…” protes mama.

“Anu ma… mmm.. Bagus minta yang sedikit agak ekstrim…” ujarku agak ragu.

“Emangnya seekstrim apa sih… jadi penasaran mama…”

“Mmm… begini ma… tapi mama jangan jaget ya… mmm… Bagus ingin.. ingin minum air kencing mama… boleh gak ma…” terangku.

“Ih, edan kamu gus… ada-ada aja deh kamu… masa’ air kencing mama mau kamu minum sih… Bagus.. Bagus.. kamu ini.. aneh banget sih…” ujar mama, dengan ekspresi menahan tawa.

“Sungguh ma… Bagus memang pingin banget ma… boleh ya ma.. plis ma.. pliiiiss…” rengekku.

“Iya deh sayang, kalau nemang itu mau kamu sih… mama oke-oke aja… mmm.. tapi gimana nih caranya… maksudnya, apa mama mama harus kencing dulu digelas lalu kamu minum… atau.. gimana…?” tanya mama.

“Enggak usah gitu ma… mama duduk aja diatas meja ini, sedangkan Bagus tetap duduk disini… lalu mama pipis, dan langsung pipis mama itu Bagus sambut dengan mulut Bagus… paham ma…?” terangku.

“Ooww.. begitu.. oke deh, berarti kalau begitu sekarang memek mama dilepas dulu ya sayang…” ujar mama, bersamaan dengan itu mama berdiri, sehingga terlepaslah jepitan memek mama pada batang kontolku.

Sejurus kemudian mama telah duduk dibibir meja makan, dengan kedua kakinya menapak pada masing-masing pahaku.

“Siap ya sayang…” ujar mama, sambil menyibakan bibir vaginanya dengan kedua tangannya, sehingga tepat didepanku tampaklah pemandangan indah berupa memek tembem nan lebar yang sedang disibak diantara dua sisinya, sehingga memperlihatkan keratan daging merah beserta sekelumit klitoris dibagian atasnya.

“Oke ma… Bagus siap…” jawabku, sambil mulutku terbuka tepat dimuka memek yang menganga menggoda.

Tampaknya mama berkonsentrasi sejenak. Jarak antara mulutku dan vagina yang tak sampai 2 cm membuatku dapat menikmati pemandangan indah dengan aromanya yang khas secara close-up.

Kulihat vagina mama berkedut-kedut seiring nafasnya.

“Oke gus.. keluar nih… mmmmmm…” ucap mama.

Bersamaan dengan itu, srrrrr… menyemburlah dari vagina mama cairan kekuningan dengan aromanya yang khas yang langsung tertampung pada mulutku yang menganga.

“Mmmm… nyem.. nyemm.. nyemm… glek.. glek… sedap ma… asin asin segar… mmm..” ujarku, sambil kedua tanganku memegang masing-masing paha mama yang mengangkang. Hmm.. kurasakan kehangatan air seni mama membasahi kerongkongan hingga kedalam perutku, beberapa kubiarkan membasuh wajah dan tubuhku, namun sebagian besar masuk mengisi lambungku.

“Enak sayang…? Kamu suka ya…? Kamu suka minum air kencing mama ya sayang…?” tanya mama, dengan ekspresi wajah yang sayu, atau lebih tepatnya ekspresi wajah horny alias sange’.

“Sedap ma… Bagus bener-bener puas…” jawabku.

“Sini sayang… ciumin mama sayang… ciumin mama kamu… mama mau anak mama ciumin mama…” pinta mama.

Akupun bangkit, seraya mengecup bibir mama, yang disambut mama dengan lumatan yang agresif cenderung liar.

“Mmmm… mulut kamu bau pipis sayang…” ujar mama.

“Pipis mana sendiri lho ma..” jawabku.

“Kamu koq bisa suka begitu sih sama air kencing mama sayang… enggak jijik sayang.. kan bau…” tanya mama, sambil membelai-belai rambutku yang basah oleh air kencing mama.

“Enggak jijik tuh ma… malah Bagus suka banget… baunya itu justru membangkitkan selera…” jawabku manja.

“Ih, kamu itu gus…” gemas mama, sambil memencet hidungku.

“Kan udah pernah Bagus bilang, pokoknya, apa pun yang ada pada diri mama, rasanya pasti sedap ma… dan layak dikonsumsi…”

“Ih, bisa aja kamu… tapi mama benar-benar tersanjung lho gus, dengan apa yang sudah kamu lakukan itu… mama seperti menerima kehormatan yang besar, dimana seseorang sampai sudi meminum air kencing mama… apa lagi itu yang melakukan adalah anak kandung mama sendiri… jadi semakin sayang saja mama sama kamu gus…

“Justru Bagus yang berterimakasih, karna mama telah sudi memberikan air kencingnya untuk Bagus minum… “balasku.

“Ih, Bagus.. anak mama yang paling mama sayangi… kamu betul-betul anak yang berbakti nak… mmm.. ciumin mama lagi sayang… mmmmmfffhhh…”

Untuk beberapa saat kami saling berciuman dan bercumbu layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.

Hingga akhirnya.

“Gus… memek mama gatel nih sedari tadi, pingin digosok-gosok sama kontol kamu… coba kamu duduk seperti tadi lagi sayang… biar mama yang ngentotin kamu… kamu duduk manis aja ya sayangku…” pinta mama, sambil menggosok-gosokan tangannya pada memek tembemnya yang mulai basah itu.

Seperti yang diminta mama, akupun kembali duduk dikursi yang tadi.

Beberapa saat kemudian mama berdiri mengangkangiku. Batang penisku yang berdiri tegak digenggam dengan tangan kanannya, lalu dibimbing kearah memeknya, setelah dirasakannya pas, bless.. sekali pantatnya diturunkan, bersamaan dengan itu pula batang penisku telah tertanam tandas didalam liang vaginanya.

“Uuuuuuuhhhhh… tak ada yang lebih membahagiakan hati ini selain batang kontolmu menghujam memek mama seperti ini gus… aaahhhh… mantap betuuulll…” racau mama, saat bokong mama telah duduk sepenuhnya diatas pangkuanku, itu artinya batang penisku telah terbenam sepenuhnya didalam liang vaginanya.

Hanya beberapa detik setelah itu, mama langsung menggerakan pantatnya maju mundur, mengocok-ngocok batang kontolku dengan berirama.

Buk… buk.. buk.. buk…

Brruut.. brruutt.. brruutt.. brruutt..

Ah, nikmatnya.. aku hanya duduk manis menerima servis dari mama yang bergerak aktif turun naik sambil kedua tangannya berpegangan pada masing-masing pundakku.

“Dikenyot-kenyot tetek mama sayang… mama ingin Bagus mengenyot-ngenyot tetek mama… aahhh.. huhh.. huhh… huhh.. huhh.. huhh.. huhh… “pinta mama, sambil terus menggenjot pantatnya turun naik.

Peluhpun telah membasahi tubuh dan wajah mama, bahkan menetes-netes pada wajahku.

Seperti yang dipinta mama, akupun mulai mengemut dan mengenyoti puting susu nama secara bergantian kiri dan kanan.

“Zzzzzzzz… aaaahhh… bajingan banget sih kontol kamu gus… memek mama bener-bener bonyok dibuatnya ini gus… huhh… huhh.. huhh.. huhh.. huhh.. huhh… hiyaaa…” racau mama, kini tangannya mulai menjambaki rambutku, namun tidak terlalu keras dan menyakitkan.

“Aaaaaahhh… iya sayang… terus dikenyot-kenyot puting susu mama sayang… dikenyot-kenyot puting susu mamamu seperti waktu kamu masih bayi dulu… oooohhh… anakuuuu… sialaaaaann… aaaaaaaahhhhhh… mama keluar sayang… aaaahhhh… anjiiiing… ngentooooooootttt… aaaahhh…

Seiring dengan erangan dan rintihan mama yang histeris itu, gerakan mamapun kian liar dan bertenaga, membuat tulang pahaku bagaikan remuk akibat tumbukannya. Namun selang beberapa detik setelah itu, mama menghentikan gerakannya, lalu diam dengan masih duduk dipangkuanku.

“Fuuuhh… mama betul-betul puas sayang… walaupun pinggul ini mau copot, tapi mama puas… makasih ya sayang…” ucap mama, diikuti dengan mengecup lembut bibirku.

“Iya ma… tapi Bagus nanggung nih ma… Bagus masih mau ngentotin mama lagi…” protesku.

“Mmm… tapi mama udah lemes sayang… enggak kuat lagi kalau harus ngentotin kamu dari atas… Biarkan mama berbaring telentang dilantai aja ya sayang, lalu nanti kamu bisa genjot memek mama dari atas… biar kamu juga bisa pejuin memek mama lagi dengan lebih efektif… oke ya sayang…” saran mama, yang tentu saja aku setujui.

Perlahan mama bangkit dari tubuhku, lalu membaringkan tubuhnya telantang pasrah diatas lantai dengan posisi mengangkang.

“Mari anakku sayang… sekarang kamu boleh entotin memek mamamu sepuasnya…” ucap mama, sambil mengusap-usap liang vaginanya.

Tanpa ditawaripun sudah pasti aku akan menuntaskan birahiku yang sudah diujung tanduk akan klimaks ini.

Kuhampiri mama, kuarahkan langsung batang kontolku pada liang memeknya yang sudah becek, bless… sekali dorong batang penisku telah kembali berada didalam liang vagina mama. Tanpa banyak cingcong segera kugenjot dengan kecepatan penuh.

Sambil batang penisku menggenjot liang vagina mama, dengan rakus kulumat mulut mama, kukulum-kulum lidahnya dan kutelusupkan lidahku menjilat-jilat rongga mulut mama.

Hingga tak sampai dua menit kemudian, sampailah aku pada puncak kenikmatan, bersamaan dengan semburan air maniku kedalam rahim mama untuk yang kesekian kalinya.

“Makasih atas benih yang telah kamu tanamkan untuk yang kesekian kalinya ya sayang…” ucap mama, padaku yang kini ambruk diatas tubuhnya.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu