1 November 2020
Penulis —  udin bengong

Pantat besar mamaku yang menyejukan jiwa

Sekitar jam 2 sore mama pulang, kali ini jauh lebih awal dari biasanya. Dan seperti biasa juga sambil membawa makanan untuk santap malam kami berdua, yang tentunya dibeli mama diperjalanan pulang ngantor tadi.

“Selamat sore cintaku… wooww… sudah mandi ya… Nah gitu dong, anak mama itu harus rajin dan enggak boleh jorok…” sapa mama dengan ceria, saat aku tengah duduk bersantai diteras depan. Hmm.. perasaan kemarin juga disaat mama pulang aku sudah mandi. Namun tentu saja itu bukanlah hal yang penting untuk dipermasalahkan, apalagi memprotesnya, seraya aku berdiri dan membuntuti langkahnya dari belakang.

“Tumben pulangnya agak siangan ma…”tanyaku, sambil kurangkul tubuh mama dari arah belakang, saat dirinya meletakan kotak sterosform yang dibungkus plastik kresek warna putih.

“Iya sayang… kebetulan tadi kantor mama akan diadakan penyemprotan disinspectan untuk sterilisasi virus corona, jadi beberapa pegawainya dipulangkan lebih awal…”

“Iya, ma… malah mulai besok kegiatan perkuliahan dikampus untuk sementara ditiadakan… diganti dengan kuliah online dirumah katanya…”

“Ya enggak apa-apa lah sayang… kan untuk meminimalisir penularan… Aduh sayang, kamu koq genit banget sih.. Aauu… Mmmmhhh… mama belum mandi sayang.. badan mama masih bau lho… eehhhmmmm.. uugghhhhh… kamu udah gak sabaran ya sayang… mmmhhh..” gelinjang mama sambil memejamkan mata saat aku juga mulai beraksi mengecup dan menjilati leher dan tengkuk mama, setelah terlebih dulu menyingkap jilbabnya.

“Mmmmmmhhh.. seharusnyakan yang gak sabaran itu mama sayang… tadi pagi kan mama belum klimaks.. tapi koq justru kamu yang… mmmmfffhhhh…” belum selesai mama melanjutkan ucapannya, mulutku memagut mulut mama saat wajahnya menengok kebelakang.

“Buka celananya ya ma… Bagus mau entotin anus mama lagi…” bisikku pada telinga mama, setelah puas kami saling berciuman.

“Iihh… pasti mulai ketagihan anal sex nih.. hi.. hi.. hi…” ucap mama, seraya mengangkat rok panjangnya hingga sebatas pinggul.

Setelah kupelorotkan celana dalam mama sebatas lutut, langsung kulepas celana pendekku.

Tanpa basa-basi batang penisku yang sudah berdiri tegak kuarahkan pada liang anusnya.

“Gus… peju kamu yang tadi pagi masih didalam lho… belum sempet mama bersihin…” bisik mama, saat ujung penisku baru menyentuh liang analnya.

“Memangnya dikantor tadi mama gak sempet bersihin..?” tanyaku, seraya mengecup lembut bibir mama.

“Memang sengaja gak mama bersihin koq sayang… mama justru ingin peju anak mama selalu ada didalam memek atau anus mama saat mama bekerja… biar mama jadi lebih semangat… hi.. hi.. hi..” bisik mama dengan genit.

“ih, mama ini macem-macem aja deh… bikin Bagus makin tambah gemes aja sama mama…”

“Koq mamanya digemesin sih, emangnya gemes pingin ngapain sih sayang…?”

“Gemes pingin entotin mama terus dong ma…”

“Kalau gitu ayo dong, langsung ditoblos aja lobang anus mama…” tantang mama.

Dengan celana dalam mama yang melorot hingga batas lutut, otomatis membuat paha mama tidak bisa merenggang, sehingga keadaan itu membuat belahan pantat mama merapat, namun untunglah kedua tangan mama menyibak belahan pantatnya, walaupun agak sulit memasukannya, namun akhirnya bless.. masuklah batang penisku menembus liang anusnya dengan posisi mama berdiri dengan kedua kaki merapat.

“Mmmmm… uuugghhhh… sempit ya sayang…” lenguh mama.

“Iya ma, lobang anus mama jadi lebih menjepit… uuuuhhh…” jawabku.

“Enggak apa-apa sayang.. kan malah lebih asik… mulai digenjot sayang… aaaagghhhh…”

Walau terasa sempit dan menjepit, namun untunglah sisa spermaku yang masih tersimpan didalam liang anus mama dapat membantu memberikan pelumasan, sehingga batang penisku dapat berpenetrasi dengan lancar.

Hmm… aku tak ingin mengulangi aksiku seperti pagi tadi dimana beberapa barang yang ada diatas meja jatuh akibat guncangan dari aktifitas yang kami lakukan, tentu saja aku tak ingin lagi direpotkan untuk membersihkan sisa-sisa pecahan gelas dilantai sebelum kami makan malam.

“Mama berdiri didepan dinding situ saja ya ma…” bisiku, seraya kami berjalan perlahan dengan batang penisku masih tertancap didalam anusnya, untuk menuju kearah dinding ruangan yang jaraknya sekitar 4 meter.

Kini mama berdiri dengan tangan berpegangan pada dinding, sedang celana dalamnya masih melorot sebatas lutut.

“Cepet digenjot lagi sayang…” pinta mama.

Akupun mulai menghujamkan batang kontolku maju mundur, menyodok-nyodok liang anal mama sambil kedua tanganku meremasi buah pantatnya yang super besar dan bulat bagai gentong tanah liat.

Broott… broott.. broott… brroot… plak.. plok.. plak.. plok…

Ada momen yang bagiku cukup sensual, saat buah pantat mama bergoyang dribbling disaat menerima hantaman pinggulku. Ya, bongkahan daging besar itu bergerak dengan sendirinya saat menerima tumbukan. Hmm.. sebuah pemandangan yang membuatku gemas, hingga memancingku untuk menampar-nampar buah pantat itu beberapa kali.

“mmm… uuuhhh… sambil ciumin mama sayang… sambil ngentot kamu ciumin mama… mmmmffhhhh…” pinta mama, sambil menengok kearah belakang dan membuka mulutnya.

Seperti yang diminta, kulumat bibir terbuka yang menagih untuk disosor itu, yang disambut dengan buas oleh mama.

Sekitar lima menit kami beraksi dengan posisi berdiri, aku meminta mama untuk menungging dilantai. Sebuah posisi yang paling ideal untuk anal seks.

“Mama nungging dilantai aja ya ma… Bagus mau entot mama dogie-style…” pintaku.

“Kamu mau ngentotin bo’ol mamamu dengan gaya anjing kawin sayang…?” bisik mana.

“Iya ma… Bagus kan belum nyobain ngentot gaya nungging sama mama… pasti pantat gede kayak mama sip deh kalau dihajar nungging…”

“Ya, udah… kalau gitu cabut dulu dong kontol kamu sayang… “ Setelah kucabut batang penisku dari liang anus mama, mama segera melepaskan celana dalamnya yang masih melekat sebatas lutut.

Sejurus kemudian mama telah memposisikan diri menungging diatas lantai, memperlihatkan bokongnya yang menantang kearahku.

Sadar aku hanya memandang kagum kearah pantatnya, mama menari-narikan pantatnya dengan goyangan ala afrika dengan ekspresi wajahnya yang menggoda. Wooww.. gumpalan daging pantat mama ikut bergoyang-goyang bergelombang seiring gerakannya itu. Hmm.. sungguh liar dan menggoda.

“Iiih… ini pantat apa tempayan sih ma… gede bangeeet.. bener-bener bikin gregetan ngeliatnya…” ujarku, seraya kuremas dengan gemas kedua sisi buah pantatnya, dan diikuti dengan kuciumi dan kujilat-jilatinya dengan rakus sepanjang pantat hingga liang anusnya.

Hingga akhirnya kutelusupkan kembali batang kontolku kedalam liang anus mama.

Dengan posisi menungging seperti ini memang lebih leluasa untuk anal seks, dan batang penisku juga lebih tandas dan mantap menghantam liang dubur mama.

“Mmmmhhh… uuhhhh… kontol kamu koq nikmat sekali sih sayang… uuuhhh sedaaap… terus sayang.. entotin terus lubang anus mama… kamu suka kan sayang… mama juga sukaaa.. sekali… uuuhh…” racau mama. Kali ini mama sambil menggosok-gosokan memeknya dengan tangan kanan, sedangkan kepalanya direbahkan diatas lantai dengan posisi miring kanan, sehingga aku dapat menyaksikan wajah mama yang mengerang nikmat dengan mata separuh terpejam, semakin kontras dengan jilbab yang masih membungkus kepalanya.

Sepertinya vagina mama sudah basah dan becek, itu dapat kupastikan suara kecipak gosokan tangannya.

“Sayang… tolong entotin memek mama dulu ya sayang… mama kaya’nya udah mau keluar nih… buruan sayang… toblos nemek mama…” pinta mama, yang segera aku tindak lanjuti.

“Oh iya sayang… nanti kalau kamu keluar, tolong pejunya kamu keluarin dimemek mama aja… biar mama cepet hamil… plis ya sayang… gak apa-apa kan… nanti-nanti kan kamu masih bisa entotin lobang pantat mama lagi… oke ya sayang…”

“Beres deh ma… apapun akan Bagus lakukan supaya mama segera bunting… yang pentingkan mama bahagia…” jawabku, bersamaan dengan itu aku mulai menggenjot memek mama dengan kecepatan tinggi.

Saking gencar dan kuatnya hantaman penisku, pipi sebelah kiri mama yg bertumpu pada lantai tampak ikut bergerak-gerak maju mundur seirama goyangan pantatku, praktis pipi dan jilbab mama menjadi kain pel pembersih lantai.

“Aaaaaagghhhhhh… genjot terus sayang… entotin memek mama… bikin mama cepet bunting sayang… aaahhhh.. uuhh… uuhhh… mmmffhhh.. aahhh… yeess… uuhhh… uuhhh… uuhhh… tambah enak aja kontolmu gus… uuuhh… bangsaattt…”

Tak sampai satu menit, mama menunjukan indikasi kalau dirinya telah mencapai puncak kenikmatan seiring dengan pikikannya yang semakin histeris dan liar.

“Aaaaaaahhhhh… mama keluar gus… aaahh… enak banget… uuuuuuhhhh… entot yang kenceng sayang… aaaaaaahhhhh… anjing kamu gus… kenapa enak banget sih sayang… aaaahhhhhhh…” Oceh mama, mengekspresikan puncak kenikmatan yang dirasakannya. Dan selang beberapa saat mamapun terdiam dalam puas.

Selang beberapa saat akupun merasakan hal yang sama. Kugenjot dengan penuh tenaga, bahkan pantat mama kutarik dengan dua tanganku saat aku mendorong kedepan pinggulku dengan harapan tumbukan dari dua arah yang berlawanan akan membuat semakin tandas penisku menghujami liang vagina mama.

“Aaaaahhhhhh… Bagus ngecrot maaaa… aaaaaahhhh… enak banget nih memek lonte jalaaaang… aaaaahhh…” bersamaan dengan itu tumpahlah air maniku membuahi liang vagina mama. Sebuah momen nikmat yang berlangsung hanya beberapa detik namun memberikan rasa puas lahir batin.

Dan akhirnya tubuhkupun ambruk diatas punggung mama yang masih menungging. Namun beban tubuhku merubah posisi nungging mama menjadi telungkup.

“Maaf ya ma… tadi Bagus sempat kelepasan memaki mama lonte jalang… Bagus gak kontrol ma, terbawa emosi… habis enak banget sih…” ucapku, setelah kukecup lembut pipi mama.

“Enggak apa-apa sayang… mama malah suka koq… kalau lagi ngentot sih asik-asik saja sayang, untuk menambah sensasi seks biar lebih hot… asal jangan dalam sehari-hari aja kamu mengumpat seperti itu…”

“Ya, enggak mungkin lah ma… dalam sehari-hari sih Bagus akan selalu berkata lembut dan romantis untuk mamaku tersayang… muuuaacchh…” ucapku, dan kembali kukecup mama, namun kali ini pada bibirnya.

“Oh iya sayang… kontol kamu jangan dicabut dulu ya sayang… tunggu lima meniiit aja… mama koq kayaknya merasa nyaman dan damai kalau lagi begini sama kamu… mama merasa disayang gimanaaa gitu…”

“Iya ma… Bagus juga merasa bahagia kalau lagi begini sama mama, perasaan waktu sama Ririn dulu, Bagus enggak sebahagia ini deh ma…”

“Iya sayang… mama juga harus jujur, tanpa bermaksud mengecilkan almarhum papa kamu… ngentot sama kamu kayaknya rasanya jauh lebih nikmat dan lebih memuaskan hati…”

“Kalau dipikir-pikir, mungkin ini karena kita adalah ibu dan anak ya ma… sehingga ada hubungan batin yang erat diantara kita, yang akhirnya membuat kita bagai sebuah satu kesatuan…”

“Ah, sok tau kamu sayang…” goda mama.

“Iya ma… dan bukan itu saja, hubungan ibu dan anak pula yang membuat kita seolah satu selera… apapun yang Bagus suka, pasti mama juga suka.. umpamanya yang barusan tadi, Bagus mengira mama bakalan tersinggung dengan umpatan Bagus yang mengatakan nama lonte-jalang, tapi ternyata mama bilang justru mama suka…

“Mmmm… mungkin juga sih sayang… ternyata kamu pinter juga menganalisa ya…”

“Iya dong ma… kan Bagus seorang analis…”

“Apa tuh analis…?”

“Analis itu artinya pecinta anal ma… itu gabungan dari kata “Anal” ditambahkan “is” anal artinya anal seks, sedangkan is itu orangnya atau pelakunya… jadi kalau digabungkan artinya adalah PengAnal, atau orang yang suka anal, ya sama ajakan dengan pecinta anal…”

“Ha.. ha.. ha… bo’ong banget kamu ih… ngaco deh kamu.. ngarang… itu sih namanya cucoklogi, alias dipaksa dicocok-cocokin… ih dasar kamu… pinter banget sih ngarangnya…” ucap mama, sambil tertawa terbahak-bahak dengan candaanku tadi, akupun juga tertawa. Hmm.. sungguh sebuah kehangatan yang mengasikan.

Beberapa saat kemudian mamapun memintaku untuk menyudahi pergumulan ini.

“Udah ya sayang… mama mau mandi dulu… kan mama belum mandi… dicabut dulu ya kontolnya sayang…” pinta mama dengan lembut.

Akhirnya aku bangkit berdiri dari tubuh telungkup mama, disusul mama yang juga langsung berdiri.

“Nanti setelah mama mandi, kamu ingin mama pakai pakaian apa sayang…?” tanya mama, sambil melangkah menuju kamarnya.

“Bagus sih lebih suka mama enggak pakai apa-apa ma…”candaku.

“Hi.. hi.. hi… kayak orang gila dong telanjang…” ujar mama, seraya menghilang dibalik pintu kamarnya, meninggalkan aku yang kini telah tergolek disopa depan tivi dengan tubuh bagian bawah telanjang hanga mengenakan t-shirt.

Lanjut bagian berikutnya 

Cerita Sex Pilihan

Komentar Kamu