1 November 2020
Penulis —  udin bengong

Pantat besar mamaku yang menyejukan jiwa

Kami bertiga sudah berada dikamar mama, tempat dimana semalam aku melihat Bagus menggenjot mama diatas ranjang ini.

Mama membantu melucuti daster yang kukenakan, dilanjutkan dengan melepaskan beha yang masih membungkus payudaraku, sehingga kini aku telanjang bulat karna memang sebelumnya celana dalamku sudah dilepas. Kulihat Bagus terpaku memandangi tubuh bugilku, yang membuatku salah tingkah dibuatnya.

“Biasa aja kali gus…” ucapku pada Bagus, yang membuatnya sedikit terkaget.

“Wooww… body kak Indah oke banget lho… apalagi teteknya ini, bulat, padat dan gemesin… mana putingnya merah lagi… ih, jadi gemes …” puji Bagus, seraya meremas-remas payudaraku. Tentu saja itu membuatku berbunga-bunga, walaupun aku sadar kalau lekuk-lekuk tubuhku memang nyaris sempurna. Bukannya aku kepedean atau Ge-eR, tapi teman-temanku SMA juga kerap mengatakan itu, terutama disaat kami renang dengan mengenakan setelan bikini swim-suit.

Menyusul diriku yang sudah bugil, Baguspun juga segera melucuti t-shirtnya, dan mencampakannya begitu saja kelantai. Dan ternyata mama juga melucuti seluruh pakaiannya, hingga praktis kami semua telanjang bulat. Padahal aku mengira mama hanya akan mengantarkan kami kekamarnya, lalu meninggalkan kami berdua didalam kamar ini.

“Mmm… Apakah Mama juga akan berada disini ma…? mmm.. maksud aku mama enggak nunggu diluar…?” tanyaku kepada mama, walaupun dengan agak ragu.

“Ya, mama akan tetap menemani kalian dong sayang… mama akan menyaksikan anak-anak tercinta mama saling mengentot.. enggak apa-apa kan… tenang aja deh sayang, pokoknya Bagus akan terlebih dulu ngentotin memek kamu, sampai kamu puas… untuk kali ini, mama sih sisa-sisanya aja deh…” terang mama.

“Ya sudah kalau memang begitu sih ma…” ujarku.

Sementara itu, Bagus yang sepertinya masih terpesona dengan kemolekan tubuhku, membuat tangannya tak pernah berhenti menggerayangi sekujur area sensitifku, bahkan kini mulai mengenyoti puting susuku bagai anak bayi.

“Ayo, kalian naik keatas ranjang… mau tunggu apa lagi sih… Bagus.. aduh kamu itu, koq malah netek terus sama kakakmu sih… kakakmu kan mau ngerasain sodokan kontol kamu… iya enggak in…” ujar mama, sambil menepuk pantat Bagus. Dan sejurus kemudian, mama mendorong tubuhku hingga aku terjerembab diatas ranjang dengan posisi telentang.

“Agak bergeser kesana sayang…” pinta mama padaku, agar menggeser tubuhku menuju ketengah ranjang. Diikuti dengan mama yang juga naik keatas ranjang, lalu mama yang kini sudah duduk disampingku juga menarik tangan Bagus dengan maksud memintanya untuk juga naik.

Begitu Bagus naik, serta merta mama menggenggam batang penisnya, dan kemudian dikulumnya dengan rakus.

“Oke… Sekarang kamu entot kakakmu… biar dia merasakan batang kontol yang sesungguhnya…” ucap mama, setengah berbisik.

Seperti yang dipinta mama, Bagus duduk bersimpuh diantara kedua pahaku yang memgangkang. Agak berdebar juga perasaanku membayangkan batang penis adikku yang besar dan panjang itu bakalan dihujamkan kedalam liang vaginaku yang selama ini hanya pernah menerima hujaman penis seukuran ibu jari.

Sepuluh batang penis mas Mirza jika digabungpun belum tentu akan sebesar kepunyaan Bagus yang sedang berdiri tegak seperti sekarang ini.

Saking tegangnya, sampai-sampai tanpa sadar tangan kananku memegang tangan mama, dan mamapun menyikapinya menggenggam tanganku, seolah ingin memberi ketenangan padaku.

“Pelan-pelan aja ya gus…” pintaku pada Bagus yang telah mengarahkan ujung kepala penisnya tepat dimuka vaginaku yang menganga.

“Tenang saja in… percayalah, kontol adikmu akan membawamu melayang-layang kesurga yang indah…” ucap mama, sambil tersenyum, dengan tangan kirinya mengusap-usap rambutku.

Ah, aku rasakan batang penis Bagus mulai menelusup masuk kedalam liang vaginaku. Sepertinya baru ujung kepalanya saja, tapi rasanya otot-otot vaginaku bagai mengembang ketat menyesuaikan diri dengan ukuran benda yang melaluinya. Semakin kuat saja tangan mama kuremas.

“Wah, memek kak Indah sempit banget nih… kontol Bagus serasa dijepit… mmm.. zzzz… aaahhhh…” ucap Bagus, sambil matanya separuh terpejam, sepertinya dia menikmati itu.

“Wah, kamu dapat rejeki nomplok ya gus… dapet lobang memek yang masih sempit… beruntung sekali kamu..” ujar mama.

“Iya ma… rejeki anak soleh… he.. he.. he…” ujar Bagus, cengengesan.

“Iya lah, anak soleh kayak kamu memang sudah selayaknya untuk dapat rejeki ngentotin kakak kandungnya ya… hi.. hi.. hi…” ucap mama.

“Ngentot ibu kandungnya juga ma… he.. he.. he…” sambung Bagus.

“Pasti dong… anak soleh seperti kamu memang sudah sepantasnya mendapatkan itu semua gus.. itu namanya berkah yang wajib disukuri… hi.. hi.. hi…” balas mama.

Hmm.. guyonan-guyonan mereka ini memang sungguh vulgar dan nyleneh, namun entah mengapa aku justru suka mendengarnya.

Selang beberapa saat, tiba-tiba Bagus menggenjot penisnya dengan kuat, yang tentu saja membuatku terpekik kaget karena merasa sedikit nyeri.

“Uuuuugghhhhhh… mamaaaa… memek aku… memek aku jebol nih maaa… aaeeng… Bagus jahaaat.. aku bilang pelan-pelan juga…” pekikku, dengan manja, sambil tangan kiriku menepuk-nepuk ranjang. Ya, ampun liang vaginaku benar-benar serasa dihujami benda asing yang besar. Sungguh keterlaluan anak ini, padahal sebelumnya sudah aku ingatkan untuk pelan-pelan.

“Cup.. cup.. sayang… Bagus, kamu jangan kasar gitu dong sayang… kan, memek kakakmu belum pernah dientotin sama kontol yang gede kayak punya kamu itu… tau sendiri kan, kontol suaminya itu cuma seupil… pelan-pelan dong ngentotnya sayang, biar kakakmu beradabtasi dulu, nanti kalau sudah terbiasa pasti dia juga akan minta dientot dengan ganas dan brutal…

“Ya enggak dengan ganas dan brutal juga kali ma…” protesku.

“Mmm… nanti deh, mama akan tunjukin bagaimana Bagus ngentotin memek mama dengan ganas dan brutal… pasti kamu akan terkesima… tapi yang penting, sekarang biar Bagus ngentotin memek kamu dulu… biar dia mejuin memek kamu… supaya kamu cepat hamil…” terang mama.

“Oke gus… sekarang kamu boleh entotin memek kakakmu lagi… tapi pelan-pelan dulu aja lho…” perintah mama.

“Oke ma… sory ya kak, soalnya tadi Bagus gemes banget sih sama memek kakak yang sempit ini…” ucap Bagus, seraya mulai digoyangkan pantatnya maju mundur dengan irama yang lambat.

“mmmmm… aaaahhhh… iya gus… kalau begini enak gus rasanya… mmmm.. nikmaaattt… aaaaaahhhhh… ternyata enak ya ma dientot sama kontol gede… aaaahhh…” desahku.

Kini mama berbaring disampingku, dan.. Ah, ternyata mama menjilati puting susuku dengan lembut, yang membuatku semakin terlena menikmati permainan ini.

Bagaimana tidak, vaginaku mendapatkan sentuhan batang penis yang besar dan panjang oleh adikku, secara bersamaan ibuku menjilati puting payudaraku, dan.. ah, kini mama justru mengulum dan mengenyot-ngenyotinya.

“Aaahhh… memek kakak legit banget kak… uuuhhh… kontol Bagus terasa dijepit… uuhhh… “oceh Bagus, sambil pantatnya bergerak maju mundur.

“Iya gus… kontol kamu juga enak banget… baru kali ini aku ngerasain dientot dengan kontol gede seperti ini… ooohh.. Bagus.. adikku sayang… terus entotin kakakmu sayang… uuuuuhhhh… “gumamku, sepertinya aku mulai ketularan mereka dalam melontarkan kata-kata yang mesum.

“Iya kak… pokoknya Bagus akan entotin terus memek kakak… sampai hamil ya kak… sampai bunting… aaaaghhh…” racau bagus.

“Iya gus.. he’eh gus… buntingin kakakmu gus… entotin kakakmu sampai hamil, adikku sayaang… uuuuuhhhh… entotin kakakmu terus ya gus… mmmhhh… hhh… nikmat nya…” sambungku, sambil kedua tanganku merangkul kepala mama yang masih “netek” padaku.

Setelah beberapa saat, mama menghentikan kulumannya pada buah dadaku, namun kali ini lidahnya merayap menjilati leherku, dan… Ah, ternyata mama mencium bibirku, akupun hanya diam saja, namun saat lidahnya itu mencoba menelusup masuk kedalam mulutku, aku memalingkan wajah kesamping.

“Jangan ma…” protesku.

Aku tidak pernah membayangkan akan berciuman apalagi berpagutan bibir dengan sesama jenis, kalau hanya sekedar mama mencium bibirku mungkin aku masih bisa terima, tapi kalau harus berpagutan dan saling berpilin lidah, tentu saja aku merasa canggung.

“Enggak apa-apa sayang, kamu nikmatin aja… nanti kamu pasti suka…” ucap mama.

“Tapi aku enggak bisa jadi lesbi ma…” tolakku.

“Mama juga bukan seorang lesbian sayang… tapi ini rasa sayang dan cinta antara ibu dan anak… mama cinta dan sayang sama kamu, makanya mama sanggup berciumam dengan kamu walau kita sesama jenis… kamu juga cinta sama mama kan sayang…?” terang mama.

“Iya ma.. pastilah aku cinta dan sayang sama mama… tapi…”

“Sudahlah, kalau memang kamu sayang dan cinta sama mama, itu artinya kita saling sayang dan saling mencinta… mari kita ungkapkan rasa cinta dan sayang itu dengan cara ini… mmmm. mmmffff…” sambung mama, yang kemudian langsung memagut mulutku.

“Tapi ma… mmmmfffffffhh…”

Akhirnya akupun pasrah, kami saling berpagutan, bahkan mama memain-mainkan lidahnya didalam rongga mulutku, lidah kami saling berpilin, ludah kamipun saling bertukar, bahkan karena posisi mama yang diatas sehingga ludah mama banyak yang terpaksa harus kutelan.

Beberapa saat kemudian mama menghentikan aksinya, menatapku, seraya berkata.

“Gimama, kamu suka sayang…? “tanya mama, yang aku jawab dengan anggukan kecil.

Dengan jawabanku itu mama tersenyum, lalu kembali memagut mulutku, kali ini aku meresponnya dengan antusias, bahkan tangan kananku merangkul leher mama.

Sementara Bagus masih terus menghujamkan penisnya pada liang vaginaku dengan intensitas gerakan yang masih seperti tadi.

“Buka mulut kamu sayang…” pinta mama, setelah menghentikan pagutannya.

Sebagaimana yang dia perintahkan, aku buka mulutku, walau sebenarnya aku masih belum mengerti apa maksud mama menyuruhku membuka mulut, sebelum akhirnya mulut mama yang tepat berada diatasku melepehkan ludahnya kedalam mulutku.

“Kalau kamu sayang sama mama, kamu boleh meminumnya sayang…” ujar mama.

Glek, tanpa rasa ragu apalagi jijik aku telan ludah mama yang berada dimulutku sampai habis.

“mmmmhh… Kamu memang anak mama yang pinter sayang…” ucap mama, disusul denggan mengecup bibirku.

“Kamu masih mau lagi kan…?” tawar mama, yang aku jawab dengan senyuman dan anggukan kecil.

“Tapi kali ini, biar adikmu yang meludahi mulutmu ya sayang…” ujar mama, hmm.. aku kira mama lagi yang akan meludahi mulutku, namun aku tetap menyetujui saran mama itu.

“Gus… tuh kakakmu mau mencicipi ludah kamu… ayo kamu ludahin dia sekarang…” pinta mama, kepada Bagus.

Bagus menghentikan sejenak genjotannya, seraya agak menundukan badannya sehingga posisi wajahnya sekitar 20cm diatas wajahku, lalu mulutnya itu agak dimonyongkan sedikit, sebelum akhirnya keluarlah cairan bening dengan sedikit busa putih menetes pelan karena memang teksturnya yang agak kental, yang kemudian tertampung didalam mulutku, sengaja tidak langsung kutelan, barulah setelah Bagus menghentikan “asupannya” kutelan sekaligus seluruhnya.

Baru selesai kumenelan ludah “cairan spesial” itu, tiba-tiba Bagus melumat mulutku dengan rakus, sehingga kamipun saling berpagutan dengan liar.

“Sudah ah… kamu konsentrasi ngentotin memek kakakmu saja, biar mama yang memanjakan mulut kakakmu…” ujar mama, sambil melerai kening Bagus.

Seperti yang dipinta mama, Bagus kembali dengan posisi semula, menggenjot vaginaku dengan posisi duduk.

“Gus… mungkin kamu bisa sedikit menaikan tempo genjotanmu… sepertinya memek kakakmu sudah mulai bisa beradabtasi dengan kontol kamu tuh… bukan begitu in…?” tanya mama.

“Mmm… boleh.. tapi jangan terlalu kenceng sekali ya gus… mmm.. maksudnya jangan dengan cara ganas dan brutal seperti yang dikatakan mama tadi…” kawatirku.

“Ooww… tentu saja tidak seperti itu sayang, walaupun mama yakin kamu nanti juga pasti akan selalu minta yang itu kepada adikmu ini…” terang mama.

Kini Bagus mulai menggenjot pantatnya kembali, namun kali ini dengan irama yang lebih cepat dari sebelumnya. Hmm.. ternyata memang lebih nikmat dan mantap.

“Gimana sayang.. lebih nikmat..?” tanya mama

“Iya ma.. rasanya jauh lebih nikmat… lebih mantep…” jawabku, yang dibalas oleh mama dengan kembali memagut mulutku, dan tangan kananku kembali merangkul lehernya.

“Kamu jilatin memek mama ya sayang…” bisik mama ditelingaku, setelah melepaskan pagutannya.

Belum sempat aku menjawab iya atau tidak, mama langsung bangkit dan mengangkangi wajahku.

“Ayo sayang, kamu jilatin memek mamamu…” pinta mama, sambil kedua tangannya menyibak bibir vaginanya, sehingga isi vaginanya yang merah merekah mengarah tepat didepan wajahku, bahkan nyaris menempel dengan mulutku.

Entah apa yang merasukiku, hingga akhirnya kujulurkan juga lidahku. Daging lunak yang kenyal dengan rasa sedikit asin itu kini mulai kujilati dengan inten, lidahku bergerak-gerak lincah disekujur liang vagina mama.

“Aaaaaahhhhh… iya sayang… terus jilatin memek mamamu sayang… aaaaahhh… jilatan lidahmu nikmat sekali in… uuuhhhh… lebih dalem sayang… masukin saja lidahmu kedalam lobang memek mama… lobang yang dulu mengeluarkan kamu kedunia ini… uuuhhhh… kenali lobang memek mamamu sayang…

Yang sebelumnya aku masih agak canggung dan terkesan memaksakan diri, kini aku justru bernafsu, bukan hanya kujilat, bahkan aku mulai menyedot-nyedot vagina mama, atau sesekali kupagut layaknya orang berciuman.

Shhllufftt… shhluufft… cloobb… zzhhrruuffftt… zzhhrruufftt…

“Mmmmm… uuuuhhhhh… sekarang jilatin itil mama sayang… kenyot-kenyotin itil mama… sedooott… uuuhhhh… iyaaaa… sedaaaap… enak kan memek mama sayang… kamu sekarang doyan makanin memek kan sayang… uuuuuuhhhh…” racau mama, dengan agak histeris, yang membuatku semakin semangat dan bergairah, ditambah lagi dengan sodokan batang penis Bagus diliang vaginaku yang semakin mantap dan tandas membuatku serasa terbang kealam surgawi, hingga akhirnya aku merasakan puncak kenikmatan yang sungguh mengesankan dan belum pernah kurasakan sebelumnya.

“Aaaaahhhhh… aku keluar maaa… aaaaauuuugghhhhhh… mmmmmmffffffhhh…” erangku, lalu kembali kubenamkan mulutku pada vagina mama, sehingga pekikanku tertahan dan hanya pinggulku yang bergerak-gerak liar mengimbangi sodokan penis Bagus. Hingga beberapa saat kemudian akupun terdiam dalam kepuasan.

“Gus… sekarang kamu entotin mama… entotin mama yang ganas dan brutal… biar kakakmu melihat bagaimana ngentot yang sesungguhnya…” pinta mama, seraya melompat dari tubuhku, dan berbaring telentang tepat disampingku.

Seperti yang dipinta mama, Bagus segera mencabut penisnya dari dalam vaginaku, dan dengan cepat telah berpindah kedepan selangkangan mama yang terbuka lebar.

“Iya, langsung dientot aja sayang… langsung tancepin kontol kamu kememek mama…”

Bless… dengan mudah saja Bagus memasukan batang penisnya kedalam vagina mama yang memang sudah basah dengan cairan birahi bercampur air lidahku.

“Langsung kamu gempur yang kuat sayang… entot yang brutal… biar kakakmu tau… hiyaaaaa…” histeris mama.

“Oke ma… rasakan ini pelacur sialan… huuhhh… huuhhh… huuhhh… huhhhh… huuhhh… huuuhhh

huuhh…” ujar Bagus. Wooww.. Bagus memaki mama dengan kata pelacur sialan. Dan astaga, dia menggenjot penisnya dengan kecepatan dan kekuatan luar biasa. Kulihat tubuh besar mama sampai bergoyang-goyang seirama hantaman penis Bagus. Wah, bisa jebol kalau begitu vagina mama dibuatnya. Sial, mama justru sangat menikmatinya.

“Ayo terus bangsat… entot mama kandungmu ini lebih brutal lagi… anak sialaaaan… aaaahhhh… hancurkan memek mamamu bangsaaatt… entot teruuuuss… entotin mamamuuuuu… uuuuuhhh…” Umpat mama, yang tampaknya semakin histeris saja. Ah, benar-benar persetubuhan yang brutal dan mendebarkan.

Brroottt… brroott… brrooott… brroott…

Plak.. plak… plak… plak…

“Iya perempuan lacur… nih rasakan kontol anakmu… dasar pelacur kotor doyan dientotin anaknya… huhhh… huhhh… huhh.. huhh…” balas Bagus dengan tak kalah kotor umpatan yang keluar dari mulutnya. Kulihat tubuh kekar Bagus tampak berkilat karna peluh yang membasahi tubuhnya. Ah, betapa gagahnya dia.

“Aaaaaaahhhhh… guuusss… mama keluar sayang… aaahhhhh… ngentoooottt… ngentooott… enak bangeeeetttt… aaaaaahhhhh… bajingaaaaaannn…” pekik mama. Wooww.. sungguh orgasme yang memukau, dan liar.

Selang beberapa saat, mamapun hanya terdiam tak berdaya. Tubuhnya tampak lunglai tanpa perlawanan, hanya bergerak-gerak mengikuti gempuran penis Bagus. Namun setelah itu Baguspun menghentikan gerakannya.

“Ma… mama nungging ma… Bagus mau entotin lobang pantat mama…” pinta Bagus. Astaga, apa aku tidak salah dengar. Bagus meminta untuk anal seks dengan mama. Apakah memang mereka sering melakukan itu. Ah, bisa jadi memang itu merupakan salah satu kegemaran mereka, dan biasa mereka lakukan.

Tak lama setelah itu, mama yang sudah tergeletak malas berusaha merubah posisi tubuhnya, hingga kini mama berposisi menungging disampingku, dengan wajahnya miring kearahku.

Bagus yang berada dibelakang mama memandangi sejenak kearah anus mama. Diremas-remas dan sesekali ditampar-tampar buah pantatnya, dan.. Ah, tanpa rasa jijik Bagus menjilati liang anus mama, ya, lubang yang semestinya adalah akses keluarnya kotoran itu dijilatinya dengan rakus.

Kulihat mama tersenyum kearahku.

“Ini termasuk sesi yang tak pernah kami lewatkan in… anal-seks, atau ngentot lubang anus, benar-benar nikmat dan melenakan… suatu saat pasti kamu juga akan menikmatinya nanti… dan mama yakin kamu akan keranjingan minta dianal sama adikmu…” terang mama, tentu saja perkataan mama itu membuatku terkejut sekaligus penasaran.

“Oke ma… siap ya ma…” ujar Bagus, sambil mengarahkan batang penisnya tepat didepan anus mama.

“iya gus… kamu bisa langsung entot dubur mama sayang… tapi ingat, saat kamu klimaks nanti, kamu harus keluarkannya didalam memek kakakmu… karna misi utama kamu membuat kak Indah hamil…” terang mama.

“Siap ma… Bagus paham deh…” ujar Bagus, bersamaan dengan itu Bagus menghujamkan penis besarnya kedalam lubang pelepasan mama. Kulihat mama meringis sebentar saat tusukan awal batang penis Bagus memembus anusnya, namun setelahnya mama hanya tersenyum kearahku.

“Zzzzzz… aaaahhh… legitnya lubang anus mama… uuuuhhh… pantat gede kayak gini memang paling enak dientot lobang bo’olnya… uuuhhhh…” oceh Bagus, sambil menggoyangkan bokongnya maju mundur, namun kali ini lebih halus dan rileks, tidak brutal seperti tadi. Hmm.. sepertinya Bagus begitu menikmati, itu dapat dilihat dari ekspresinya yang sesekali memejamkan mata dengan menggigit bibir bagian bawahnya.

“Aaaaaaahhh… kayaknya aku udah mau keluar nih ma…” ucap Bagus, setelah sekitar lima menit menganal mama.

“Cepat gus, seperti yang mama bilang tadi… kamu keluarin didalam memek Kak Indah…” ucap mama, bersamaan dengan itu mama memajukan tubuhnya kedepan sehingga dengan sendirinya batang penis Bagus yang berada didalam liang anusnya tercabut keluar.

“Tunggu sebentar gus…” ucap mama, seraya mengambil sebuah bantal yang ada disitu, yang kemudian diletakannya dibawah pantatku, dengan sendirinya posisi vaginaku menjadi menyembul keatas.

“Ini posisi yang ideal untuk dipejuin… oke gus.. sekarang bisa kamu mulai…”ujar mama.

Bless… sekali sodok, batang penis yang sebelumnya berpenetrasi didalam lubang pembuangan mama, kini telah berada didalam vaginaku.

Hanya beberapa kali genjot, Bagus mengerang keras, yang mengindikasikan dirinya telah mencapai puncak kenikmatan.

“Aaaaaaahhhh… Bagus keluar kak… uuuuuuuuhhhhh…” erang Bagus. Yang bersamaan dengan itu kurasakan semburan sperma adikku ini menyirami rahimku. Ah, sungguh beda sekali dengan semburan sperma mas Mirza yang hanya meleleh, lalu kemudian keluar lagi melalui sela-sela vaginaku. Semburan Bagus ini begitu mantap dan dapat kurasakan dengan jelas hangatnya air mani menyirami rahimku.

“Semoga cepat hamil ya sayang…” ucap mama, sambil menepuk-nepuk pelan perutku.

“Dan ingat ya gus… jangan cabut kontol kamu dulu sebelum setengah jam… mama tidak mau peju kamu ada yang terbuang percuma… untuk sementara biarkan kontol kamu yang menyumbatnya…” terang mama.

“Beres ma…” jawab Bagus.

“Gimana gus… enak memek kakakmu…?” tanya mama, disela-sela istirahat kami.

“Enak dong ma…” jawab Bagus, yang kini berbaring diatas tubuhku, sehingga sesekali kami melakukan ciuman-ciuman lembut yang menambah kemesraan kami.

“Enak mana sama memek mama…?” goda mama, yang berbaring disamping kami.

“Waduh, gimana ya… sulit jawabnya.. masing-masing punya kelebihan tersendiri… mmm.. kalau memek kak Indah sempit menggigit, sedangkan memek mama, legit dan ada empot-empotnya gitu…” terang Bagus.

“Ah, bisa aja kamu… tapi kalau kamu disuruh pilih, mau pilih yang mana…?” tanya mama lagi.

Bagus anak bungsu, dan kami memang memperlakukannya dengan sedikit manja sedari kecil, sehingga sampai sekarangpun bila dengan mama dan aku terkadang sikapnya masih manja seperti anak-anak, namun itu sebatas dengan aku dan mama saja, diluar itu dia adalah lelaki yang selalu bersikap dewasa, terutama sejak ditinggal papa, sehingga dia merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai pelindung dirumah menggantikan sosok papa.

“Aduh.. mama ada-ada aja deh… mau jawab gimana nih… mmm.. baiklah, berhubung kak Indah sudah punya suami, aku tentu pilih mama aja dong… sekarang kan aku suami mama…” terang Bagus.

“Iya dong… mulai pertama kamu ngentotin mama, semenjak itu pula kamu adalah suami mama…” ujar mama.

“Wah, ternyata suami istri nih… berarti aku apanya dong… selingkuhannya ya… hi.. hi.. hi… maaf ya ma, aku sudah nyelingkuhin suami mama… hi.. hi.. hi..” godaku. Dan kamipun tertawa bersama didalam kebahagiaan keluarga.

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu